Berita Heboh
Penjelasan BMKG soal Hebohnya Riset ITB tentang Potensi Tsunami Capai 20 Meter di Selatan Jawa
Belakangan heboh soal riset adanya potensi tsunami 20 meter di selatan Pulau Jawa Indonesia.
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Belakangan heboh soal riset adanya potensi tsunami 20 meter
di selatan Pulau Jawa Indonesia.
Pihak BMKG pun angkat bicara soal riset ini.
BERITA PILIHAN EDITOR :
• Sosok Mayjen DI Panjaitan, Putra Batak Pendiri TKR dan Jenderal Berprestasi, Dibunuh PKI G30S 1965
• Anak Buah Kapolri Ditembak Pelaku Pemeras Truk, Bripka RS Jadi Korban
• Sosok Mayjen R. Suprapto Jadi Salah Satu Korban G30S 1965, Berikut Kronologi hingga Hasil Autopsi
TONTON JUGA :
Dikutip dari Serambinews, sebelumnya peneliti ITB telah merilis hasil riset mereka
yang mengatakan adanya potensi tsunami mencapai 20 meter di selatan Pulau Jawa.
Hasil riset tersebut juga sudah diterbitkan dalam jurnal Nature Scientific Report pada (17/09/2020) lalu.
Sontak hasil riset tersebut belakangan menjadi viral dan ramai diperbincangkan masyarakat.
Menanggapi hasil riset tersebut, pihak BMKG meminta masyarakat untuk tidak panik.

Sebaliknya BMKG justru meminta masyarakat untuk lebih fokus pada upaya mitigasi.
Kepada Kompas.com, Jumat (25/9/2020); Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi
dan Tsunami BMKG, Dr Daryono, mengatakan, BMKG dalam hal ini mengapresiasi hasil tersebut.
Dia menjelaskan, BMKG mengapresiasi penelitian tersebut karena kajian
ilmiah yang dilakukan ini mampu menentukan potensi magnitudo maksimum
gempa megathrust dan skenario terburuk.
Akan tetapi, hingga saat ini, teknologi yang ada belum mampu memprediksi
dengan tepat dan akurat kapan dan di mana gempa akan terjadi.
"Skenario model yang dihasilkan merupakan gambaran terburuk (worst case),
dan ini dapat dijadikan acuan dalam upaya mitigasi guna mengurangi
risiko bencana gempa dan tsunami," ujarnya.
Oleh karena itu, menanggapi ketidakpastian ini, yang perlu dilakukan
adalah upaya mitigasi dengan menyiapkan langkah-langkah konkrit untuk
meminimalkan risiko kerugian sosial, ekonomi dan korban jiwa.
Ia menegaskan, informasi hasil kajian ini hendaknya tidak mempertajam
kecemasan dan kekhawatiran masyarakat, tetapi justru harus segera
direspons dengan upaya mitigasi yang nyata.
Masyarakat jangan resah dan fokuslah mitigasi
Daryono berkata bahwa pada saat ini, masyarakat awam menduga seolah
dalam waktu dekat di selatan Pulau Jawa akan terjadi gempa dahsyat.
Padahal, tidak demikian.
"Kita akui, informasi potensi gempa kuat di zona megathrust memang
rentan memicu keresahan akibat salah pengertian atau misleading," kata dia.
Namun, masyarakat ternyata lebih tertarik membahas kemungkin dampak
buruknya daripada pesan mitigasi yang mestinya harus dilakukan.
Adapun perihal mitigasi potensi bencana katrastropik itu, masih banyak
hal yang bisa dilakukan masyarakat beserta para pemangku kepentingan terkait.

Di antaranya adalah sebagai berikut.
- Dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi mitigasi
- Latihan evakuasi (drill)
- Menata dan memasang rambu evakuasi
- Menyiapkan tempat evakuasi sementara
- Membangun bangunan rumah tahan gempa
- Menata tata ruang pantai berbasis risiko tsunami
- Meningkatkan performa sistem peringatan dini tsunami
Riset ITB Ungkap Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, Begini Penjelasannya
Hasil riset para peneliti Institut Teknologi Bandung ( ITB) yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature Scientific Report pekan lalu mengungkapkan adanya potensi tsunami 20 meter di selatan Pulau Jawa.
Salah satu anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan mengatakan riset ini menggunakan analisis multi-data dari berbagai peneliti. Selama ini, sejarah gempa besar di kawasan Pulau Jawa tidak diketahui atau tidak terdokumentasi.
"Pascagempa 2004 di Aceh, beberapa peneliti melakukan pengambilan sampel, atau yang dikenal dengan paleoseismologi, untuk mengetahui sejarah gempa besar di masa lalu di kawasan tersebut," ungkap Endra kepada Kompas.com, Jumat (25/9/2020).
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa gempa besar yang di Aceh pada tahun 2004 lalu, pernah terjadi 600 tahun yang lalu.
Sedangkan di Jawa, dokumentasi tentang sejarah gempa besar tidak terdokumentasi dan tidak diketahui.
Riset yang dimulai sejak 5 tahun tersebut, mengusulkan pemodelan potensi bencana gempa bumi di zona subduksi di sepanjang selatan Jawa berbasis analisis multi-hazard dan multi-data untuk pengurangan risiko atau mitigasi bencana.
Terkait potensi tsunami dan gempa besar di selatan Jawa, Endra menjelaskan hasil riset itu berasal dari analisis data GPS dan data gempa yang terekam.
"Catatan gempa besar di pulau Jawa tidak terdokumentasikan, oleh karenanya, kami menggunakan GPS untuk mendeteksi potensi gempa yang dapat terjadi," ungkap Endra.
Berdasarkan data GPS menunjukkan adanya zona sepi gempa. Artinya, bisa jadi zona itu mungkin hanya terjadi pergerakan pelan-pelan, sehingga gempa tidak terjadi, atau sebaliknya terjadi locking, daerah itu terkunci sehingga tidak dapat bergerak.
"Karena gempa itu siklus, maka ada saatnya di mana di wilayah itu ada pengumpulan energi, lalu akan melepaskan saat gempa," ungkap Endra.
Berdasarkan dua aspek studi, yakni menggabungkan data GPS dan data gempa yang saling berkorelasi ini, menyatakan ternyata wilayah Jawa bagian selatan ada potensi gempa di Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah dan timur.

Lebih lanjut Endra mengatakan kalau seandainya wilayah-wilayah tersebut terjadi gempa dalam waktu bersamaan, maka worst case menunjukkan akan adanya potensi gempa hingga M 9,1.
"Kemudian dari informasi tersebut, kami modelkan potensi tsunaminya, dan muncullah (potensi tsunami) 20 meter di Jawa bagian barat, dan 10 meter di Jawa bagian tengah dan timur," ungkap dosen Teknis Geofisika ITB ini.
Potensi tsunami di Jawa bagian barat ini berkisar terjadi di wilayah Sukabumi, dan untuk wilayah bagian tengah terjadi di sekitar pantai-pantai di provinsi DIY.
"Namun, perlu diingat gelombang tsunami yang akan terjadi, tergantung pada topografi dari tempat yang bersangkutan," jelas Endra.
Riset ini dilakukan sebagai upaya untuk dapat mengurangi potensi bencana atau upaya mitigasi yang dapat dipersiapkan.
Sebab, Endra menegaskan bahwa dalam studi ini tidak bicara tentang prediksi kapan gempa besar itu akan terjadi.
Endra menegaskan sains atau peneliti manapun hingga saat ini tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi waktu terjadinya gempa bumi tersebut.
Perlu diketahui bahwa jalur gempa atau sumber gempa dapat diketahui dari sejarah kegempaan.
Seperti diketahui ada beberapa daerah yang berpotensi gempa dari barat Aceh, Nias, Bengkulu, Mentawai dan jalur itu, kata Endra, menerus ke selatan Jawa.
"Itu adalah jalur yang memang berpotensi terjadi gempa bumi, tetapi kita harus pahami bahwa di sepanjang jalur tersebut kita tidak tahu kapan akan terjadi gempa," ungkap Endra.
Berdasarkan data gempa bumi yang terekam dari BMKG, dikolaborasikan dengan data analisis GPS dan simulasi tsunami dalam studi Prof. Ir. Sri Widyantoro, serta data pendukung lainnya, riset ini menghasilkan laut selatan Jawa memiliki potensi tsunami dan gempa besar.
(Tribunstyle.com)
BERITA TERPOPULER :
• Dokter Bedah Dikejutkan dengan Penemuan Aneh, di Kaki Bocah Ada Sehelai Rambut Bergerak Sendiri
• Kecelakaan Maut, Keluarga Pengemis Tewas Ditabrak Mobil KIA, Pengemudi Wanita Histeris Lihat Korban
• 3 Sosok Dokter Ungkap Fakta Hasil Otopsi 6 Jenderal Korban G30S PKI 1965, Bantah Pernyataan Soeharto
TONTON JUGA :
Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul JANGAN PANIK! Ini Penjelasan BMKG Soal Heboh Riset Potensi Tsunami Capai 20 Meter di Selatan Jawa