Penumpang Sriwijaya Air
Masalah Swab PCR Buat Dua Pria Ini Lolos dari Maut, Nama Ada di Manifest Sriwijaya Air, Ini Kisahnya
Namanya ada dalam data manifest penumpang pesawat Sriwijaya Air. Namun ternyata kedua pria ini tak jadi naik pesawat Sriwijaya Air.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Namanya ada dalam data manifest penumpang pesawat Sriwijaya Air.
Namun ternyata kedua pria ini tak jadi naik pesawat Sriwijaya Air.
Terkait hal tersebut diketahui karena tak punya surat tes swab PCR, dibalik tersebut ternyata ada kedua pria tersebut justru bersyukur.
Baca juga: Profil Mbak You, Si Peramal yang Dikaitkan dengan Sriwijaya Air, Keahliannya Diwariskan Keluarga
Baca juga: Kejanggalan Kompor Firasat Orangtua Mulyadi, Korban Pesawat Sriwijaya Air, Ponijan Menangis Pilu
Baca juga: DPRD Sulut Layani Rapid Test Antigen Gratis untuk Tamu
Batal naik pesawat Sriwijaya Air SJ 182 karena tak mampu bayar swab PCR, dua pria ini tak henti bersyukur bisa lolos dari maut.
Pengalaman itu dirasakan dua orang pria asal bernama Paulus Kollo dan Indra Wibowo.
Keduanya semestinya berangkat ke Pontianak menggunakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 pada, Sabtu (9/1/2021).
Namun karena tak mampu membayar tes swab PCR, Paulus dan Indra akhirnya batal menaiki Sriwijaya Air SJ 182 dan terpaksa pindah ke transportasi lain.
Mereka pun akhirnya menggunakan kapal menuju Pontianak.
Tak disangka, ternyata keputusannya itu membuat keduanya selamat dari maut.
Hal itu diceritakan keduanya dilansir dari acara Kabar Siang TV One.
"Kami sangat bersyukur pada Tuhan masih dikasih kesempatan hidup," kata Indra dikutip TribunJakarta.com, Selasa (12/1/2021).
Mulanya, Paulus dan Indra berangkat dari Makassar menuju Pontianak untuk urusan pekerjaan.
Namun saat transit di Jakarta, keduanya membatalkan penerbangannya menuju Pontianak.
Pasalnya, Indra dan Paulus tak mampu membayar swab PCR yang harus dilakukan.
Paulus bahkan bercerita, bosnya saat itu sempat beradu argumen dengan pihak Sriwijaya.
"Bos saya masih sempat cekcok dengan orang Sriwijaya," cerita Paulus.
Paulus mengaku sempat diberi kebijakan oleh pihak Sriwijaya.
"Dia bilang kita enam orang, yang 4 orang ada test swab dan sisanya tiketnya direshedule ke tanggal 9," kata Paulus.
Hingga akhirnya Paulus dan Indra memutuskan menggunakan trasportasi laut meneruskan perjalannya menuju Pontianak.
Saat itu, Paulus dan Indra belum melakukan pembatalan tiket Sriwijaya Air SJ 182.
Sehingga nama keduanya tercatat dalam data manifest.
Paulus dan Indra sangat kaget mendengar kabar Sriwijaya Air SJ 182 yang hampir dinaikinya mengalami kecelakaan.
Keduanya mengaku baru tahu kabar duka tersebut setelah tiba di Pontianak.
Buru-buru Indra dan Paulus mengabari keluarganya agar tak khawatir.
Pasalnya, keluarga sempat khawatir tahu nama Indra dan Paulus ada di data manifest.
Lambaian tangan terakhir adik di bandara
Irfansyah mengingat momen saat sang adik, Ratih Windania melambaikan tangan ucap perpisahan terakhir di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (9/1/2021).
Sambil menangis, Irfan mengaku akan melakukan apapun demi membuat orangtua dan adiknya selamat dari musibah tersebut.
Video Ratih Windania viral beberapa saat setelah kabar kecelakaan pesawat Sriwijaya SJ-182 sekira pukul 14:40 WIB.
Belum hilang di instastory Instagramnya, Ratih memperlihatkan momen perpisahan bersama keluarga besarnya.
"Dadah kita pulang dulu ya," begitu kiranya ucapan Ratih di video tersebut.
Irfan mengaku mengantar Ratih dan orangtuanya ke Bandara untuk kembali ke Pontianak.
Dikatakan Irfan, seharusnya orangtuanya terbang pukul 07:00 WIB pagi hari Sabtu.
"Tapi karena ada peralihan. Jadi kita itu jalan dari Bandung Jumat, sampai Jakarta malam, berharap paginya terbang," ucapnya dikutip TribunJakarta.com dilansir dari YouTube Beepdo.com, Senin (11/1/2021).
Namun, Irfan mengaku jadwal penerbangan orangtua dan adiknya dipindahkan pukul 13:00 WIB.
"Dalam pesawat itu ada bapak, ibu, adik, keponakan saya dua orang, nah itu jadwalnya hari Sabtu digeser ke 13:30 WIB," tutur Irfan.
Irfan membantu mengurus semua persiapan orangtua dan adiknya pulang ke Pontianak.
Mulai dari mengantar ke bandara, cek in, sampai urusan bagasi.
"Sudah selesai, orangtua saya tinggal masuk ke dalam," ucap Irfan.
Setelah orangtua dan adik naik pesawat, Irfan mendapat kabar duka pada pukul 16:00 WIB.
Seketika, Irfan langsung pergi ke bandara Soekarno-Hatta.
"Di sini udah ada tulisan dan udah dipastikan pesawat jatuh," ucap Irfan.
Irfan mengaku yakin orangtua dan adiknya menaiki pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
"Karena memang saya yang nganter sendiri, saya yang cek in, saya sudah pastikan ada orangtua di dalam,"
"Pas saya lihat manifest ada semua," tutur Irfan.
Tak ada firasat Irfan akan ditinggalkan orangtua dan adik serta keponakannya.
Hanya saja, Irfan mengingat permintaan sang ayah untuk salat jamak.
"Ayah saya itu gak pernah mau jamak salat gabungin gitu. Tiba-tiba hari itu dia nanya saya 'bapak boleh gak jamak antara zhuhur dan ashar',"
"Nah saya bilang 'boleh pak, kan bapak gatau nyampe jam berapa dan mau kemana dulu' itu jawaban saya," ucap Irfan.
"Qodarullah dia udah salat jamak dan dapat kabar pesawat jatuh," cerita Irfan dengan suara terbata.
Air mata Irfan tak bisa dibendung lagi kala mengingat nasib keluarganya.
Irfan mengaku merupakan dua bersaudara.
"Bapak ibu adik saya, saya dua bersaudara, udah gak ada siapa-siapa lagi," tutur Irfan seraya ditenangkan rekannya.
Irfan menyebut adiknya, Ratih sedang hamil 5 bulan.
Suami Ratih sudah menunggu di bandara di Pontianak saat itu.
"Adik saya lagi hamil 5 bulan, suaminya nunggu di Pontianak. Semua ada di pesawat itu, saya sekarang tinggal pasrah, serahkan semua sama Allah," kata Irfan.
Irfan mengenang momen bahagia semua orangtua, adik, dan keponakannya pulang ke Pontianak dengan menaiki Sriwijaya Air SJ-182.
Bersama keluarganya, Irfan mengaku baru saja pulang liburan.
"Kami jalan-jalan, makan, seneng-seneng, sekarang baru kerasa,"
"Nyampe rumah kosong, ga ada siapa-siapa sepi. Bener-bener gak bisa digambarin lagi," tutur Irfan menangis.
Irfan mengaku ikhlas menerima musibah yang terjadi di keluarganya.
Jika ada hal yang membuat keluarganya kembali, Irfan mengaku akan melakukannya.
"Kalau ada sesuatu yang bisa saya lakukan buat bikin mereka kembali, saya lakukan, tapi gak mungkin ini sudah takdir Allah," kata Irfan.
Irfan lantas mengingat lambaian tangan terakhir Ratih Windania di Bandara.
"Dia dadah, pulang dulu ya. Itu saja," ucap Irfan menangis.
Irfan bahkan memeragakan lambaian tangan Ratih sesaat sebelum berjalan masuk ke pesawat Sriwijaya Air.
Mendengar cerita pilu Irfan, terdengar pewarta menyampaikan bela sungkawanya.
"Astagfirullah, turut berduka mas," ucap pewarta.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Cerita Dua Pria Bisa Lolos dari Maut, Batal Naik Sriwijaya Air Meski Terdaftar di Manifes, https://jakarta.tribunnews.com/2021/01/13/cerita-dua-pria-bisa-lolos-dari-maut-batal-naik-sriwijaya-air-meski-terdaftar-di-manifes?page=all.