HUT RI
Kisah Veteran RI Mirip Film Behind Enemy Lines, Menyusup Ke Garis Belakang Pasukan Belanda di Papua
Di usianya yang sudah menginjak 79 tahun, veteran pejuang mempertahankan kemerdekaan RI ini masih punya semangat nasionalisme yang berkobar - kobar.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
"Anak muda harus punya semangat bela negara," kata
dia
lagi sebelum mulai berkisah. Di usia belasan tahun, Pangkey sudah memegang senapan. Ia dipercaya sebagai pengawal Alex Kawilarang.
Lepas dari Permesta, Pangkey dan kawan - kawan dikirim ke Papua untuk operasi Trikora.
"Kami baru saja menyelesaikan upacara perdamaian antara Permesta dengan pihak TNI yang dipimpin langsung Jendral Nasution dan Alex Kawilarang dari pihak Permesta Tahun 1961 di Tomohon. Selanjutnya dikirim pada operasi Trikora," kata dia.
Ini operasi khusus. Mereka harus menyusup di belakang garis musuh,
membentuk kantong perlawanan dan melakukan operasi gerilya.
Mirip Film Behind Enemy Lines. Operasi ini bak one way ticket.
Mereka bisa masuk tanpa jaminan akan kembali.
"Kami dilepas oleh Jenderal Ahmad Yani, LB Moerdani dan Yos Sudarso, saya ingat kata kata mereka bahwa ini misi yang penting dan kami mungkin tak akan pernah kembali," kata dia.
Sesungguhnya Pangkey nyaris tak berangkat. Usianya baru 17 tahun.
"Umur saya masih 17 tahun, pak Yani kagum sama keberanian saya, dia tambahkan umur saya sepuluh tahun dalam surat," kata dia.
Pangkey tergabung dalam pasukan pasukan 500 Swat 1.
Batalion ini berisi anak - anak Manado yang dikomandai oleh Kapten Yongki Kumontoy.
Semua punya ilmu kebal. Sudah kesohor.Publik menanti kiprah mereka.
"Barangkali karena itulah kami diterjunkan ke area yang paling mematikan, musuh bukan hanya tentara belanda tapi ganasnya alam," kata dia.