Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ledakan di Beirut

Akibat Ledakan di Beirut, 60 Orang Lebih Hilang Terperangkap di Puing-puing

Para sukarelawan dan tim SAR terus mencari di dalam puing-puing bekas ledakan. Tim SAR dari sejumlah negara juga turut membantu.

Editor: Rizali Posumah
AFP/Patrick Baz
Sejumlah gedung, bangunan, dan kendaraan hancur berantakan terdampak ledakan dahsyat yang terjadi sehari sebelumnya di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Patrick Baz 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BEIRUT - Setelah ledakan dahsyat yang mengguncang Ibu Kota Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020), lebih dari 60 orang dilaporkan hilang.

Informasi ini berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Lebanon pada Sabtu (8/8/2020), dikutip dari Arab News.

Hingga kini, para sukarelawan dan tim SAR terus mencari di dalam puing-puing bekas ledakan. 

Tim SAR dari sejumlah negara juga turut membantu dan telah berada di lokasi dalam upaya pencarian dan evakuasi korban.

Sampai hari ini, sebanyak 154 orang meninggal dunia, di mana 25 jenazah belum dapat diindentifikasi.

Kementerian Kesehatan Lebanon juga melaporkan lebih dari 5.000 orang mengalami luka-luka, di antaranya 25 orang dalam keadaan kritis.

Demikian kantor berita negara National News Agency (NNA) mengutip keterangan hakim Fadi Akiki, perwakilan pemerintah di pengadilan militer, seperti dilansir Reuters, Jumat (7/8/2020).

Sumber peradilan dan media lokal mengatakan Manajer Umum Pelabuhan jadi seorang di antara orang-orang yang ditahan karena peristiwa mematikan tersebut.

Fadi Akiki mengatakan sejauh ini lebih dari 18 orang mulai dari pejabat pelabuhan, Bea Cukai dan pihak terkait yang terlibat dalam pekerjaan pemeliharaan di gudang.

"16 orang telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan," ujar Akiki.

Dia mengatakan penyelidikan masih terus berlanjut.

Sebuah sumber mengatakan Manager Umum Hassan Koraytem di antara mereka yang ditahan.

Sebelumnya, bank sentral mengatakan telah membekukan rekening tujuh orang termasuk Koraytem.

Dugaan

Seorang mantan pekerja pelabuhan buka suara tentang ledakan di Beirut.

Pria bernama Yusuf Shehadi menyebut, lusinan kantong kembang api disimpan di tempat yang sama dengan 2.750 ton amonium nitrat di pelabuhan Beirut.

Hal tersebut diduga memicu senyawa kimia peledak yang memicu ledakan besar pada Selasa (4/8/2020) lalu.

Kepada Guardian, Shehadi mengatakan, militer Lebanon pernah memberi instruksi kepadanya untuk menyimpan bahan kimia di gudang 12 di pelabuhan.

Padahal, kala itu, protes besar-besaran terjadi di Beirut.

Warga Lebanon marah terhadap penyimpanan 2.750 ton bahan berbahaya yang disimpan begitu dekat dengan lingkungan perumahan selama bertahun-tahun.

"Kami banyak mengeluhkan hal ini selama bertahun-tahun," kata Shehadi, yang bekerja di pelabuhan dan telah beremigrasi ke Kanada pada Maret 2020.

Shehadi menceritakan, setiap minggu, petugas bea cukai datang dan mengeluh, begitu pula petugas keamanan negara.

Namun, tentara terus memberi tahu bahwa mereka tidak mempunyai tempat lain untuk meletakkan ribuan ton bahan kimia tersebut.

"Semua orang ingin menjadi bos, dan tidak ada yang ingin membuat keputusan nyata," imbuhnya.

Selain itu, di gudang yang sama, terdapat sejumlah kembang api.

Shehadi mengungkapkan, kembang api itu telah disita oleh bea cukai sekitar tahun 2009-2010.

Ia telah melihatnya sendiri saat lusinan kantong kembang api dikirimkan dengan forklift.

"Ada 30 sampai 40 kantong nilon berisi kembang api di dalam gudang 12," katanya.

Shehadi menyebut, lusinan kantong kembang api terletak di sisi kiri setelah memasuki pintu gudang.

Dia mengeluhkan penyimpanannya yang tidak aman dan lembap.

"Ini adalah bencana yang menunggu untuk terjadi. Para pekerja pelabuhan tidak menaruh bahan kimia di sana sejak awal. Kemarahan itu ada pada pemerintah," tuturnya.

Di lain kesempatan, sumber kedua juga mengkonfirmasi adanya kembang api.

Gambaran baru tentang dugaan penyebab ledakan itu muncul ketika para penyelidik dan organisasi media terus mencoba mengumpulkan informasi penyebab kebakaran dan ledakan.

Klaim bahwa kembang api disimpan di gudang yang sama dengan amonium nitrat tampaknya dikonfirmasi melalui rekaman telepon.

Rekaman telepon itu menceritakan sebuah video yang diunggah di Youtuber.

Dalam video tersebut, seorang pekerja pelabuhan merekam lokasi ledakan terbesar dari atap.

Tampak sebuah gudang yang panjang, dengan asap keluar dari jendela di sisi barat dan atap.

Jika ditinjau dari penandaan geografis oleh situs investigasi Bellingcat dan Guardian, gudang terletak di pusat ledakan yang menghancurkan.

Lokasi tersebut adalah tempat kebakaran awal dan ledakan berikutnya di area pergudangan yang sama.

Terlihat asap semakin luas dan membubung di atas atap gudang.

Kemudian, kilatan-kilatan putih terlihat dan gemeretak suara api terdengar.

Api merah yang lebih tebal menyebar dengan cepat ke selatan, sebelum menciptakan ledakan besar di gedung dalam hitungan detik.

Orang yang merekam video tersebut pun menghindar untuk berlindung.

Shehadi mengatakan, dia telah berbicara dengan mantan rekannya di pelabuhan.

Kala itu, para pekerja sedang memperbaiki gerbang di luar gudang 12 dengan alat listrik sebelum ledakan terjadi.

"Saat itu pukul 5 sore, dan setelah 30 menit mereka melihat asap."

"Petugas pemadam kebakaran datang, begitu pula petugas keamanan negara. Semua orang mati," ucapnya.

"Saya yakin bahwa pekerjaan perbaikan itulah yang menyebabkan bencana ini," lanjutnya.

Penyelidikan Lebanon atas bencana itu diperkirakan akan dilaporkan ke kabinet nasional pada Minggu (9/8/2020).

Enam belas orang yang terkait dengan pelabuhan, termasuk manajer umum, telah ditahan.

Namun, para tokoh dunia, termasuk presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah menyerukan adanya penyelidikan internasional yang independen.

Sementara itu, presiden Lebanon, Michel Aoun, mengatakan, penyebab ledakan masih belum jelas.

Aoun menyebut adanya kemungkinan tindakan permusuhan sebagai penyebab dari ledakan.

"Penyebabnya belum ditentukan," kata Aoun.

"Ada kemungkinan gangguan eksternal melalui roket atau bom, atau tindakan lainnya," imbuhnya.

Palang Merah Lebanon memperkirakan, puluhan orang masih tertimbun puing-puing akibat ledakan.

Sebagian besar dari mereka adalah pegawai pelabuhan yang bekerja di dalam dan sekitar gudang.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Purna Paskibraka Kehilangan Satu Generasi, Tahun Ini Tak Ada Regenerasi

Chord Gitar Lagu So In Love - Marion Jola

Aurel Hermansyah Dihina, Ashanty pun Blak-blakan soal Sosok Penghina, Ternyata Pakai Foto Orang Lain

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 60 Orang Lebih Hilang Terperangkap di Puing-puing Akibat Ledakan di Beirut.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved