Sosok Tokoh
Sosok KH Abdurrahman Wahid Ad Dakhil Alias Gus Dur, Presiden ke-4 RI, Peringatan Wafat 30 Desember
bdurrahman Wahid alias Gus Dur meninggal di Jakarta, 30 Desember 2009. Hari ini tepat 11 tahun kepergian Gus Dur.
LP3ES kemudian menerbitkan majalah Prisma, dimana Gus Dur menjadi salah satu kontributor utama. Menjadi salah satu kontributor membuat Gus Dur sering berkeliling pesantren dan madrasah di seluruh Jawa.
Dari sini, keperihatinan Gus Dur terhadap keadaan pesantren mulai tumbuh. Ia melihat nilai-nilai tradisional yang ada di pesantren sudah semakin luntur akibat perubahan dan kemiskinan pesantren yang ia kunjungi.
Gus Dur akhirnya mengurungkan keinginannya untuk melanjutkan studi di luar negeri lagi. Ia memilih tetap di Indonesia untuk fokus mengembangkan pesantren.
Karier Gus Dur sebagai jurnalis terus berlanjut, saat ia aktif menulis untuk Kompas dan Tempo. Tulisan-tulisannya ternyata dapat diterima baik oleh banyak kalangan, hal ini membuat namanya kian popular.
Hasilnya, Gus Dur sering mendapat undangan untuk mengisi kuliah dan seminar.
Pada tahun 1974, Gus Dur bahkan mendapat perkerjaan tambahan di Jombang sebagai guru di almamaternya, Pondok Pesantren Tambakberas. Hanya berselang setahun, pekerjaannya bertambah lagi. Ia juga diminta untuk menjadi guru Kitab Al Hikam.
Gus Dur kemudian bergabung dengan dengan Universitas Hasyim Asyari pada tahun 1977. Di sini ia bekerja sebagai Dekan Fakultas Ushulidin sekaligus mengajar subyek tambahan seperti pedagogi, syariat Islam, dan misiologi.
Namun Gus Dur akhirnya harus pindah ke Jakarta, saat sang kakek, Bisri Syansuri memintanya untuk ikut mengurus Nahdlatul Ulama (NU).
Dikutip dari profilpedia.com, di Nahdlatul Ulama, Gus Dur sempat menjadi Katib Awwal PBNU pada tahun 1980 sampai 1984. Kemudian ia didaulat sebagai Ketua Dewan Tanfidz atau ketua umum PBNU untuk periode 1984 sampai 2000. Pada tahun 2000, ia juga menjadi Mustasyar di ormas muslim terbesar di dunia itu.
Kariernya di dunia pendidikan juga masih berlanjut setelah ia lengser sebagai Presiden Keempat Indonesia.
Pada tahun 2002, Gus Dur menjadi Rektor Universitas Darul Ulum, Jombang.
Ia juga mendirikan The WAHID Institute pada tahun 2004, sebuah Lembaga yang berusaha mewujudkan prinsip dan cita-cita intelektual seorang Gus Dur.
Karier politik pertama Gus Dur dialami ketika ia ikut berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam pemilihan umum legislatif 1982. Saat itu, PPP merupakan gabungan dari empat partai islam, termasuk NU.
Namun di pemilu legislatif berikutnya, tahun 1987, Gus Dur ganti haluan. Ia merapatkan barisan ke Partai Golkar dan malah mengkritik PPP.
Akhirnya pada 1989 sampai 1993, Gus Dur menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dari Partai Golkar.