Sosok Tokoh
17 Pahlawan Nasional Asal Manado, Diminta Soekarno Bentuk Pemerintahan hingga Gugur Usia 24 Tahun
17 tokoh asal Manado yang memiliki peran penting dalam mewujudkan dan mempertahankan NKRI
Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
Atas jasa-jasanya kepada negara, Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Andreas Tendean dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden RI No. 111/KOTI/Tahun 1965, pada 5 Oktober 1965.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar ini diakui juga sebagai Pahlawan Nasional.
• Arti Mimpi Bercermin, Bisa Jadi Pertanda Baik Maupun Buruk, Ini Tafsirannya
• Muncul KITA, Dideklarasi Relawan Jokowi Setelah KAMI: Tidak Ada Kami, Tidak Ada Kamu, yang Ada Kita
2. Robert Wolter Mongisidi

Robert Wolter Monginsidi di adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus pahlawan nasional Indonesia.
Ia lahir di Malalayang, Manado, Sulawesi Utara, 14 Februari 1925 dan meninggal di Pacinang, Makassar, Sulawesi Selatan, 5 September 1949 pada umur 24 tahun.
Di dalam Alkitab yang dipegangnya ada kertas bertulis “Setia hingga terachir didalam kejakinan” tertanggal 5 September 1949.
Robert merupakan anak dari Petrus Monginsidi dan Lina Suawa.
Dia memulai pendidikannya pada 1931 di sekolah dasar (bahasa Belanda: Hollands Inlandsche School atau (HIS), yang diikuti sekolah menengah (bahasa Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO) di Frater Don Bosco di Manado.
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan saat ia berada di Makassar.
Namun, Belanda berusaha untuk mendapatkan kembali kendali atas Indonesia setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Mereka kembali melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration/Administrasi Sipil Hindia Belanda). Ia juga terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar.
Pada tanggal 17 Juli 1946, Monginsidi dengan Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS), yang selanjutnya melecehkan dan menyarang posisi Belanda.
Dia ditangkap oleh Belanda pada 28 Februari 1947, tetapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Belanda menangkapnya kembali dan kali ini Belanda menjatuhkan hukuman mati kepadanya.
Mongisidi dieksekusi oleh tim penembak pada 5 September 1949.
Jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.