Catatan Willy Kumurur
Man City vs Lyon, Duel Pembunuh Raksasa
Setelah gagal juara Liga Inggris, semua pemain Manchester City memasang target tinggi di Liga Champions.
Oleh: Willy Kumurur
Penikmat bola
MANUSIA selalu menghendaki sesuatu, namun manusia sadar bahwa pemenuhan kehendak tak pernah memuaskannya.
Pemenuhan kehendak, selalu secara paradoks, mengecewakan manusia karena tidak pernah berhenti menuntaskan kehendak itu sendiri. Ujar filsuf Jerman, Arthur Schopenhauer.
Kekecewaan-lah yang melanda kubu Manchester City tatkala mereka gagal mempertahankan takhta English Premier League yang 'dikudeta' Liverpool musim 2019-2020 ini.
The Citizens terlempar dari puncak singgasana klasemen.
Karena itulah, untuk mengobati kekecewaan, semua pemain Manchester City memasang target tinggi di Liga Champions.
• Kalah Telak 2-8 Melawan Bayern, Bek Andalan Barcelona Pique: Klub Butuh Perubahan
Jika trofi liga domestik gagal diraih maka trofi Liga Champions-lah yang menjadi target utama mereka.
Trofi itu hanya berjarak tiga kemenangan: perempat final, semifinal dan final.
Dengan persiapan matang dan kondisi skuat yang sangat kuat, peluang juara terbuka lebar, trofi impian itu kini berada dalam jangkauan.
Hidup ini memang tak perlu menihilkan kehendak, tutur Arthur Schopenhauer.
City sudah meraih sebelas trofi domestik dalam beberapa tahun terakhir, termasuk 4 trofi Liga Premier.
Mereka kini ada di panggung Eropa setelah gagal pada beberapa tahun terakhir.
Mereka baru saja menyingkirkan raksasa Spanyol, Real Madrid, dalam babak 16 besar.
• Pemprov Sulut Segera Perbaiki Jalan Trans Mitra-Minsel
Pasukan Pep Guardiola ini akan berhadapan dengan klub Perancis, Olympique Lyon di babak perempat final dinihari nanti.
Lyon sukses 'membunuh' raksasa Italia, Juventus.
“Menyingkirkan Juventus merupakan momen paling memuaskan dalam karier saya,” ujar Rudi Garcia, pelatih Lyon.
Bianconeri yang dimotori Cristiano Ronaldo tersingkir secara menyakitkan, akibat kalah agresivitas gol tandang.
Lyon memiliki barisan penyerang yang berbahaya, seperti Moussa Dembele, Bertrand Traore, Karl Toko Ekambi dan terutama Memphis Depay, pemain asal Belanda.
Kolumnis Mail Online, Rob Draper, pernah mengulas tentang Manchester City.
Harapan amat tipis untuk menghentikan raksasa Manchester City.
Laksana seorang pilot pesawat tempur yang tidak trampil yang mencari celah sempit untuk menerobos Death Star (Bintang Kematian) yang tak tertembus.
• Kecelakaan Maut, Melaju Dengan Kecepatan Tinggi Mobil Honda Jazz Tabrak Tronton, 3 Orang Tewas
Death Star atau bernama resmi DS-1 Orbital Battle Station, adalah sebuah stasiun luar angkasa seukuran bulan dalam film Star Wars.
Sekaligus adalah senjata super yang sanggup menghancurkan sebuah planet hanya dengan sekali tembakan laser.
Demikian tulis Draper bermetafora.
Gelandang elegan The Citizens, Bernardo Silva, mengatakan kepada jurnalis The Guardian:
“Segalanya bisa terjadi. Juventus yang kuat disingkirkan Lyon. Tahun lalu kami kalah dari Tottenham Hotspur di perempatfinal. Sulit memprediksi pertandingan dan hasil di kompetisi ini."
Guardiola pun enggan menganggap remeh Lyon.
“Lyon punya peluang untuk membuat Manchester City patah hati,” ujarnya lirih.
Jika City kalah, maka trofi impian tak dapat mereka raih; yang mereka rengkuh adalah ketiadaan.
Penyair abad ke sembilan belas Irlandia, Oscar Wilde, pernah menulis pada masanya, “Saat ini orang tahu harga dari segalanya dan nilai dari ketiadaan.”
Dalam bukunya: Mati, Bertahun yang Lalu, penulis dan doktor alumnus Universitas Monash – Australia, Soe Tjen Marching, menuliskan diksi: Ketiadaan adalah ada. Karena bila ketiadaan adalah tiada, maka ia tak perlu lagi disebutkan, dikatakan, atau digambarkan.
Benarkah Manchester biru akan meraih ketiadaan?
Jawabannya dini hari nanti di Estádio José Alvalade, Lisbon, Portugal, panggung pertempuran dua pembunuh raksasa itu. ****