Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

NEWS

Punya Robot Pemadam Rp 37,4 Miliar, Kenapa DKI Jakarta Tak Gunakan Itu saat Kebakaran Kejagung?

Mengapa robot tersebut tidak digunakan untuk memadamkan api saat kebakaran di gedung Kejaksaan Agung (Kejagung)?

Editor:
Internet
Ilustrasi kebakaran 

TRIBUNMANADO.CO.ID - DKI Jakarta ternyata memiliki robot pemadam kebakaran senilai Rp 37,4 miliar.

Menurut informasi yang ada, robot pemadam kebakaran tersebut yakni Doing-Ing MVF-U3.

Yang jadi pertanyaan, mengapa robot tersebut tidak digunakan untuk memadamkan api saat kebakaran di gedung Kejaksaan Agung (Kejagung)?

Baru-baru ini Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta ungkap alasannya.

Foto Kebakaran di Gedung Kejaksaan Agung, Jalan Sultan Hasanudin Dalam, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (22/8/2020) malam. Hingga saat ini, 31 unit pemadam kebakaran dan 135 personel diterjunkan untuk memadamkan api.
Foto Kebakaran di Gedung Kejaksaan Agung, Jalan Sultan Hasanudin Dalam, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (22/8/2020) malam. Hingga saat ini, 31 unit pemadam kebakaran dan 135 personel diterjunkan untuk memadamkan api. ((KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG))

Alasannya, medan kebakaran yang dihadapi tidak memungkinkan untuk mengerahkan robot yang dibeli memakai dana anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) itu.

“Lokasi kebakaran itu kan terjadi di gedung bangunan tinggi antara 6-7 lantai, jadi secara operasional itu kami yang lebih paham untuk menanganinya,” kata Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Satriadi Gunawan, Senin (24/8/2020).

Satriadi mengatakan, untuk medan kebakaran di lokasi tinggi, lebih tepat memakai bronto skylift atau armada yang dilengkapi dengan tangga tinggi.

Untuk ukurannya, bervariasi dari 55 meter sampai 90 meter.

Robot yang dibeli pada tahun 2019, lebih tepat digunakan untuk mengantisipasi kebakaran yang terjadi di trayek kereta Light Rail Transit (LRT) Jakarta atau Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta.

Robot itu, kata dia, juga cocok diaplikasikan di tempat-tempat yang sangat berbahaya dari kobaran api seperti kilang minyak yang mengalami kebakaran.

“Karena robot kan memakai remote control dari jarak jauh. Jadi untuk keamanan petugas lebih bisa dipakai, karena di situ ada bahan material yang berbahaya seperti ledakan, zat kimia atau gas beracun," katanya.

Selain itu, daya jangkau penyemprotan dari robot tersebut juga tak sekuat bronto skylift.

Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke arah api yang membakar gedung utama Kejaksaan Agung di Jakarta, Minggu (23/8/2020) dini hari. Kebakaran tersebut masih dalam penanganan pihak pemadam kebakaran.
Petugas pemadam kebakaran menyemprotkan air ke arah api yang membakar gedung utama Kejaksaan Agung di Jakarta, Minggu (23/8/2020) dini hari. Kebakaran tersebut masih dalam penanganan pihak pemadam kebakaran. (antara)

Pasalnya, robot didesain untuk menghadapi bahaya jarak dekat.

“Untuk masuk bangunan itu juga nggak bisa, jadi bronto skylift paling efektif untuk di bangunan tinggi, karena bisa salah kami kalau memakai robot."

"Kecuali ada di MRT atau LRT yang ada di bawah tanah,” kata Satriadi Gunawan. (*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Alasan DKI Jakarta Tak Pakai Robot Senilai Rp 37,4 miliar untuk Padamkam Api di Kejagung, https://wartakota.tribunnews.com/2020/08/24/alasan-dki-jakarta-tak-pakai-robot-senilai-rp-374-miliar-untuk-padamkam-api-di-kejagung?

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved