Kim Jong Un Koma
Kim Jong Un Dalam Kondisi Koma, Sosok Ini Disebut akan Menjadi Pemimpin Baru Korea Utara
Sebuah pemberitaan menyebut jika pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un dikabarkan dalam keadaan koma.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sebuah pemberitaan menyebut jika pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un dikabarkan dalam keadaan koma.
Melansir dari The Australian, Senin (24/8/2020), klaim tersebut dilaporkan oleh media Korea Selatan.
Laporan media itu memuat pernyataan mantan ajudan mendiang presiden Korea Selatan Kim Dae Young beberapa hari setelah Kim Jong Un menyerahkan beberapa kekuasaan kepada adiknya.
Chang Song Min mengatakan kepada media Korea Selatan bahwa Kim Jong Un saat ini dalam keadaan koma.
“Saya menilai dia dalam keadaan koma, tetapi hidupnya belum berakhir,” katanya.
"Struktur pergantian lengkap belum terbentuk, jadi Kim Yo Jong dikedepankan karena kekosongan jabatan yang tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama," jelasnya.

Pekan lalu, Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan mengumumkan bahwa, Kim Jong Un akan secara bertahap akan mengalihkan sebagian kekuasaan kepada Kim Yo Jong.
Kim Jong Un melakukan itu untuk meredakan stres, meskipun diktator 36 tahun itu masih menggunakan kekuasaan absolut.
Kim Jong Un pernah di isukan menghilang selama beberapa minggu awal tahun ini, memicu spekulasi bahwa dia sakit parah di tengah rumor operasi jantung yang gagal.
Desas-desus itu akhirnya dibantah ketika dia terlihat di upacara pembukaan pabrik pupuk di Suchon.
Namun pengamat Korea Utara mengatakan tidak mungkin untuk memverifikasi tanggal kunjungan yang sebenarnya.
"Kim Jong Un masih mempertahankan otoritas absolutnya, tetapi beberapa di antaranya telah diserahkan sedikit demi sedikit," laporan Yonhap, kantor berita Korea Selatan, pada hari Kamis (20/8/2020).
Kim Jong Un juga mengalihkan kekuasaan untuk menghilangkan stres dari pemerintahannya dan mencegah kesalahan jika terjadi kegagalan dalam mengambil kebijakan.
Kim Jong Un pada pekan lalu mengakui ekonomi Korea Utara sedang berjuang menghadapi sanksi AS, pandemi dan banjir yang melanda negara.
Itu merupakan sebuah pengakuan yang sangat langka di negara satu partai itu.