Tidak Jadi Menteri Jonan Urus Hidroponik: Panen Sawi dan Kangkung
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengamini bahwa situasi pandemi virus Corona.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Sejak tidak lagi menjabat sebagai menteri, Ignasius Jonan kini lebih memilih sibuk mengurus tanaman hidroponik. Mantan menteri ESDM ini total memiliki pipa hidroponik 40 meter di kediamannya kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ada 12 meter di bagian atas rumah dan 28 meter di halaman rumah alias lantai bawah.
• Kadin dan Pemkot Kotamobagu Bekerja Sama, Muliadi Sebut Ada Tiga Sektor Jadi Perioritas
Pada bagian roof top atau lantai paling atas, tanaman hidroponik Ignasius dibagi menjadi dua kluster. Satu pipa sepanjang 6 meter ditanami sawi, 6 meter lainnya ditanami kangkung. Sementara tanaman hidroponik di halaman rumah dibagi menjadi empat kluster, dengan 2000 bibit tumbuhan ditanam.
Ignasius mengatakan, kesibukan setelah purna tugas tidak benar-benar menyita semua waktunya. Ia kemudian mencari hobi, dan membuat tanaman hidroponik di rumah menjadi pilihan Ignasius.
"Setelah saya purna tugas kegiatannya tidak banyak, tapi waktunya sama setiap orang. Semuanya punya waktu 24 jam per hari. Jadi saya mulai cari hobi yang kira-kira saya sebelumnya tidak pernah melakukan, dan yang juga kira-kira terjangkau. Akhirnya saya bikin tanaman hidroponik saja," ucap Ignasius saat wawancara eksklusif dengan Tribun via daring kemarin.
Mantan Dirut PT KAI ini membuat tanaman hidroponik atas keinginannya sendiri. Ignasius yang tidak pernah bertani mempelajari konsep-konsep tentang tanaman hidroponik dari internet. Meski tidak berpengalaman, Ignasius Jonan rupanya tidak pernah gagal panen sejak pertama kali membuat tanaman hidroponik. "Enggak pernah gagal panen, langsung berhasil," katanya singkat.
Ia kemudian membagikan konsep membuat tanaman hidroponik kepada Tribun. Mulanya Ignasius menceritakan, instalasi pipa hidroponik yang total panjang mencapai 40 meter di rumah, tidak dilakukannya sendiri.
"Saya tidak buat sendiri pipa-pipa ini, yang pertama air harus berputar, ada dinamo kecil yang menggerakkan air dari bak air. Kalau kluster di atas ini ada 200 titik, bak airnya kecil, 15 liter paling banyak. Pupuk itu kalau beli biasanya pupuk AB, tergantung nanti bisa dibaca komposisinya," jelas Ignasius.
Pupuk AB dicampur di air satu liter komposisi yang digunakan Ignasius untuk bibit tanaman hidroponik miliknya. Menaman hidroponik, kata Ignasius, satu prinsip penting yakni air di dalam pipa harus mengalir.
• Orang Tua AD Bigung Cari Anak Kesayangan, Ternyata Pria Misterius Tukarkan dengan 4 Tabung Gas 3 Kg
PH air di dalam pipa harus sekitar 5,5. Ignasius menggunakan elektrolit acid untuk menurunkan PH air di dalam pipa bila kadarnya berlebihan. "Karena hidroponik tidak menggunakan tanah, jadi air ini sangat penting. Kemudian sinar matahari harus cukup. Tidak kena matahari perkembangannya kurang, fotosintesis kurang, sehingga hasilnya tidak baik," jelas Ignasius.
Ignasius juga membagikan tips menyemai bibit sebelum ditanam di lubang-lubang pipa hidroponik. Saat menyemai bibit, kata Ignasius, harus dipastikan bahwa tangan dalam kondisi bersih.
Menyemai bibit tumbuhan dengan tangan kotor mengganggu proses pertumbuhan bibit. Bibit tidak akan tumbuh dengan baik. "Jangan kena debu, harus bersih. Jangan kotor, sehingga bibit itu waktu disemai tumbuhnya bisa bagus," kata Ignasius.
Namun demikian, eks Menteri Perhubungan ini kembali menegaskan bahwa membuat tanaman hidroponik yang terpenting yakni ukuran PH air tepat. Juga komposisi pupuk sesuai.
"Bu Susi (Susi Pudjiastuti, red) cerita ke saya (tanaman hidroponiknya) tidak bisa tumbuh bagus, saya usul cek PH air," ujar Ignasius.
Biaya membuat tanaman hidroponik sepanjang 40 meter tidaklah fantastis. Ignasius Jonan menghabiskan sekira Rp 2 juta - Rp 3 juta untuk instalasi pipa sepanjang 40 meter dan membeli pompa air.
"Termasuk 200 lubang itu lumayan, kira-kira Rp 2 juta sampai Rp 3 juta, termasuk saluran air pompa dan pipa. Bibit itu murah, di halaman itu ada 2000-an. Sebulan perawatannya Rp 300 ribu atau Rp 400 ribu," tutur Ignasius.
Tagihan Listrik di Rumah Naik Selama Pandemi
Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengamini bahwa situasi pandemi virus corona (Covid-19) sangat membatasi lingkup geraknya. Aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan sebelum ada pandemi, kini tak bisa lagi dilakukan.
"Sebelum pandemi, setelah pensiun saya suka pergi-pergi, tiap bulan ke beberapa negara, tapi sekarang sudah tidak bisa (akibat Covid-19)," ucap Ignasius Jonan saat wawancarfa eksklusif dengan Tribun Network kemarin.
Purna tugas dari Kabinet Kerja Presiden Jokowi, Ignasius mengaku memiliki kehidupan yang lebih leluasa. Ia kerap bepergian ke luar negeri, berprofesi sebagai motivator, penasihat bisnis dan advisor di sejumlah perusahaan.
• Bendahara DPP PDIP Olly Dondokambey, Curhat Lebih Enak Jadi Anggota DPR RI atau Gubernur Sulut
Di masa pandemi Covid-19, kebanyakan aktivitas Ignasius sebagai motivator, penasihat bisnis dan advisor dilakukan secara virtual ataupun lewat telepon. Ignasius bahkan sudah sangat jarang bepergian keluar rumah. Sebisa mungkin, dia akan bertahan di rumah bila tidak ada keperluan yang sangat mendesak.
"Jadi keluarnya sudah jarang kecuali sangat mendesak, kalau enggak ya sama sekali tidak keluar," ucap Ignasius. "Kegiatan saya sebagai motivator juga kebanyakan pakai virtual, terus penasihat bisnis kebanyakan juga lewat virtual atau lewat telepon," sambung dia.
Masa pandemi Covid-19 adalah masa di mana masyarakat terdampak dituntut menjaga kekebalan tubuh agar tidak mudah tertular virus. Mantan Dirut PT KAI ini pun menjaga tubuh tetap prima dengan berolahraga di rumah.
"Tips saya tidak banyak, kardio, jalan sehat, begitulah. Olahraga yang di rumah saja, ringan sampai sedang. Misal orang suka naik sepeda saya tidak," ucap Ignasius.
Tagihan Listrik Naik
Ignasius Jonan menceritakan, tagihan listrik di rumahnya meningkat sekira Rp 400 ribu di masa pandemi Covid-19. Ia menduga, penyebab naiknya tagihan listrik karena dirinya dan istri lebih banyak di rumah. Walhasil, banyak komponen elektronik di rumah yang digunakan.
"Sebelum pandemi tagihan listrik saya sekitar Rp 1,6 - Rp 1,7 juta. Masa pandemi ini naik jadi sekitar Rp 2 juta, mungkin karena saya dan istri lebih sering di rumah. Jadi pakai AC lebih banyak," ucap Ignasius.
Mantan Menteri Perhubungan ini kemudian menjelaskan, ia memiliki sebuah panel surya di rumah. Panel surya dimanfaatkan Ignasius dan keluarga untuk mengefisienkan penggunaan sumber daya listrik sebagai upaya menghemat energi.
Dengan menghemat energi, lanjut Ignasius, kita juga turut berperan menyelamatkan bumi dari pemanasan global. "Concern yang penting bukanlah apakah kita mampu bayar listrik atau tidak. Tapi yang penting dengan menggunakan energi tepat guna, kita juga menyelamatkan bumi dari pemanasan global," ucap Ignasius.
"Karena listrik kita, yang dihasilkan dari pembangkit renewal itu tidak banyak. Waktu saya di ESDM itu baru 11 persen - 12 persen," sambungnya.
Ignasius mengaku tidak bosan terus-menerus berada di rumah selama masa pandemi Covid-19. Berpuluh-puluh tahun bekerja di lapangan Ignasius jarang di rumah. "Kalau saya sekarang punya waktu di rumah tentu senang-senang saja," tutur Ignasius.
Untuk mereka yang merasa bosan, Ignasius berpesan agar mencari kegiatan yang bisa dilakukan di rumah. Misal menulis, membaca, menulis novel, ataupun menjahit.
"Yang penting itu seperti saran dari pemerintah, kalau tidak perlu tidak usah di kerumunan. Kalau perlu keluar ya mungkin harus terapkan protokol kesehatan dengan baik," tegas Ignasius. (gen/wly)