NEWS
Kisah Oma Martje, Mata-mata RI yang Melihat Langsung Kejamnya Belanda: Airmata Saya Menetes
Martje Engkol selalu merasakan sensasi emosi yang luar biasa, di setiap hari proklamasi 17 Agustus
"Hingga akhir hayatnya, ia senantiasa gemetar, itu peristiwa yang tidak bisa saya lupakan seumur hidup," kata dia.
Dikatakan Martje, banyak informan yang berkhianat. Mereka melaporkan siapa pendukung republik pada Belanda.
"Namun setelah Indonesia merdeka mereka mengaku sebagai pejuang, saya tahu mereka penghianat, tapi biarlah Tuhan yang memberi hukuman, dialah yang memberi berkat, Tuhan yang memberi kemerdekaan pada bangsa ini," kata dia.
Martje kini sudah tak bisa jalan.
Sang suami Yan Rompas yang juga pejuang, setia mendorong kursi rodanya.
Martje menyebut, ia dan Yan ketemu di saat perjuangan. "Waktu itu ia guru, kami ketemu, jatuh cinta dan menikah," kata dia.
Di usia senjanya, pikiran Martje masih tajam.
Ia mengaku selalu menyimak perkembangan Sulut lewat media massa. Dia memberi apresiasi terhadap pembangunan Sulut yang sangat pesat.
"Setiap hari ada berita turis datang," bebernya.
Hanya ia meminta nasib Veteran bisa diperbaiki."Kami veteran tidak minta negara membayar kami, itu kami lakukan dari hati, namun kami minta perbaikan nasib seiring dengan kemajuan negara," kata dia. ( Tribunmanado/Arthur Rompis)
SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO OFFICIAL: