Korban Sriwijaya Air
Tim Identifikasi Kerja Keras Periksa Korban Sriwijaya Air, Setiap Ada Kantong Jenazah Langsung Kerja
Seperti yang diketahui banyaknya potongan tubuh korban kecelakaan Sriwijaya Air membuat Tim Identifikasi berkerja keras diruang jenazah.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Terkait jatuhnya pesawat Sriwijaya Air yang mengakibatkan banyak merenggut nyawa.
Hal tersebut menuntut Tim Disaster Victim Identification (DVI) untuk bekerja keras.
Seperti yang diketahui banyaknya potongan tubuh korban kecelakaan Sriwijaya Air membuat Tim Identifikasi berkerja keras diruang jenazah.
Baca juga: Live Score Hasil Piala Super Spanyol Real Madrid vs Athletic Bilbao, Barca Sudah Menunggu di Final
Baca juga: Jaga Puncak Klasemen, AC Milan Cari Pengganti Ibrahimovic yang Rentan Cedera, Nama Mandzukic Muncul
Baca juga: Pemain Baru Manchester United Amad Diallo Berambisi Memenangi Gelar Liga Inggris dan Champions
Pandemi Covid-19 turut memengaruhi kerja Tim Disaster Victim Identification (DVI) dalam proses identifikasi korban Sriwijaya Air SJ-182.
Dalam proses identifikasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data antemortem (sebelum kematian) dari pihak keluarga dan posmortem (setelah kematian).
Kepala Laboratorium DNA Pusdokkes Polri Kombes Ratna mengatakan pengambilan data posmortem yang dilakukan harus 'berpacu' dengan Covid-19.
Pasalnya posko posmortem Tim DVI berada di Instalasi Forensik RS Polri Kramat Jati yang ruangannya juga menangani jenazah pasien Covid-19.
"Karena masa Covid-19 ini kita tidak boleh terlalu lama di kamar jenazah.
Sementara jenazah di rumah sakit ini pun ada yang jenazah Covid-19," kata Ratna di RS Polri Kramat Jati, Kamis (14/1/2021).
Data antemortem dan posmortem yang dicocokkan lewat serangkaian proses sebenarnya sama, meliputi sidik jari, riwayat medis pemeriksaan gigi, dan DNA.
Bedanya data antemortem didapat Tim DVI dari pihak keluarga inti korban yang datang menyerahkan, sementara posmortem diambil dari jenazah.
Khusus sampel DNA diambil dari bagian tubuh jenazah yang berhasil dievakuasi, baik jaringan otot, tulang, dan lainnya diekstrak guna mendapat DNA.
"Misalnya kami dapet 30 kantong (jenazah), 30 kantong harus kami kerjakan (periksa) hari itu juga.
Kita tidak boleh terlalu banyak orang, tidak boleh terlalu lama, jaga jarak, durasi, gitu ya, ventilasi," ujarnya.
Ratna menuturkan dari tiga parameter identifikasi DVI, identifikasi lewat pencocokan sampel DNA butuh waktu paling lama dibanding dua lainnya.
Sidik jari jadi prosedur identifikasi paling cepat karena bila bagian tangan ditemukan petugas mencocokan sidik jari dengan database e-KTP.
Serta data sidik jari korban termuat pada sejumlah dokumen penting yang diserahkan pihak keluarga, di antaranya ijazah, surat nikah, SIM, paspor.
"Bisa saja DNA antemortem dari keluarganya sudah ada. Tapi postmortemnya (jenazah) belum ada sehingga belum bisa dicocokkan," tuturnya.
Tim DVI yang melakukan identifikasi 62 korban Sriwijaya Air SJ-182 beranggotakan 306 tenaga ahli dari berbagai bidang, di antaranya kedokteran forensik dan gigi.
Hingga Kamis (14/1) pukul 17.00 WIB Tim DVI sudah mengidentifikasi 12 korban Sriwijaya Air SJ-182, dua di antaranya lewat pencocokan data sampel DNA.
Sementara sepuluh lain lewat pencocokan data sidik jari antemortem dan posmortem, dari keseluruhannya dua jenazah sudah diserahkan ke keluarga.
Berhasil identifikasi 6 penumpang
Tim Disaster Victim Identification (DVI) berhasil mengidentifikasi enam jenazah korban Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak pada Kamis (14/1/2021)
Karopenmas Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan jumlah keenam korban yang teridentifikasi itu data yang tercatat Tim DVI hingga pukul 17.00 WIB.
"Tim DVI telah melakukan rekonsiliasi (pencocokan) dan berhasil mengidentifikasi sebanyak enam korban," kata Rusdi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (14/1/2021).
Korban yakni Ikhsan Adhan Hakim, Supianto, Mia Tresetyani, dan Yohanes Suherdi yang teridentifikasi lewat pencocokan data sidik jari antemortem dan posmortem.
Lalu Riko dan Pipit Piyono yang teridentifikasi lewat pencocokan data sampel DNA antemortem dari keluarga dengan posmortem dari jenazah.
"Tim telah menerima 134 sampel DNA, ini untuk 59 korban. Jadi memang tim masih menunggu ada 3 korban lagi yang diperlukan sampel DNA dari keluarganya. Ini masih kita tunggu," ujarnya.
Dalam manifes penumpang Sriwijaya Air SJ-182, nama Mia Tresetyani sendiri berada di nomor urut lima atau merupakan kru, dalam hal ini Pramugari.
Namanya persis di bawah Okky Bisma, Pramugara Sriwijaya Air yang siang tadi jenazahnya dimakamkan di TPU Balekambang, Kecamatan Kramat Jati.
Dengan penambahan jumlah korban yang teridentifikasi pada Kamis (14/1), sudah 12 dari total 62 korban Sriwijaya Air SJ-182 yang teridentifikasi.
Bekerja sampai tak ada lagi yang bisa diperiksa
Tim Disaster Victim Identification (DVI) memastikan proses identifikasi korban Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak terus berjalan.
Sebagaimana pengumpulan data antemortem (sebelum kematian) dari pihak keluarga berupa sidik jari, riwayat medis pemeriksaan gigi, dan DNA.
Lalu posmortem (setelah kematian) yang dikumpulkan dari bagian tubuh jenazah hasil evakuasi petugas di perairan Pulau Seribu lokasi jatuhnya pesawat.
Kepala Tim Rekonsiliasi DVI Polri Kombes Agung Widjajanto mengatakan pencocokan data antemortem dengan posmortem terus berjalan.
"Kami masih berharap juga masih ada temuan (bagian tubuh) lagi, kami siap lakukan pemeriksaan sampai tidak ada yang diperiksa lagi," kata Agung di RS Polri Kramat Jati, Kamis (14/1/2021).
Data posmortem hasil evakuasi petugas penting karena setelah data antemortem dari pihak keluarga terkumpul data dicocokan dengan posmortem.
Bila salah satu data tidak lengkap maka proses identifikasi yang dilakukan Tim DVI tak bisa mengidentifikasi jenazah sebagaimana harapan keluarga.
DVI merupakan prosedur identifikasi korban bencana alam dan kecelakaan yang jenazah korbannya sudah tak bisa dikenali secara fisik.
"Kami Tim DVI, ahli forensik, gigi, dan ahli lainnya kami siap (pemeriksaan). Mudah-mudahan ada temuan (body part) lain sehingga keluarga dapat menerima keluargaya yang dinyatakan hilang," ujarnya.
Hingga Kamis (14/1) pukul 17.00 WIB Tim DVI sudah mengidentifikasi 12 korban Sriwijaya Air SJ-182, dua di antaranya lewat pencocokan data sampel DNA.
Sementara sepuluh lain lewat pencocokan data sidik jari antemortem dan posmortem, dari keseluruhannya dua jenazah sudah diserahkan ke keluarga.
"Tim (DVI) akan bekerja sampai body part tidak ada lagi, kami akan bekerja optimal dan beri kepastian pada keluarga," tutur Karopenmas Polri Brigjen Rusdi Hartono.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Siasat Dokter Tim Identifikasi Korban Sriwijaya Air, Bekerja Satu Ruangan dengan Jenazah Covid-19, https://jakarta.tribunnews.com/2021/01/14/siasat-dokter-tim-identifikasi-korban-sriwijaya-air-bekerja-satu-ruangan-dengan-jenazah-covid-19.