Ibu Ini Kaget Lihat Kondisi Anaknya, Tangannya Putus Digigit Komodo Saat Bermain di Teras Rumah
Mendengar suara terjatuh, ibu F langsung keluar. Ia mendapati putranya sudah dalam keadaan bersimbah darah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah pilu seorang bocah yang kehilangan tangannya karena digigit komodo. Ini cerita lengkapnya.
Bocah tersebut berinisial F (4) warga Desa Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.
Peristiwa nahas ini terjadi pada Sabtu (16/1/2020).
Sekretaris Desa Komodo, Ismail mengatakan di digigit komodo pada bagian tangan.
Saking kuatnya, tangan bocah tersebut putus.
Selain itu, F juga mengalami luka di bagian pelipis kiri dan dahi, seperti diberitakan Kompas.com.
Kala itu korban sedang bermain sendirian di teras rumah.
Ia bermain tali nilon seperti sedang memancing dari atas rumah ke tanah.
"Di sini kan rumah panggung semua. Dia lagi asyik bermain, tiba-tiba tangan kirinya digigit Komodo.
Ia pun terjatuh dari atas panggung rumah," jelas Ismail kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Sabtu sore.

Mendengar suara terjatuh, ibu F langsung keluar.
Ia mendapati putranya sudah dalam keadaan bersimbah darah.
F langsung dilarikan ke Pustu Desa Komodo. Kemudian dibawa ke rumah sakit Siloam Labuan Bajo.
"Saat ini Febianto sudah dirawat di rumah sakit Siloam Labuan Bajo," kata Ismail.
Pekerja Diserang Komodo
Kejadian serupa pernah terjadi sebelumnya.
Seorang pekerja di resor "Jurassic Park' di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, diserang oleh seekor Komodo Dragon.
Serangan makhluk purba ini digambarkan mencabik dan merobek beberapa bagian tubuh pekerja tersebut.
Pekerja yang mengalami luka-luka itu segera dilarikan ke rumah sakit, demikian Daily Star, Jumat (18/12/2020).
Serangan terbaru ini kian menambah kontroversi pembangunan resor 'jurassic park' bernilai jutaan dolar AS yang sedang dibangun.
Karyawan yang diidentifikasi bernama Elias Agas ini diserang saat komodo saat sedang bekerja, demikian dilaporkan.
Pria berusia 46 tahun itu harus dibawa ke rumah sakit dalam keadaan darurat setelah reptil itu "merobek beberapa bagian tubuhnya."
Dia dibawa dengan speedboat dari pulau itu ke rumah sakit terdekat.

Kadal ini dikenal cepat dan kuat, dan menurut Aloysius Suhartim Karya, yang memimpin Forum Masyarakat Penyelamat Pariwisata kelompok pelestarian, para komodo di sana tidak dapat bertindak normal karena mengalami stres oleh hiruk pikuk pembangunan.
Suara-suara mesin dan manusia yang sedang membangun merupakan 'barang baru' di habitat alami makhluk purba tersebut.
Komodo dapat tumbuh hingga tiga meter (10 kaki) dalam kesempatan langka dan beratnya mencapai 70kg.
Resor Jurassic Park saat ini sedang dibangun, namun telah memicu kontroversi.
Proyek bernilai jutaan dolar itu mendapat kecaman karena menjadi rumah bagi 1000 dari 5.700 Komodo yang tersisa di seluruh dunia, lapor News.com.au.
Ada pembicaraan tentang pelarangan wisatawan dalam upaya melindungi spesies tersebut, namun, bos resor memutuskan untuk menaikkan harga tiket alih-alih membatasi pengunjung.

Menurut saksi mata, kadal itu berada dalam jarak beberapa meter dari mereka sebelum penyerangan.
Kejadian serupa terjadi pada November 2017, ketika seekor kadal menyelinap ke seorang pekerja saat dia sedang memperbaiki toilet.
Pada Mei 2017, seorang turis yang tidak memilih pemandu wisata dalam upaya menghemat uang di Manggarai Barat, Indonesia, diserang oleh reptil tersebut.
Lon Lee Alle yang saat itu berusia 50 tahun merangkak naik ke Komodo Dragon untuk mengambil gambar setelah tidak mengikuti saran.
Kapten Rama Hasan berkata: "Ini adalah hal yang sangat konyol untuk dilakukan. Anda harus sangat berhati-hati di dekat satwa liar, khususnya komodo."
"Pria itu kesakitan. Dia beruntung ada orang di sekitar yang membantunya, atau bisa lebih buruk lagi. ''
Walhi Sebut Pembangunan 'Jurassic Park' Menciptakan Neraka bagi Komunitas Komodo
Pembangunan proyek "Jurassic Park" di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur (NTT), memang sudah lama menjadi kontroversial.
Sejumlah lembaga lingkungan hidup mengkritik pembangunan tersebut.
Misalnya kritik dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi).
Direktur Walhi Nur Hidayati pada Oktober, mengatakan proyek "Jurassic Park" akan menciptakan "neraka" bagi komunitas Komodo.
Selain itu, dia menyebut proyek itu tidak berdasar pada keilmuan dan bertentangan dengan kearifan lokal.
Pembangunan itu, kata dia, tidak melestarikan komodo dan justru akan menyiksa membuat hewan itu.
"Pembangunan Jurassic Park di Pulau Rinca jelas menunjukkan pembangunan yang tidak berbasis keilmuan dan bertentangan dengan kearifan lokal masyarakat setempat," kata Nur dikutip dari Kompas.
"Pembangunan Jurassic Park justru akan menciptakan neraka bagi komunitas komodo yang dapat berujung pada musnahnya hewan unik ini selamanya," kata dia.
Selain berdampak pada kelangsungan habitat dan hidup komodo, pembangunan Jurassic Park, lanjut Nur juga memiliki dampak pada masyarakat sekitar.

Dia mengatakan proyek tersebut akan membuat masyarakat menjadi terasingkan di tanah kelahirannya sendiri.
"Dampak pada kehidupan masyarakat lokal di sana yang sudah menyatu dengan kehidupan komodo," ucap Nur Hidayati.
Pelaksanaan pembangunan infrastruktur (sarana dan prasarana) di Pulau Rinca ini dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Pulau Rinca merupakan bagian dari pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo.
Pulau ini bakal disulap menjadi destinasi wisata premium dengan pendekatan konsep geopark atau wilayah terpadu yang mengedepankan perlindungan dan penggunaan warisan geologi dengan cara yang berkelanjutan.
Konsep pengembangan geopark ini popular dinamakan "Jurassic Park".
KLHK: Tak pengaruhi populasi komodo
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berdalih telah menerapkan prinsip kehati-hatian terkait penggunaan alat berat, seperti truk, di lokasi pembangunan proyek pariwisata di Pulau Rinca.
Hal itu ia sampaikan dalam menanggapi foto seekor komodo yang berhadap-hadapan dengan truk proyek. Foto tersebut menjadi viral di media sosial.

"Dapat dijelaskan bahwa kegiatan aktivitas pengangkutan material pembangunan yang menggunakan alat berat dilakukan karena tidak dimungkinkan menggunakan tenaga manusia. Penggunaan alat-alat berat seperti truk, ekskavator dan lain-lain, telah dilakukan dengan prinsip kehati-hatian," kata Kepala Biro Humas KLHK, Nunu Anugrah, dalam keterangan pers, Senin (26/10/2020).
Nunu mengatakan secara spesifik lokasi pembangungan proyek wisata di foto tersebut ada di Lembah Loh Buaya, Pulau Rinca.
Menurut Nunu, estimasi populasi komodo di Loh Buaya saat ini ada sekitar 66 ekor dan jumlahnya relatif stabil.
Bahkan, cenderung sedikit meningkat dalam lima tahun terakhir.
Sementara ity, jumlah komodo yang sering berkeliaran di sekitar area pembangunan proyek wisata di Loh Buaya diperkirakan sekitar 15 ekor.
Komodo-komodo tersebut memiliki perilaku berjemur setiap pagi. Nunu menegaskan pembangunan proyek tidak akan membahayakan populasi komodo.
"Hal ini dapat dibuktikan dengan tren populasi yang tetap stabil di lokasi wisata Loh Buaya tersebut. Artinya, apabila dikontrol dengan baik dan meminimalisasi kontak satwa, maka aktivitas wisata pada kondisi saat ini dinilai tidak membahayakan populasi komodo area wisata tersebut," ujarnya.
Nunu mengatakan selama pembangunan proyek wisata di Pulau Rinca ini, pemerintah menurunkan 5 sampai 10 ranger untuk mengawasi satwa komodo di sekitar lokasi.
Para ranger tersebut melakukan pemeriksaan keberadaan komodo, seperti di kolong-kolong bangunan hingga kolong truk pengangkut material.
"Dalam pembangunan sarana dan prasarana telah dilaksanakan protokol untuk mencegah dampak negatif dari pembangunan sarana dan prasarana tersebut terhadap satwa komodo yang diawasi oleh 5 -10 ranger," ucap Nunu.
Saat ini, pembangunan proyek wisata di Pulau Rinca telah mencapai 30 persen. Rencananya, proyek wisata akan selesai pada Juni 2021.
Melalui surat pengumuman Nomor PG.816/T.17/TU/EVLP/10/2020, pemerintah menutup sementara resort Loh Buaya dari kunjungan wisatawan dalam rangka mempercepat proses pembangunan proyek wisata.
Penutupan dilakukan sejak 26 Oktober 2020 hingga 30 Juni 2021 dan akan dievaluasi setiap dua minggu sekali.
(Tribunnewswiki.com/Nur/hr)
Artikel ini tayang di Tribunnewswiki dengan judul Bermain di Depan Rumah, Bocah 4 Tahun Digigit Komodo, Tangan Putus, Dahi dan Pelipis Luka