CERITA Bapa Tengkorak, Algojo Pembantai Anggota PKI: Darah Muncrat Membasahi Tubuh dan Wajah Saya
Mereka dibawa ke dekat lubang, kemudian ia dan temannya menebas kepala mereka dengan kelewang.
Namun demikian, baru tiga tahun dirinya dipenjara, pada suatu hari Kodim 1603, yang dikomandani Gatot Suherman, berkirim surat kepada kepala penjara.
Ia mengaku bahwa para tentara akan merekrut dirinya dan sembilan tahanan lain untuk menjadi algojo.
Dirinya kemudian diangkat jadi komandan algojo tersebut.
Setelah direkrut oleh militer, ia mengungkapkan bersama lainnya dibawa ke Kodim Maumere.
Sesampainya di Kodim, Bapa Tengkorak bersama lainnya diberi tahu bahwa terdapat tugas membela negara.
Tak hanya itu, Bapa Tengkorak juga diminta bersumpah untuk melakukan itu.
Setelah diberi tugas di Markas Kodim, ia dan temannya disuruh pulang ke rumah masing-masing, namun diberi pesan agar siap jika sewaktu-waktu dipanggil menjalankan tugas.
Pemanggilan terhadapnya saat itu dilakukan melalui Radio Pemerintah Daerah.
Pada Februari 1966, ia dan temannya mendapat panggilan untuk berkumpul di Kodim.
Mereka kemudian dibekali tiga sekop, tiga cangkul, dan empat tanduk rusa.
Diakui olehnya bahwa saat itu setiap algojo mendapatkan satu parang.
Setelah perlengkapan selesai dipersiapkan, mereka diangkut ke lokasi pembantaian.
Lokasi pembantaian telah ditentukan oleh Komandan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Komop).
Di lokasi tersebut, mereka disuruh menggali lubang sedalam tiga meter, lebarnya lima meter.