Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Diego Maradona Meninggal Dunia

Sosok Diego Maradona, Legenda Sepak Bola yang Dijuluki 'Si Tangan Tuhan', Ini Profil hingga Karirnya

Maradona meninggal karena serangan jantung setelah dua minggu keluar dari rumah sakit untuk menjalani perawatan karena pendarahan di otak.

Editor:
FIFA via Tribunnews.com
Diego Maradona 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Baru-baru ini Diego Armando Maradona dikabarkan meninggal dunia.

Pria yang dijuluki 'Si Tangan Tuhan' ini meninggal dunia tutup usia pada 60 tahun, Rabu (25/11/2020)

Diego Armando Maradona merupakan seorang legenda sepak bola Argentina.

Dikabarkan maradona meninggal karena serangan jantung setelah dua minggu keluar dari rumah sakit untuk menjalani perawatan karena pendarahan di otak.

Diego Maradona mencium trofi Piala Dunia setelah membawa timnas Argentina memenangi final lawan Jerman di Azteca Stadium, Mexico City, 29 Juni 1986.
Diego Maradona mencium trofi Piala Dunia setelah membawa timnas Argentina memenangi final lawan Jerman di Azteca Stadium, Mexico City, 29 Juni 1986. (STAFF / AFP)

Berikut ini biodata Maradona 'Si Tangan Tuhan'.

Diego Maradona adalah mantan pesepakbola yang berasal dari Argentina.

Dia pernah memperkuat klub besar dunia seperti Boca Junior, Napoli dan Barcelona.

Posisi Diego Maradona semasa aktif bermain adalah penyerang.

Maradona juga beberapa kali melatih baik di level klub ataupun timnas.

Diego Maradona lahir di Lanus, Buenos Aires, Argentina pada 30 Oktober 1960.

Orangtuanya adalah Diego Maradona Sr dan Dalma Salvadora Franco Dona Tota.

Maradona adalah satu dari delapan anak dalam keluarganya yakni dua adik laki-laki Raul dan Hugo serta dua kakak perempuan Rita dan Maria Rosa, lalu tiga adik perempuan Claudia, Elsa dan Ana Maria.

Maradona berstatus duda dengan tiga anak perempuan Dalma, Giannina, dan Jana serta dua anak laki-laki Diego Sinagra dan Diego Fernando.

Dia lahir di kalangan keluarga miskin yang tinggal di kawasan Villa Fiorito.

Ayahnya hanya seorang pekerja pabrik yang menghidupi delapan anak dan satu istri.

Karena kesulitan ekonomi, keluarga awalnya menginginkan Maradona menjadi akuntan profesional daripada pesepakbola.

Namun, kecintaan Maradona kecil pada sepak bola akhirnya membuat hati orangtua luluh.

Bakat alami Maradona kecil mulai mekar walau hanya bermain di tim level kampung Estrella Roja.

Pada usia ke-12, ketika menjadi ballboy bagi klub Argentinos Juniors, Diego Maradona mencuri perhatian dengan memamerkan skill olah bola pada jeda pertandingan.

Diego Maradona memeluk Lionel Messi dalam laga perempat final Piala Dunia 2010 yang mempertemukan Argentina kontra Jerman di Stadion Green Point, Cape Town, Afrika, 3 Juli 2010
Diego Maradona memeluk Lionel Messi dalam laga perempat final Piala Dunia 2010 yang mempertemukan Argentina kontra Jerman di Stadion Green Point, Cape Town, Afrika, 3 Juli 2010 (DANIEL GARCIA/AFP)

Awal Karier

Tumbuh dan kembang di akademi Argentinos Juniors.

Debut profesional Maradona dilakoni saat usianya belum 16 tahun melawan Talleres de Cordoba pada 1976.

Kemampuan Diego Maradona melesat tajam.

Selama lima tahun bermain untuk Argentinos Juniors, dia mencetak 115 gol dari 167 laga.

Lalu, Diego Maradona pindah ke klub yang lebih besar yakni Boca Juniors.

Sebenarnya, Diego Maradona punya kesempatan untuk bermain di klub rival yakni River Plate.

Namun, Diego Maradona menolak dan tetap memilih Boca Juniors karena kecintaan klub tersebut merupakan impiannya.

Tahun 1981, Diego Maradona mulai bermain untuk Boca Juniors dan sanggup menghantarkan klub berjuluk Los Xeneizes itu juara Liga Argentina.

Meski berperan penting dengan mencetak banyak gol, Diego Maradona lantas pindah karena berkonflik dengan pelatih Boca Juniors saat itu.

Kurang Sukses di Barcelona

Pada 1982, Diego Maradona mendarat di klub raksasa, Barcelona dengan rekor transfer 5 juta poundsterling, rekor pemain termahal dunia saat itu.

Performa Diego Maradona memang luar biasa.

Bahkan pada laga El Clasico 26 Juni 1983, dia mencetak gol yang ikut membawa Barcelona membantai 3-0 Real Madrid di kandangnya Stadion Santioago Bernabeu kala itu.

Atas sihir yang ia tontonkan selama laga bergengsi itu, Diego Maradona mendapat aplaus berdiri dari fans Real Madrid dan itu merupakan peristiwa pertama kali sebelum akhirnya terulang pada Ronaldinho dan Andres Iniesta.

Namun, kesalahan diet makanan, sakit hepatitis dan cedera hamper mematikan karier Diego Maradona setelah itu.

Belum lagi peristiwa chaos dalam final Copa del Rey 1984 melawan Bilbao dimana Diego Maradona tak mampu jaga emosi, memicu keributan pemain dan kericuhan di laga itu.

Akhirnya demi menjaga marwah klub dan tak ingin memiliki pemain yang melawan direksi, Barcelona melego Diego Maradona ke klub Italia, Napoli pada 1984.

Kilmaks dan Antiklimaks di Napoli

Tiba di kota Naples dengan rekor 6,9 juta poundsterling (lagi-lagi termahal kala itu), Diego Maradona dipuja bak sang juru selamat di sana dengan sambutan 75ribu fans di Stadion San Paolo.

Meski Napoli adalah tim menengah kala itu, ternyata kehadiran Maradona mampu mengerek klub berjuluk Partenopei tersebut ke papan atas Serie A Italia.

Diego Maradona pun diberi amanat sebagai kapten tim dan langsung menjadi idola dalam dan luar lapangan.

Selang dua musim, tepatnya pada 1986-87 akhrinya Diego Maradona mampu membuka tirai sejarah Napoli untuk meraih scudetto pertama kali.

Kemenangan klub asal wilayah Italia selatan itu sangatlah mengharukan terutama bagi masyarakatnya kala itu.

Ketimpangan ekonomi dan pembangunan antara Italia utara dan selatan memang sangat kentara dan kebetulan klub-klub asal Italia utara kala itu seperti Juventus, AC Milan atau Inter sedang mendominasi Serie A.

Maka, kemenangan Napoli diibaratkan sebuah kemenangan penuh pembuktian dari masyarakat Italia selatan.

Lantas, Diego Maradona yang berperan besar dengan gol dan aksi-aksi yahudnya semakin dikultuskan oleh masyarakat Italia, terkhusus orang Naples.

Dua kali scudetto hingga mengantar Napoli juara UEFA Cup (sekarang Liga Europa) adalah bukti sahih prestasi Maradona disana.

Meski bermain sebagai gelandang serang, dia mampu raih gelar top skor liga pada 1987-88 dengan 15 gol.

Saking murninya kualitas seorang Diego Maradona, bek legendaris Italia Paolo Maldini bahkan memuji pemain berjuluk El Pibe del Oro itu sebagai manusia tak terhentikan dan lawan tersulit yang pernah dihadapi.

Namun karier Diego Maradona bersama Napoli selain berlalu klimaks juga berjalan antiklimaks.

Dia sering kali terkena kasus seperti penggunana kokain, tak tertib aturan klub, skandal anak diluar nikah dan dugaan kedekatan dengan mafia.

Musim 1990-91 menjadi akhir cerita yang memilukan bagi Diego Maradona, kontraknya berakhir, nomor punggung 10 miliknya dipensiunkan dan dia terkena hukuman larangan bermain 15 bulan karena penggunaan kokain.

Setelah selesai menjalani hukuman, musim 1992-93 dia memulai hidup kembali di Sevilla namun berlangsung semenjana hingg akhirnya melanglang buana ke klub lain seperti Newell’s Old Boys dan klub lamanya, Boca Juniors.

Ekspresi Diego Maradona (kiri) dan Lionel Messi setelah Argentina kalah dari Jerman pada perempat final Piala Dunia 2010 di Stadion Green Point, Cape Town, 3 Juli 2010.
Ekspresi Diego Maradona (kiri) dan Lionel Messi setelah Argentina kalah dari Jerman pada perempat final Piala Dunia 2010 di Stadion Green Point, Cape Town, 3 Juli 2010. (DANIEL GARCIA/AFP)

Tak Bakat Melatih

Karir kepelatihan Diego Maradona benar-benar bertolak belakang dengan kemampuan dia saat bermain.

Dia pernah melatih Mandiyu de Corrientes, Racing Club, Al asl, Fujairah, Dynamo Brest dan berbagai klub tak terkenal lain.

Namun, momen terburuk adalah ketika dia gagal di Piala Dunia 2010 saat menangani tim nasional Argentina.

Maradona miskin pilihan taktik, tak punya pola permainan yang jelas dan hanya mengandalkan kreativitas pemain buat Albiceleste babak belur dihajar Jerman 4-0 di laga perempat final.

Tim Nasional Argentina

Karier internasional Diego Maradona justru lebih cemerlang daripada di klub-klub yang ia bela.

Dia membawa Argentina juara Piala Dunia 1986 dengan menjadi aktor penting di dalam perjalanannya.

Salah satunya yakni laga perempat final versus Inggris yang akan terus dikenang sepanjang hayat hidup umat manusia.

Dalam laga berkesudahan 2-1 untuk Argentina, Maradona mencetak dua gol kemenangan itu.

Majalah ternama Perancis L’Equipe mendiskripsikan dua gol Diego Maradona sebagai setengah dewa dan setengah iblis.

Dalam laga sengit dibumbui latar belakang perang Falklands memperbutkan pulau Malvinas antar kedua negara dalam isu politik, Diego Maradona melakukan keajaiban yang mustahil dilupa sepanjang masa.

Gol pertama dicetak dengan gerakan tangan Diego Maradona menyentuh bola ketika melakukan duel udara dengan bek Inggris yang kini popular dengan istilah “gol tangan Tuhan”.

Seharunya gol itu tak sah, namun wasit tak bergeming.

Gol kedua, Diego Maradona menunjukkan bahwa selain mampu berlaku picik di gol pertama, dia adalah gambaran nyata seorang yang mendapat bakat ilahiah dalam sepak bola.

Diego Maradona dengan hanya 11 sentuhan bola mampu meliuk-liku melewati lima pemain dan mengecoh kiper Peter Shilton sebelum menyeploskan bola dengan gerakan sambil menjatuhkan diri.

Salah satu gol terindah yang pernah ada dalam jagad sepak bola.

Praktis, hanya Piala Dunia 1986 yang terbaik bagi Maradona dan Argentina karena selain itu ia gagal mempersembahkan juara.

Pesepak bola legendaris asal Argentina, Diego Maradona menghadiri acara coaching clinic di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu (29/6/2013).
Pesepak bola legendaris asal Argentina, Diego Maradona menghadiri acara coaching clinic di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Sabtu (29/6/2013). ()

Prestasi

Klub

Boca Juniors

Argentine Primera División: 1981 Metropolitano

Barcelona

Copa del Rey: 1983

Copa de la Liga: 1983

Napoli

Serie A: 1986–87, 1989–90

Coppa Italia: 1986–87

UEFA Cup: 1988–89

Supercoppa Italiana: 1990

Tim Nasional Argentina

FIFA World Cup: 1986

Individu

Maradona's Golden Foot award in “The Champions Promenade" on the seafront of the Principality of Monaco

Argentine Primera División top scorers: 1978 Metropolitano, 1979 Metropolitano, 1979 Nacional, 1980 Metropolitano, 1980 Nacional

FIFA World Youth Championship Golden Ball: 1979

FIFA World Youth Championship Silver Shoe: 1979

Argentine Football Writers' Footballer of the Year (4): 1979, 1980, 1981, 1986

South American Footballer of the Year: (official award) 1979, 1980

L'Équipe Champion of Champions: 1986

Capocannoniere (Serie A top scorer): 1987–88

World Team of the 20th Century: 1998

Marca Leyenda: 1999

Number 10 retired by Napoli football team as a recognition to his contribution to the club: 2000

FIFA Player of the Century: 2000

FIFA Goal of the Century (for his second goal against England in 1986 FIFA World Cup quarter-final): 2002

Statistik

Argentinos Juniors 166 gol (1976, 1977, 1978, 1979, 1980)

Boca Juniors 35 gol (1981, 1995-96, 1996-97, 1997-19980

Barcelona 38 gol (1982-193, 1983-1984)

Napoli 115 gol (1984-85, 1985-86, 1986-87, 1987-88, 1988-89, 1989-90, 1990-91)

Sevilla 6 gol (1992-93)

Newell’s 0 gol (1993-94)

Internasional

Argentina 34 (1977-1994)

Fakta Lain

Diego Maradona adalah sososk kontroversial baik secara perbuatan maupun ucapan.

Selain pernah terjerat kasus narkotika dan isu skandal dengan perempuan, Diego Maradona juga terlilit utang 37 juta euro kepada pemerintah Italia.

Dalam pandangan politik, Diego Maradona dekat dengan tokoh-tokoh berhaluan sosialis seperti Fidel Castro dan Hugo Chavez.

Nama “Maradona” sangat mendunia tak hanya menjadi nama anak-anak di Argentina namun hingga keseluruh dunia termasuk Indonesia.

Karena sangat dicintai oleh banyak orang, bahkan di Rosario, Argentina ada gereja khusus yang mentuhankan Diego Maradona dengan nama gereja Iglesia Maradoniana.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Biodata Maradona Si Tangan Tuhan, Legenda Sepak Bola Argentina, https://jateng.tribunnews.com/2020/11/25/biodata-maradona-si-tangan-tuhan-legenda-sepak-bola-argentina?

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved