Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30S PKI

Fakta Aksi Penyiksaan Kepada 7 Jenderal di Film G30S PKI Merupakan Rekayasa, Diakui Sutradaranya

Adegan penyiksaan para jenderal di film G30S PKI sebelum dimasukkan di dalam Lubang Buaya ternyata rekayasa.

Editor: Frandi Piring
Youtube tvMu Channel
Adegan penyiksaan para Jenderal Ahmad Yani di film G30S PKI sebelum dimasukkan di dalam Lubang Buaya ternyata rekayasa. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah rekayasa diakui ada dalam film G30S PKI.

Hal itu dijelaskan oleh seorang pakar sejarah Universitas Gadjah Mada ( UGM) Yogyakarta Sri Margana.

Di mana, Sri menilai Film G30S/ PKI cacat fakta.

Film G30S PKI merupakan cerita dari peristiwa berdarah malam 30 September 1965 atau yang dikenal dengan G30S.

Kisah para pahlawan revolusi dibantai oleh sekelompok pemberontak negara kala itu.

Dalam filmnya, ternyata ada adegan yang direkayasa. 

Salah satunya terkait dengan adegan penyiksaan para jenderal sebelum dimasukan di dalam Lubang Buaya.

Hal itu dianggap tidak benar dan hanya rekayasa yang dibuat oleh sutradara Arifin C Noer agar lebih dramatis.

"Film ini terbukti cacat fakta yang sudah diakui oleh sutradaranya sendiri.

"Misalnya soal penyiksaan para jenderal sebelum dimasukan di Lubang Buaya itu terbukti dari arsip-arsip visum tidak ada,

hanya dramatisasi," ungkapnya dalam keterangan tertulis Humas UGM, Rabu (30/9/2020).

Menurutnya, menjadikan peristiwa kelam yang terjadi pada 1965 sebagai pelajaran sejarah dianggap baik.

Sehingga masyarakat bisa menjadikannya sebagai referensi agar tragedi tersebut tidak kembali terulang.

Hanya saja, ia meminta jangan sampai propaganda yang dilakukan saat ini justru dapat mewariskan dendam masa lalu pada generasi selanjutnya.

Pasalnya, konflik saat itu sebenarnya terjadi akibat dari adanya gesekan antar kelompok politik.

"Yang mengerikan itu hendak diwariskan pada semuanya yang tidak berkaitan dengan masalah itu.

"Jadi jangan wariskan dendam," ujarnya.

Meski film tersebut tidak obyektif, namun Sri menilai masyarakat saat ini sudah cerdas dan bisa menyaring mana yang benar dan salah.

Terlebih lagi, sudah banyak fakta baru terkait peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965 tersebut.

"Masyarakat saat ini sudah cerdas. Sudah banyak beredar fakta-fakta baru terkait peristiwa G30S/PKI sehingga orang bisa membuat penilaian mana yang benar dan tidak di film itu," ujarnya.

Sementara terkait dengan sikap pemerintah yang tidak melarang atau mewajibkan masyarakat menonton film itu, kata Sri, juga dinilai sudah tepat.

Terlebih lagi, film tersebut dianggap masih kontroversi dan tidak menggambarkan realitas secara utuh pada masa itu.

"Kalau sampai diwajibkan maupun dilarang nonton itu tidak benar," ujarnya. (*)

Sinopsis Film G30S PKI

Sinopsis Film G30S PKI

Film G30S PKI mengisahkan peristiwa kudeta seputar 30 September 1965 yang dilakukan oleh Kolonel Untung, Komandan Batalyon Cakrabirawa.

Film G30S PKI diceritakan menjadi dua bagian.

Pertama, G30S PKI berlatar belakang peristiwa, rencana kudeta, serta penculikan para jenderal.

Dalam peristiwa ini, 7 jenderal terbunuh, salah satunya adalah Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan.

30 September 1965, sekelompok tentara mengepung sebuah rumah di Jalan Hasanuddin 53, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Mereka membawa senjata laras panjang pada pengepungan malam itu.

Sang pemilik rumah, seorang perwira TNI Angkatan Darat yang saat itu sedang berada di sebuah kamar di lantai 2 terlihat tidak panik.

Dengan mengenakan seragam militer lengkap, Brigadir Jenderal Donald Isaac Pandjaitan berkaca ke sebuah cermin di lemari besar.

Beberapa kali ia merapikan seragamnya agar tidak terlihat kusut.

Tentara sudah mulai masuk dan menguasai lantai satu rumah.

Tembakan pun dilepaskan.

Beberapa perabot rumah jadi sasaran tembakan.

Istri dan anak DI Pandjaitan yang juga berada di lantai 2 semakin ketakutan.

Seorang asisten rumah tangga melaporkan bahwa 2 keponakan DI Pandjaitan berada di lantai satu, yaitu Albert dan Viktor terkena tembakan.

Namun DI Pandjaitan tetap tenang.

Pandjaitan kemudian turun ke lantai 1 yang dikuasai oleh para tentara dengan langkah perlahan.

Pasukan tentara yang mengepung rumah Pandjaitan disebut berasal dari satuan Cakrabirawa, pasukan khusus pengawal Presiden Soekarno.

Saat sudah berada di hadapan para tentara, Pandjaitan diminta untuk segera naik ke truk yang akan mengantarkannya ke Istana.

Mereka mengatakan bahwa Jenderal berbintang satu itu dipanggil oleh Presiden Soekarno karena kondisi darurat.

Sebelum itu Pandjaitan menyempatkan diri untuk berdoa yang menyebabkan para tentara semakin marah.

Seorang tentara memukulkan popor sentaja, tapi oleh Pandjaitan ditepis sebelum menghantam wajahnya.

Tentara yang lain marah.

Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat itu ditembak.

DI Pandjaitan pun tewas.

Jenazah Pandjaitan kemudian dimasukkan dalam truk dan dibawa pergi.

Darah dari pria kelahiran Balige, Sumatera Utara itu berceceran di teras rumah.

Penembakan itu disaksikan oleh putri sulungnya, Catherine.

Setelah gerombolan tentara pergi, ia mendatangi tempat ayahnya ditembak.

Catherine memegang darah ayahnya dengan penuh haru dan mengusapkannya ke wajah.

Itulah salah satu adegan dalam film Penumpasan Pengkhiatan G30S PKI.

Bagian kedua film mengisahkan tentang penumpasan pemberontakan.

  

Daftar pemain Film G-30 S PKI

Bram Adrianto sebagai Kol. Untung (Colonel Untung)

Amoroso Katamsi sebagai Mayjen Soeharto (Mayor Jenderal Soeharto)

Umar Kayam sebagai Presiden Soekarno

Syubah Asa

Ade Irawan

Sofia (Sofia WD)

Dani Marsuni

Yeyet Hasan

Harto Kawel

Charlie Sahetapy

Pramana PMD

Kies Slamet

Wawan Sarwani

Doddy Sukma

Chaidar Djafar

Keke Tumbuan sebagai Ade Irma Suryani 

(*)

Tautan:

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Film G30S/PKI Cacat Fakta, Sejarawan UGM: Penyiksaan Para Jenderal Itu Tidak Ada"

https://regional.kompas.com/read/2020/10/01/07263511/sejarawan-ugm-tanggapi-kontroversi-penyiksaan-para-jenderal-di-film-g30s-pki?page=all#page2

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved