Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sosok tokoh

Sosok Kurniahu Gideon, Ayah Marcus Fernaldi Gideon, Pernah Jadi Pebulutangkis Ranking Tujuh Dunia

Tahun 1981, Kurniahu Gideon pernah mencapai ranking tujuh dunia bulutangkis kategori single.

wartakotalive
Kurniahu Gideon 

Namun, ketenaran Marcus Gideon saat ini adalah hasil kerja keras yang ditempa sejak kecil. Tak banyak yang tahu sosok yang berjasa dibalik kesuksesan seorang Marcus. Dia adalah Kurniahu Gideon, ayah dari Marcus sendiri.

 Ia pun menceritakan bagaimana masa kecilnya seorang Marcus.

"Dulu tidak ada rencana untuk menjadikan Marcus jadi atlet bulutangkis. Saat dia kecil, dia sering ikut saya ke tempat latihan di Tangkas. Kebetulan saya dulu pelatih. Tampak dia suka main bulutangkis," ucapnya.

Pasangan pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo saat bertanding pada babak perempat final Indonesia Open 2019, di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (19/7/2019). Marcus Gideon/Kevin Sanjaya melaju ke semifinal setelah mengalahkan pasangan asal China, Ou Xuan Yi/Zhang Nan dengan skor 21-12 dan 21-16. Tribunnews/Herudin
Pasangan pebulu tangkis ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo saat bertanding pada babak perempat final Indonesia Open 2019, di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (19/7/2019). Marcus Gideon/Kevin Sanjaya melaju ke semifinal setelah mengalahkan pasangan asal China, Ou Xuan Yi/Zhang Nan dengan skor 21-12 dan 21-16. Tribunnews/Herudin (Tribunnews/Herudin)

Di usia delapan tahun, Kurniahu memberikan nasehat kepada putranya sembari menanyakan keseriusannya di bulutangkis.

Kala itu Marcus adalah anak yang suka bermain Playstation.

"Saya katakan kepadanya. Kalau mau serius main bulutangkis, maka bermain Playstation harus dikurangi. Yang awalnya latihannya hanya dua kali dalam seminggu jadi tiga kali," tambahnya.

Kurniahu menjelaskan hingga usia 14 tahun, dirinya belum melihat apakah Marcus bisa menjadi atlet atau tidak.

Bahkan di usia 14 tahun, Marcus sekolah ke Singapura. Namun, sekolah di Singapura ternyata cikal bakal keseriusan Marcus dalam menggeluti bulutangkis.

"Mungkin disana dia lebih mandiri ya. Dia juga main bulitangkis di sekolahnya, dua atau tiga kali seminggu. Hanya saja dia sakit, dan pulang. Tau-taunya tidak mau sekolah lagi ke Singapura," lanjut Kurniahu.

Saat itu lah keputusan dibuat oleh Marcus. Marcus meyakinkan ayahnya bahwa dirinya akan fokus bermain bulutangkis.

Keputusan Marcus pun disambut dengan bahagia oleh seorang Kurniahu.

"Tentu saya senang. Sebagai bapak, saya juga pelatih bulutangkis, dan suka bulutangkis. Ketika dia memutuskan untuk bermain bukutangkis, saya pun siap melatih dia. Jadi pagi dia sekolah, sore dia full berlatih," ucapnya.

Prestasi Marcus pun tampak diusia 17 tahun dengan juara di kejuaraan Indonesia junior baik single dan double. Lantas usia 18 tahun, Marcus pun ikut seleksi PBSI, dan lolos ke Pelatnas sebagai pemain ganda putra.

Kurniahu pun tak menyangka Marcus akan lolos ke Pelatnas kala itu, hanya saja di usia 16 tahun dirinya sudah meyakini seorang Marcus akan bisa meraih prestasi di bukutangkis.

"Aku melihat semangat dia di usia 16 tahun ya. Dia komitmen tinggi. Apa pun latihan yang saya berikan dia tidak ada keluhan. Saat bermain juga dia begitu ngotot, tidak putus asa. Saya pun yakin dia akan jadi atlet," sambungnya lagi.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved