Berita Heboh
UEA Bakal Bangun Kantor Kedubes di Tel Aviv, Cari Solusi untuk Israel dan Palestina
Uni Emirat Arab (UEA) berencana mendirikan kedutaan besar (Kedubes) di Ibu Kota Tel Aviv, Israel.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ketegangan antara Israel dan Palestina masih terus berlanjut.
Akibatnya, Uni Emirat Arab (UEA) berencana mendirikan kedutaan besar (Kedubes) di Ibu Kota Tel Aviv, Israel.
Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash yang mengungkapkan hal itu pada Kamis (20/08/2020) dalam konferensi video
dengan lembaga pemikir Dewan Atlantik yang berbasis di AS.
BACA JUGA :
• Kecelakaan Maut, Artis Tewas Disambar Kereta Saat Asik Live Media Sosial, Para Penggemar Menangis
• KSAD Jenderal Andika Perkasa Akan Jadi Panglima TNI Gantikan Marsekal Hadi Tjahjanto, Info IPW
• Jasad Perempuan Ditemukan Tewas Tergeletak di Pinggir Jalan, Disaksikan Warga Sebelum Ambruk
TONTON JUGA :
Gargash mengatakan, perjanjian hubungan diplomatik dengan Israel ditandatangani Minggu lalu, UEA segera
bangun kantor perwakilan di Israel.
"Abu Dhabi akan memiliki kedutaan besarnya di Tel Aviv berdasarkan konsensus internasional untuk solusi dua
negara," katanya, dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (21/08/2020).
"Kedutaan (UEA) akan berada di Tel Aviv.
Ini sangat jelas," tegasnya.
Ditanya tentang hasil yang dicapai dalam kesepakatan itu, dia menjawab adalah menghentikan
aneksasi (pencaplokan) tanah Palestina.
"Pencapaian paling konkret adalah menghentikan aneksasi tanah Palestina,” katanya.
Gargash mengatakan bahwa UEA dengan tegas akan berkomitmen untuk solusi dua negara (Israel dan Palestina).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, bagaimanapun, telah mengatakan dia setuju untuk
menunda aneksasi di Tepi Barat.
Penundaan itu merujuk dari kesepakatan normalisasi antara UEA dan Israel, tetapi rencana itu tetap “di atas meja".
“Perjanjian tersebut memiliki keuntungan jangka panjang.
Dan tentu saja, langkah ini akan menciptakan peluang.
Ekonomi kita lebih besar dari Israel.
Israel memiliki peluang besar di sini (UEA)," pungkasnya.
5 negara Timur Tengah menyusul UEA?
Beberapa negara di Timur Tengah diprediksi akan berdamai dengan Israel.
Dengan demikian, negara-negara tersebut kemungkinan akan mengikuti jejak Uni Emirat Arab (UEA).
UEA telah menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan Israel setelah selama puluhan tahun merenggang.
Dilansir dari Jerusalem Post, mengutip dari artikel berita Serambinews.com, berikut lima negara yang
diprediksi akan berdamai atau menormalisasi hubungan dengan Israel.
1. Bahrain
Bahrain menyambut baik normalisasi hubungan antara UEA dan Israel.
Laporan awal juga mengindikasikan negara itu sedang mengerjakan normalisasi hubungan setelah UEA.
Bahrain memang telah lama dianggap sebagai negara pertama di Teluk yang mungkin menormalisasi
hubungan dengan Israel.
Kerajaan kecil itu sering membuat pernyataan yang relatif positif tentang Israel selama bertahun-tahun dan tampak
terbuka terhadap "Kesepakatan Abad Ini" pemerintahan Trump dengan mengadakan diskusi tentang aspek ekonomi di sana.
Tahun lalu, Kepala Rabbi Yerusalem, Shlomo Amar mengunjungi Bahrain dan bertemu Raja Hamad
bin Isa al-Khalifa di ibu kota Manama.
Juga tahun lalu, Menteri Luar Negeri Bahrain, Khalid bin Ahmed al-Khalifa mendukung hak Israel untuk
mempertahankan diri dari ancaman Iran.
"Iran adalah orang yang menyatakan perang terhadap kami," katanya.
2. Oman
Pada Oktober 2018, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melakukan perjalanan ke Oman dan bertemu
dengan Sultan Qaboos bin Said.
Menteri Oman yang bertanggung jawab untuk urusan luar negeri, Yusuf bin Alawi, membuat komentar
positif tentang menerima Israel di wilayah tersebut selama diskusi berikutnya di Manama.
Pada bulan April, Oman membuat komentar serupa di Yordania pada sebuah konferensi, dengan mengatakan
penting untuk meyakinkan Israel bahwa mereka tidak sedang terancam.
Jordan mengecam komentar tersebut. Namun Oman terus mendorong dengan pandangan yang relatif positif tentang Israel.
Oman, seperti negara-negara Teluk lainnya, sebenarnya terbuka untuk berdiskusi dengan Israel pada 1990-an.
Perdana Menteri Shimon Peres mengunjungi Oman pada tahun 1996.
Oman, seperti Qatar, pernah memiliki kantor perdagangan Israel.
Itu ditutup pada Oktober 2000.
3. Maroko
Maroko dilaporkan menjadi salah satu negara dalam daftar pendek untuk membuka hubungan dengan
Israel dalam waktu dekat.
Ada komunitas Yahudi di Maroko, dan negara itu telah membuat beberapa gerakan dalam beberapa
tahun terakhir yang menunjukkan hubungan yang hangat meskipun hubungan diplomatik sedang mandek.
Maroko telah mendukung upaya pemerintahan Trump dalam masalah perdamaian.
Pada bulan Februari, bahkan ada rumor di Axios tentang Israel dan AS yang mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat.
4. Arab Saudi
Arab Saudi tampaknya lebih terbuka untuk Israel dalam beberapa tahun terakhir.
Itu terjadi sebagai hasil dari beberapa proses. Kerajaan itu terancam oleh Iran dan sedang memerangi
pasukan yang didukung Iran di Yaman.
Riyadh juga menentang Ikhwanul Muslimin dan telah memutuskan hubungan dengan Qatar.
Ikhwanul Muslimin terkait dengan partai yang berkuasa di Turki dan Hamas.
Arab Saudi telah mencoba untuk menekan jenis ekstremisme yang mengguncang kerajaan pada tahun 1990-an
dan dalam dekade terakhir tampaknya memiliki lebih banyak kepentingan dengan Israel.
Namun, Arab Saudi lebih suka membiarkan negara-negara Teluk lain yang bekerja sama dengan erat untuk pertama kali
dalam diskusi dengan Israel.
Ini termasuk Oman, UEA, dan Bahrain.
Namun demikian, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman telah mencari hubungan dekat dengan
pemerintahan Trump dan juga memberikan komentar yang relatif positif tentang masalah yang
berkaitan dengan proses perdamaian di Israel.
5. Qatar
Qatar dan Israel secara historis memiliki hubungan yang hangat pada 1990-an, dan diperkirakan beberapa tahun yang lalu
menjadi yang pertama dalam antrean normalisasi.
Ini terjadi setelah Perang Teluk tahun 1991. Di sana telah ada kantor perdagangan Israel sejak tahun 1996.
Qatar, Israel dan AS membentuk semacam hubungan tripartit sehubungan dengan hal ini.
Doha berusaha untuk memainkan peran yang semakin meningkat di seluruh Timur Tengah.
Sebagai bagian dari peran yang lebih luas ini, mereka juga ingin memainkan peran dalam diskusi damai dengan Israel.
Pada 2007, Menteri Luar Negeri Tzipi Livni bertemu dengan Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Thani di New York.
(Serambinews.com/Agus Ramadhan)
BERITA PILIHAN EDITOR :
• KKB Papua Tembak TNI-Polri, Balasan Tewasnya Hengki Wuamang, Buat Aparat Menderita Selama Dua Hari
• Sejumlah Pejabat Palingkan Wajah Lihat Wali Kota Berfoto dengan Warga Angkat Jari Metal
• Kecelakaan Maut Motor Tertabrak Kereta Api, PengemudI Terseret hingga 50 Meter, Ini Kronologinya
TONTON JUGA :