Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

G30S PKI

Kisah Jenderal Ahmad Yani Marah PKI yang Bunuh TNI Sebelum G30S 1965: Gawat, Asah Pisau Komandomu

Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani marah mengetahui aksi barbar PKI terkait rencana 'nyeleneh'kaum komunis kala itu.

Editor: Frandi Piring
Foto/wikipedia
Jenderal Ahmad Yani 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Kisah Jenderal Ahmad Yani sebelum mati terbunuh oleh pasukan Cakrabirawa dalam aksi pemberontakan G30S PKI 1965.

Pecahnya tragedi kelam G30S PKI itu berawal dari cekcok antara PKI dan Tentara Angkatan Darat.

Di mana, partai komunis Indonesia itu pernah meminta kepada pemerintah agar memberikan suplaian persenjataan kepada buruh dan tani.

Tujuannya, demi kepentingan bela negara untuk menjadi Angkatan kelima.

 Angkatan Kelima, di mana PKI menyebut jika buruh dan tani dipersenjatai didiluar angaktan Tentara AD, AL, AU dan Kepolisian (Polri).

Bahkan, Perdana Menteri China Chou En Lai ketika itu siap sedia menyuplai 100 ribu pucuk senjata untuk buruh dan tani Indonesia.

Mengutip Buku Sejarah TNI yang diterbitkan oleh Pusat Sejarah Mabes TNI tahun 2000,

akan tetapi rencana 'nyeleneh' PKI ini berhasil digagalkan TNI AD.

Sebab TNI AD sebagai angkatan perang resmi Indonesia menilai PKI berusaha menunggangi buruh dan tani untuk dijadikan unsur bersenjata mereka.

Salah satu contoh sudah terpampang dimana ada peristiwa Bandar Betsy di Simalungun, Sumatera Utara

di mana buruh dan tani simpatisan PKI bergerkan menyerobot tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).

Bahkan seorang anggota TNI Pelda Soedjono yang sedang melaksanakan tugas mati dicangkul saat peristiwa itu.

Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani marah mengetahui aksi barbar itu.

"Bisa timbul anarki dalam negara kalau kasus ini dibiarkan!" ujar Yani marah.

Saat menghadiri HUT Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD/Kopassus) tanggal 15 Juli 1965 di Jakarta, Yani masih dongkol dengan peristiwa itu.

Di depan hadapan para prajurit Korps Baret Merah, Yani berpesan agar RPKAD selalu siap siaga menghadapi PKI yang makin keterlaluan.

"RPKAD harus tetap memelihara kesiapsiagaan yang merupakan ciri khasnya dalam keadaan apapun,

terutama dalam keadaan gawat ini. Asah pisau komandomu, bersihkan senjatamu," tegas Yani.

Tiga bulan usai Yani berpidato di HUT RPKAD, G30S PKI meletus.

Yani dijadikan target utama karena ia merupakan Panglima Angkatan Darat, pemimpin tertinggi di lingkungan TNI AD saat itu.

Tak berselang lama setelah G30S/PKI terjadi, RPKAD turun tangan melaksanakan titah Yani untuk melawan PKI.

Melalui berbagai operasi militer, RPKAD pimpinan Sarwo Edhie Wibowo menumpas gerakan petualangan ini hingga ke pelosok negeri.

Detik-detik Jenderal Ahmad Yani Ditembak Aksi G30S PKI

Detik-detik Jenderal Ahmad Yani ditembak mati dan diberlakukan tak pantas oleh bawahannya yang memberontak kala itu.

Peristiwa berdarah di kediaman Jenderal Ahmad Yani disaksikan oleh anak bungsu sang jenderal, Irawan Sura Eddy atau Eddy Yani.

Dilansir dari Sosok.id, sebuah suasana keheningan dini hari menyelimuti sebuah kediaman Menteri Angkatan Darat, Jalan Lembang, Jakarta pada Jumah (1/10/1965).

Bangunan rumah yang ditinggali oleh Panglima Angkatan Darat kala itu,

Letnan Jenderal Ahmad Yani menjadi saksi bisu peristiwa berdarah yang pernah terjadi di Indonesia.

Irawan Sura Eddy, kala itu berusia 7 tahun terbangun dan mendapati ia sendirian kemudian bergegas mencari ibundanya.

Tetapi sang ibunda tak ada, karena sedang berada du rumah lainnya di Jalan Taman Surapati.

Maka ia membangunkan Mbok Mirah, pembantu dirumah Ahmad Yani kala itu untuk menemaninya duduk di ruang keluarga belakang.

Eddy, sapaannya ingin menunggu sang ibu pulang kerumah agar bisa melanjutkan tidur malamnya kala itu.

Detik selanjutnya, terdengar suara gaduh dari tempat penjagaan rumah dinas Panglima AD tersebut.

Heningnya malam itu terpecah oleh kegaduhan tersebut oleh kedatangan sepasukan tentara tak dikenal dengan cepat masuk ke halaman rumah.

Dalam buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966", menuliskan bagaimana tentara yang berseragam Cakrabirawa dengan senjata lengkap tersebut datang ke rumah sang Jenderal.

Tentara yang dipimpin Pembantu Letnan Satu Mukidjan dan Sersan Raswad segera masuk ke dalam rumah melalui belakang.

Pintu belakang rumah sengaja tak dikunci sebab Nyoya Yayu Rullah Ahmad Yani belum pulang kerumah.

Sepasukan tentara tersebut segera bergerak mengepung rumah dari segala penjuru.

Begitu tutur Irawan Sura Eddy dalam buku karya Rum Aly tersebut.

Bertemulah anggota tentara tersebut dengan Eddy dan Mbok Milah yang kala itu sedang duduk di ruang belakang dan tak jauh dari pintu belakang rumah.

Mereka pun bertanya keberadaan ayah dari bocah laki-laki berusia tujuh tahun tersebut.

"Bapak masih tidur", jawab Mbok Milah, dikutip dari buku "Titik Silang Jalan Kekuasaan Tahun 1966".

Dengan mengatasnamakan perintah presiden Sukarno untuk segera menjemput Ahmad Yani, mereka berhadapan dengan Eddy dan Mbok Milah.

Pembantu rumah tangga tersebut terdiam dan tak beranjak dari tempat duduknya.

Tentara-tentara itupun meminta Eddy untuk membangunkan sang ayah yang masih terlelap dalam tidurnya.

Dengan alih-alih bahwa mereka diutus presiden untuk membawa sang Jenderal menghadap kepada orang nomor satu, Eddy pun dengan pelan beranjak menuju kamar ayahnya.

Dengan menggoyangkan kaki ayahnya tersebut bocah laki-laki itu membangunkan ayahnya sembari berkata,

"Pak bangun pak. Ada Tjakrabirawa mencari bapak. Bapak diminta datang ke Istana".

Ahmad Yani perlahan membuka mata dan bertanya ada apa sepagi ini ada tentara datang mengganggu istirahatnya.

Soekarno Menangis di 4 Momen Ini, Berderai Air Mata di Makam Ahmad Yani hingga Hukum Mati Sahabatnya

Soekarno Menangis di 4 Momen Ini, Berderai Air Mata di Makam Ahmad Yani hingga Hukum Mati Sahabatnya

Kondisi Mengenaskan Mayat Jenderal Ahmad Yani Diangkat dari Lubang Buaya: Kotoran Keluar dari Perut

(Seto Aji/Sosok.ID)

Tautan:

https://sosok.grid.id/read/411856215/ketika-jenderal-ahmad-yani-siap-siagakan-kopassus-untuk-melawan-pki-asah-pisau-komandomu?page=all

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved