Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Penanganan Covid

Pelaksanaan Vaksinasi Butuh Anggaran sampai Rp 75 Triliun, Menkes Sebut Bergantung pada Jumlah Dosis

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, jumlah tersebut merupakan perhitungan yang telah dilakukan Kementerian Keuangan.

Editor: Alexander Pattyranie
Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Saat ini pemerintah sedang berupaya melakukan Vaksinasi Covid-19.

Hal itu tentu saja untuk membebaskan Indonesia dari pandemi Covid-19.

Namun, setiap program butuh anggaran yang harus dikeluarkan.

BERITA TERPOPULER :

Baca juga: Di Mata Najwa Jokowi Dituding Tak Disuntik Vaksin, Erick Thohir: Masak Sandiwara, Ini Bukan Sinetron

Baca juga: Ada Apa? Menteri Keuangan Perintahkan Seluruh Kementerian lakukan Penghematan

Baca juga: Michael Yukinobu de Fretes Akui Sayang Kepada Gisel, MYD Diajak Menikah: Benar-benar Sayang

TONTON JUGA :

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap anggaran yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia membutuhkan sekitar Rp 66-75 triliun.

Budi mengatakan jumlah tersebut merupakan perhitungan yang telah dilakukan Kementerian Keuangan.

Hanya saja hingga saat ini anggaran untuk vaksin Covid-19 yang diusulkan baru Rp 20,9 triliun.

"Seperti yang saya sampaikan kemarin, sudah ada diskusi di kabinet dan ancer-ancer angkanya

sudah dihitung Kemenkeu, antara Rp66 sampai 75 (triliun)," ujar Budi, dalam rapat kerja

lanjutan dengan Komisi IX DPR, Kamis (14/1/2021).

Meski demikian, penganggaran vaksinisasi disebut Budi sangat bergantung pada jumlah

dosis vaksin Covid-19 gratis yang bisa diterima pemerintah melalui kerja sama multilateral

dengan fasilitas Covax/Gavi.

Terkini, jumlah vaksin Covid-19 gratis yang sudah pasti diperoleh melalui Covax/Gavi disebut

Budi sebanyak 54 juta dosis.

Namun, Budi menegaskan pemerintah berusaha mengupayakan setidaknya hingga 108 juta

dosis vaksin Covid-19 gratis bisa diberikan ke Indonesia.

"Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan sebanyak mungkin vaksin gratis dari Gavi," ujarnya.

Momentum Benahi Penanganan Pandemi Covid-19

Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan beberapa pejabat

serta tokoh masyarakat telah menerima penyuntikan vaksin Sinovac, pada Rabu (13/1/2021)

di Istana Kepresidenan.

Anggota Komisi IX DPR RI fraksi PKS Netty Prasetiyani Aher meminta, pemerintah agar pelaksanaan

program vaksinasi ini menjadi momentum perbaikan penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.

"Masih banyak pekerjaan rumah penanganan pandemi yang harus diselesaikan.

Program vaksinasi harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperbaiki penanganan

pandemi Covid-19. Jangan sampai kita euforia dan lalai, seolah dengan program vaksinasi

semua masalah telah selesai," kata Netty kepada wartawan, Kamis (14/1/2021).

Terkait sejumlah pekerjaan rumah penanganan pandemi tersebut, Ketua Tim Covid-19 FPKS

DPR RI ini mengatakan bahwa PKS sudah memberikan banyak masukan dan catatan kepada pemerintah.

"Salah satu masukan adalah soal harus terpenuhinya syarat keamanan, keampuhan dan

kualitas vaksin yang digunakan.

Berdasarkan laporan uji klinisnya, kita tahu bahwa tingkat kemanjuran Sinovac adalah 65,3 persen.

Hasil ini harus menjadi perhatian pemerintah meskipun angkanya sudah di atas standar WHO," ujarnya.

Masukan penting lainnya, kata Netty adalah soal kemampuan mengelola komunikasi publik yang

baik atas program vaksinasi ini.

"Di saat pandemi makin meluas, sementara masyarakat dihujani dengan informasi pro kontra

soal vaksin, maka pemerintah harus kerja ekstra keras mengajak mereka menjadi agen perubahan sosial.

Jangan sampai komunikasi publik yang buruk menambah kegaduhan, kepanikan, bahkan pembangkangan masyarakat.

Ini akan membuat program vaksinasi berbiaya mahal menjadi tidak efektif," katanya.

Oleh karena itu pelaksanaan vaksinasi tahap satu ini harus terus dievaluasi mulai dari

pengadaan sampai pelaksanaanya.

"Pelaksanaan vaksinasi tahap awal ini harus dievaluasi dan dijadikan patokan dalam tahap vaksinasi berikutnya.

Selain Sinovac, pemerintah menyebutkan adavaksin lain yang akan digunakan.

Saya meminta pemerintah agar menggunakan standarisasi yang sama dalam proses pemilihan,

pengujian dan penetapan vaksin fase selanjutnya," ucapnya.

Netty juga mengingatkan pemerintah agar melakukan langkah antisipatif terhadap dampak

ikutan program vaksinasi.

"Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan terjadi pada pelaksanaan vaksinasi di lapangan,

pemerintah harus membuat pusat pengaduan KIPI secara terpusat.

Jangan melepaskan tanggung jawab kepada pemerintah daerah, terutama wilayah yang telah

terdistribusi vaksin dan wilayah perbatasan.

Penting mengawasi wilayah perbatasan yang sangat memungkinkan terjadinya kontak dan

mobilisasi warga negara lain," kata Netty.

(Tribunnews.com/Vincentius Jyestha Candraditya)

BERITA PILIHAN EDITOR :

Baca juga: 100 Nama Bayi Perempuan Beserta Artinya, Nama di Nomor 23 Berarti Anak Perempuan yang Berhasil

Baca juga: Kisah Syekh Ali Jaber, Ulama Asal Madinah yang Dianugerahi Kewarganegaraan Indonesia

Baca juga: Neta: Presiden Jokowi Ingin Dikawal Listyo Sigit hingga 2024, Mirip Penunjukan Tito Karnavian

TONTON JUGA :

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Menkes Ungkap Pelaksanaan Vaksinasi Butuh Anggaran Rp 66-75 Triliun

https://www.tribunnews.com/corona/2021/01/14/menkes-ungkap-pelaksanaan-vaksinasi-butuh-anggaran-rp-66-75-triliun.

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya

Editor: Adi Suhendi

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved