Konflik Azerbaijan Armenia
Turki Dikabarkan Dukung Azerbaijan, Rusia Desak Ankara Upayakan Gencatan Senjata di Nagarno-Karabakh
Armenia dan Azerbaijan melaporkan pertumpahan darah lebih lanjut di wilayah, ketika gelombang kekerasan terburuk di sana sejak 1990-an berkecamuk.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Turki diberitakan telah memberikan dukungan untuk Azerbaijan dalam konflik di wilayah perbatasan Aarmenia, di Nagarano-Karabakh.
Sementara itu, Rusia mendesak Ankara agar mengupayakan bentrokan mematikan di wilayah tersebut.
Dilaprkan, ada puluhan yang tewas dan ratusan lainnya luka-luka sejak bentrokan antara Azerbaijan dan Armenia di Nagarno-Karabakh pada Minggu (27/9/2020).
Mengutip Al Jazeera, pada Selasa (29/9/2020), Armenia dan Azerbaijan melaporkan pertumpahan darah lebih lanjut di wilayah, ketika gelombang kekerasan terburuk di sana sejak 1990-an berkecamuk untuk hari ketiga.
Desakan Moskow datang setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Senin (28/9/2020), menuntut Armenia mengakhiri 'pendudukan' di Nagorno-Karabakh.
Erdogan juga menyerukan Armenia untuk meninggalkan wilayah tersebut, secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan.
"Kami menyerukan semua pihak, terutama negara mitra seperti Turki untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk gencatan senjata dan kembali ke penyelesaian damai konflik ini dengan menggunakan cara-cara politik dan diplomatik," kata juru bicara, Kremlin Dmitry Peskov, kepada wartawan.
“Setiap pernyataan tentang semacam dukungan dan aktivitas militer tidak diragukan lagi menambah kobaran api. Kami tegas menentang ini," katanya.
Hubungan Turki dan Armenia
Lebih jauh, Armenia menuduh Turki mengirim tentara bayaran untuk mendukung Azerbaijan, tuduhan tersebut dibantah oleh Ankara.
Turki dan Armenia memiliki hubungan yang kurang baik.
Rusia adalah bagian dari aliansi militer negara-negara bekas Soviet yang mencakup Armenia, dan memiliki pangkalan militer di sana.
Namun, Rusia memasok senjata ke Yerevan dan Baku.
Peskov mengatakan Rusia melakukan "kontak terus-menerus" dengan ketiga negara tersebut.
Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat telah menengahi upaya perdamaian sebagai "Grup Minsk", tetapi dorongan besar terakhir untuk kesepakatan damai gagal pada tahun 2010.