Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Travel

Mengenal Ban Hin Kiong, Klenteng Tertua di Kota Manado

Usia klenteng ini telah lebih 200 tahun. Pada 14 Maret 1970, klenteng ini pernah terbakar.

Tribun Manado
Klenteng Ban Hin Kiong di Jalan DI Panjaitan, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin (2/11/2020) 

MENCARI klenteng atau vihara di Kota Manado tidak sulit.

Saking banyaknya Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) itu telah berdiri di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara.

TITD maksudnya tempat ibadah penganut Taoisme, Konghucu, Buddhisme, dan Sam Kaw.

Beberapa klenteng itu bahkan telah menjadi destinasi wisata Kota Manado.

Satu di antaranya adalah Klenteng Ban Hin Kiong.

Klenteng ini berada di kawasan Pecinan Manado.

Tepatnya di Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Calaca, Kecamatan Wenang.

Berdekatan dengan Klenteng Kwan Kong. Kedua klenteng ini hanya dipisahkan jalan raya. 

Berjarak sekira 14 km dari Bandara Sam Ratulangi.

Jalan di sekitar klenteng ini selalu ramai kendaraan bermotor. Tak jarang macet.

Sebab berada di pusat bisnis kota lama Manado.

Sangat dekat dari Pelabuhan ASDP Manado. Hanya berjarak 1,7 km.

Di pelabuhan inilah kapal-kapal yang biasa mengantar jemput wisatawan untuk menikmati wisata bahari Bunaken banyak bersandar.

Jadi setelah berkunjung ke Klenteng Ban Hin Kio, Anda bisa melanjutkan perjalanan wisata ke Bunaken melalui Pelabuhan Manado.

Sejarah Ban Hin Kio
Dari beberapa literatur menyebut Ban Hin Kiong terdiri atas 3 kata.

Masing-masing punya arti. Ban berarti banyak.

Hin berarti berkat yang melimpah atau kelimpahan kebaikan. Sedangkan Kiong berarti Istana.

Ban Hin Kiong adalah klenteng tertua di Kota Manado. Didirikan sejak 1819.

Pada awalnya, bangunannya berupa rumah diselingi bambu.

Pada 1839 didirikan rumah abu (Kong Tek Su) yang sederhana.

Klenteng ini mulai dikelola secara organisatoris sejak 1935 melalui perkumpulan Sam Khauw Hwee.

Diinisiasi dua tokoh Tionghoa Manado: Yo Sioe Sien dan Que Boen Tjen.

Melalui perkumpulan inilah dilakukan beberapa kali pemugaran Ban Hin Kiong.

Pemugaran pertama dilakukan rentang waktu 1854-1859. Lalu pemugaran kedua, 1895-1902.

Namun pada 14 Maret 1970, klenteng ini terbakar.

Klenteng Ban Hin Kiong di Jalan DI Panjaitan, Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin (2/11/2020).
Klenteng Ban Hin Kiong di Jalan DI Panjaitan, Kota Manado, Sulawesi Utara, Senin (2/11/2020). (Tribun Manado)

Ada yang menyebut klenteng sengaja dibakar.

Akibat kebakaran itu, bangunan utama kelenteng hangus.

Kemudian pada 1971, klenteng ini didirikan kembali menyerupai bangunan pada awalnya.

Diinisiasi Nyong Loho (Soei Swie Goan) yang dipercaya sebagai ketua pembangunan sekaligus Ketua Klenteng Ban Hin Kiong saat itu.

Sejak itu, Ban Hin Kiong telah beberapa kali mengalami renovasi bangunan, baik penambahan lantai menjadi 3 lantai maupun peluasan ruangan dan halaman.

Ban Hin Kiong kini terlihat megah. Juga dilengkapi ruang pertemuan untuk melangsungkan akad pernihakan.

Walau telah berusia 200 tahun, klenteng ini sangat terawat. Bersih dan rapi.

Karena nilai sejarahnya, tempat ini selalu dikunjungi para wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Wisatawan asing yang paling sering ke klenteng ini adalah para turis asal Tiongkok.

Klenteng Ban Hin Kiong juga salah satu bukti yang menunjukkan keberagaman dan kerukunan antarumat beragama di Kota Manado terpelihara. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved