Islam
Mimpi Menurut Al-Quran Hadits dan Para Ulama, Ada Mimpi dari Allah Ada Juga Mimpi dari Setan
Bagaimanakah mimpi menurut pandangan Islam? Berikut ini sederet dalil Al-Quran dan Hadits yang berbicara tentang mimpi.
Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Setiap kita pasti pernah bermimpi, entah mimpi yang membuat kita merasa senang atau mimpi buruk yang menggelisahkan jiwa.
Namun bagaimanakah mimpi menurut pandangan Islam? Berikut ini sederet dalil Al-Quran dan Hadits yang berbicara tentang mimpi.
Mimpi dalam Al-Quran
“Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia.” Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al–Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” (Q.s Al-Isra [17]: 60)
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari…” (QS. Ar-Ruum: 23)
Artinya: ” Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.s Ash-Shaffat [37]: 102)
QS. Yusuf ayat 4 yang artinya: "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."
Artinya: “Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.s Yusuf [12]: 6)
Mimpi menurut Hadits Nabi Muhammad SAW
“Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Bukhari 7017).
“Apabila hari kiamat telah dekat, maka jarang sekali mimpi seorang muslim yang tidak benar. Dan orang yang paling benar mimpinya di antara kalian adalah yang paling benar ucapannya. Mimpi seorang muslim adalah sebagian dari 45 macam nubuwwah (wahyu). Mimpi itu ada tiga macam: (1) Mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah. (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan. (3) dan mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan, atau khayal seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain.” (HR. Muslim no. 4200)
“Mimpi baik yang berasal dari seorang yang saleh adalah satu bagian dari 46 bagian kenabian.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Menceritakan kepada kami Jarir dari A`amasy dari Abu Sufyan dari Jabir ra: Seorang Arab gunung datang kepada Nabi saw. seraya berkata: Wahai utusan Allah, saya bermimpi seolah-olah kepalaku dipenggal kemudian ia menjauh dan aku telusurinya lalu Rasulullah menjawab: janganlah kamu ceritakan kepada orang lain tentang permainan syaithan terhadapmu dalam tidurmu. (Al-Munziri : 873)
Mimpi menurut para Ulama
Perlu diketahui bahwa para ulama bersepakat bahwa mimpi tidaklah bisa dijadikan hujjah atau dalil.
Mimpi hanyalah sebatas pemberi kabar baik atau peringatan atau pelajaran.
Mimpi dapat diceritakan kepada siapa pun, namun hanya mimpi yang baik-baik saja. Sebagaimana yang dikatakan Nabi dalam hadits berikut:
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik-baik saja atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)
Iibnu Hajar menjelaskan bila mimpi itu adalah mimpi Nabi maka bagian dari kenabian adalah hakikatnya dan bila dari selain nabi maka itu adalah perumpamaan.
Sedangkan menurut Al-Khithabi mimpi datang sesuai dengan cara datangnya nubuwwah.
Imam Malik ketika ditanya tentang mimpi, "apakah semua orang dapat menafsirkan mimpi?" beliau berkata, "apakah bermain-main dengan nubuwwah lalu katanya mimpi adalah bagian dari kenabian? maka janganlah bermain-main dengan kenabian" (Al-Asqalani, :510)
Ibnu Sirin berkata ada dua macam mimpi yaitu: yang hak (benar) dan yang bathil (tidak benar).
Adapun mimpi yang hak adalah mimpi yang dilihat seseorang dalam keadaan jiwa yang stabil, tidak sedang memikirkan atau mengharap sesuatu.
sedangkan mimpi yang bathil adalah mimpi yang berasal dari bisikan hati, cita-cita, keinginan, mimpi bercampur (seksual) juga mimpi yang menakutkan dan membuat pilu hati yang berasal dari Syaithan maka mimpi seperti ini tidak ada tafsirannya.
Dengan demikian mimpi dalam Islam diyakini selain karena aspek fikiran, juga berhubungan dengan ilham atau wahyu.
Saat ini, tidak ada lagi manusia yang mendapatkan wahyu, karena wahyu hanyalah hak para Nabi dan Rasul Allah.
Bila mimpi itu merupakan ilham dari Allah maka itu berfungsi sebagai kabar gembira bagi seorang
hamba.
Kabar tersebut seperti hendak memberitahukan tentang adanya ujian keimanan, petikan dari sebagian kejadian di masa depan untuk mempersiapkan diri menghadapinya saat waktunya tiba dan menumbuhkan spirit dalam berjuang.
Dalam menyikapi mimpi haruslah selalu berbaik sangka dan tidak sembarangan menceritakannya, kecuali kepada orang yang tepat, atau alim yang memiliki ilmu dari sisi Allah.
Bila mimpi itu baik maka hendaklah bersyukur kepada Allah swt dan boleh menceritakannya
kepada orang yang dicintai atau kepada orang yang alim.
Sementara bila mimpinya buruk maka sebaiknya menahan diri dari menceritakannya kepada siapapun. (tribunmanado.co.id/*)
Baca juga: Di Indonesia Lahan Sawah Terus Menyusut, Sementara China Memperluas hingga Sebesar Republik Irlandia
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Sabtu 19 Desember 2020, Libra Sebaiknya Arahkan Energi Menuju Jalan yang Benar
Baca juga: Cara Kelompok Jamaah Islamiyah Mendapatkan Dana: Pendapatan Anggota hingga Kotak Amal