Kabar Fahri Hamzah
BEREDAR KABAR Fahri Hamzah Gantikan Moeldoko Jadi KSP Setelah Bertemu Jokowi, Ini Tanggapannya
Fahri Hamzah sebelumnya menuai kritik atas kunjungannya menghadap ke presiden Joko Widodo.Pasalnya, selama ini Fahri begitu kritis dengan pemerintah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Fahri Hamzah menghadap Presiden Joko Widodo pada Senin (20/7/2020) kemarin.
Lantas beredar kabar, Fahri Hamzah bakal masuk dalam kabinet Jokowi.
Mantan Politisi PKS ini dihembuskan menjadi pengganti Moeldoko jadi Kepala Kantor Staf Kepresidenan.
Pria yang kini menjadi politikus Partai Gelora memberikan tanggapan lewat akun Twitternya.
Fahri Hamzah menyebut dirinya akan memilih menjadi 'rakyat'.
"Ijinkan saya menjadi rakyat. Menikmati kebebasan dan kenikmatan memeluk tanah, laut dan hutan. Menghirup udara desa yang bersih dan menjadi sahabat nelayan dan petani," tuli Fahri Hamzah membalas sebuah postingan yang menyebut ia akan menggantikan Moeldoko.
Fahri Hamzah sebelumnya menuai kritik atas kunjungannya menghadap ke Presiden Joko Widodo.
Pasalnya, selama ini Fahri begitu kritis dengan pemerintah.
Namun, di pihak lain menganggap kedatangan Fahri Hamzah dan petinggi Partai Gelora menghadap presiden adalah hal biasa.
Fahri sendiri menyebut kunjungannya ke presiden Jokowi hanya untuk bersilaturahmi.

Sosok Fahri Hamzah
Fahri Hamzah SE adalah seorang politikus asal Nusa Tenggara Barat.
Dia adalah mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) sejak 2014.
Fahri Hamzah lahir di Utan, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat pada 10 November 1971.
Ayah Fahri Hamzah bernama Hamzah, sedangkan ibunya bernama Nurjannah.
Keluarga Fahri Hamzah adalah keluarga yang sederhana, orangtuanya bekerja sebagai pembuat kopi tepal khas Sumbawa.
Setiap hari, Fahri Hamzah bertugas untuk menjual kopi yang diproduksi orangtuanya ke pasar.
Ketika masih duduk di bangku SD, Fahri Hamzah juga kerap berjualan permen di sekolahnya.
Pada 1996, Fahri Hamzah menikahi seorang perempuan bernama Farida Briani.
Dari pernikahan tersebut, Fahri Hamzah dan Farida dikaruniai lima orang anak yaitu Fayha Haniya, Farah Nashita, Faris Nabhan, Keneisya, dan Fayqa Hanifa.
Riwayat Pendidikan
Fahri Hamzah menghabiskan masa kecil sampai remajanya di tanah kelahirannya, Sumbawa.
Pendidikan dasarnya ia tempuh di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sumbawa.
Lulus dari MI, Fahri Hamzah kemudian melanjutkan ke SMP Muhammadiyah dan SMA Muhammadiyah di Sumbawa juga.
Fahri Hamzah terkenal sebagai siswa yang cerdas, sejak SD sampai SMA ia selalu mendapat juara kelas meski di sela sekolah harus membantu orangtuanya berjualan.
Lulus dari SMA, Fahri Hamzah kemudian melanjutkan pendidikannya ke Universitas Mataram (Unram) mengambil jurusan pertanian.
Belum selesai kuliahnya di Unram, Fahri Hamzah mengambil cuti di semester keenam ketika masuk masa penerimaan mahasiswa baru.
Fahri Hamzah yang sejak SMA sangat ingin kuliah di ITB namun tak pernah lolos seleksi kemudian pergi ke Jakarta.
Meski tidak disetujui orangtuanya, Fahri Hamzah tetap bersikeras untuk pergi ke Jakarta dan tinggal bersama pamannya.
Fahri Hamzah bertekad untuk mendaftar kuliah di universitas ternama, atas saran seorang teman, ia pun mengikuti bimbingan belajar yang diadakan oleh Bimbel Nurul Fikri.
Fahri Hamzah akhirnya diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1992.
Ketika kuliah di UI ini, Fahri Hamzah kemudian menjadi seorang aktivis.
Aktivitasnya di orgnaisasi bahkan kerap membuatnya harus bolos kuliah.

Semasa menjadi aktivis, Fahri Hamzah pernah menjadi Ketua Forum Studi Islam Fakultar Ekonomi UI serta Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan di senat mahasiswa UI periode 1996/1997.
Di UI, Fahri Hamzah merupakan mahasiswa Sri Mulyani, menteri keuangan di era Susilo Bambang Yudhoyono maupun Joko Widodo.
Sri Mulyani merupakan pembimbing akademik Fahri Hamzah.
Konon ketika menjadi dosennya, Sri Mulyani paling tidak suka dengan sikap Fahri Hamzah yang kerap tidak fokus ketika kuliah.
Setelah berhasil menggondol gelar sarjananya pada 1997 di UI, Fahri Hamzah kemudian melanjutkan S2 di program Magister Ilmu Kebijakan Publik Universitas Indonesia bentukan Sri Mulyani.
Riwayat Karier
Sejak masa kuliah, Fahri Hamzah terkenal sangat aktif berorganisasi.
Selain aktif di senat mahasiswa, Fahri Hamzah juga pernah menjadi Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada 1998.
Fahri Hamzah juga menjadi satu di antara sekian banyak aktivis mahasiswa dalam gerakan reformasi 1998.
Sebagai aktivis mahasiswa, Fahri Hamzah kerap disorot berbagai media karena berbagai kegiatannya seperti diskusi, rapat, hingga aksi-aksi demonstrasi yang ia gagas.
Fahri Hamzah kerap bekerja sama dengan Amien Rais untuk menggalang aksi-aksi bersar di berabagi kota di Indonesia.
Fahri Hamzah juga pernah menjadi Ketua Departemen Pengambangan Cendekiawan Muda Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat.
Pascareformasi, karier Fahri Hamzah di dunia politik dimulai ketika ia diangkat menjadi staf ahli MPR RI pada 1990 – 2002.
Fahri Hamzah kemudian memutuskan merapat ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang kemudian mengantarkannya menjadi anggota DPR RI pada 2004 mewakili daerah asalnya, Nusa Tenggara Barat.
Fahri Hamzah juga pernah diberikan amanah sebagai Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKS pada 2003 sampai 2005.
Karena memiliki perhatian yang cukup besar di bidang hokum, Fahri Hamzah kemudian dipercaya oleh PKS untuk menjadi Wakil Komisi III DPR RI yang membidangi urusan legislasi sejak 2009.
Selain itu, Fahri Hamzah pun pernah menjabat sebagai Presiden Direktur CGN Consulting.
Fahri Hamzah juga seorang dosen di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi UI.
Kariernya di dunia politik semakin moncer, pada periode 2014 – 2019 DPR RI, Fahri Hamzah menjadi Wakil Ketua DPR RI.
Selain aktif berpolitik, Fahri Hamzah juga cukup aktif menulis.
Beberapa bukunya diantaranya “Negara, BUMN, dan Kesejahteraan Rakyat”, “Negara, Pasar, dan Rakyat”, “Ke Mana Ujung Century”, serta “Demokrasi, Transisi, Korupsi”.
Kontroversi
Fahri Hamzah adalah seorang politikus yang terkenal cukup kontroversial.
Kritikan tajamnya kepada pemerintah baik melalui media sosial maupun secara langsung kerap mendapat sorotan dari publik.
Fahri Hamzah juga kerap mendapat sorotan karena wacananya yang terkesan ingin membubarkan lembaga antikorupsi, KPK.
Menurut Fahri Hamzah, dalam sebuah negara demokrasi tidak seharusnya ada lembaga yang sangat kuat atau superbody.
Lembaga seperti KPK menurut Fahri Hamzah berpotensi tidak dapat diawasi.
Di samping itu, menurut Fahri Hamzah KPK sebenarnya tidak diperlukan lagi perannya apabila pemerintah berhasil mengintegrasikan lembaga-lembaga inti negara seperti kepolisian, kejaksaan agung, dan BPK.
Fahri Hamzah juga sempat tersandung kasus dana Nonbujeter Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP).
Fahri Hamzah pernah menerima uang dari mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhimin Dahuri.
Fahri Hamzah tercatat pernah empat kali menerima uang dari Rokhimin, yakni pada 8 Februari 2004 senilai Rp 50 juta, 9 Juni 2004 Rp 50 juta, 22 Juli 2004 Rp 8,7 juta, dan 11 September 2004 senilai Rp 100 juta.
Pada Juni 2007, Fahri Hamzah mengaku menerima dana nonbudjeter sebesar Rp 150 juta dari Rokhmin Dahuri.
Karena kasus tersebut, Fahri Hamzah kemudian mendapat sanksi dari Badan Kehormatan DPR.
Fahri Hamzah kemudian dilarang menjabat sebagai pimpinan alat kelengkapan dewan sampai 2004.
Hubungan Fahri Hamzah dengan PKS, partai yang membesarkan namanya mulai merenggang.
Fahri Hamzah kerap terlibat konflik dengan para petinggi partai.
Ujungnya, Fahri Hamzah dipecat dari kenaggotaan Partai PKS.
Tak terima, Fahri Hamzah kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas pemecatannya dari PKS.
Fahri Hamzah menuntut PKS untuk membayar ganti rufi materiil Rp 1,6 juta dan imateriil senilai lebih dari Rp 500 miliar.
Majelis hakim akhirnya mengabulkan gugatan Fahri Hamzah dan memerintahkan PKS untuk membayar kerugian materiil sebesar Rp 30 miliar.
Fahri Hamzah pun tetap menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI sampai masa jabatannya berakhir.
Bersama mantan Ketua Umum PKS, Anis Matta, Fahri Hamzah kemudian mendeklarasikan berdirinya Gerakan Arah Baru Indonesia (Garbi).
Garbi yang masih berbentuk organisasi masyarakat (ormas) bahkan telah mendeklarasikan dirinya di berbagai daerah di Indonesia.
Menurut Fahri Hamzah, ketimbang PKS, Garbi lebih memiliki budaya yang lebih cosmopolitan atau lebih terbuka, berani bicara, dan memiliki inisiatif yang tinggi.
Fahri Hamzah mengatakan PKS kini justru semakin dekat dengan pemerintah Joko Widodo.
Hal itulah yang menurut Fahri Hamzah menjadi faktor dipecatnya ia dari partai bergambar padi dan kapas tersebut.
Info Pribadi
Nama H Fahri Hamzah SE
Lahir Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 10 November 1971
Alamat
Rumah
RT.003/RW.005, Kelurahan Petukangan Utara. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta
Riwayat Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah, Sumbawa, NTB
SMP Muhammadiyah, Sumbawa, NTB
SMA Muhammadiyah, Sumbawa, NTB
Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram), Mataram, NTB
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Jakarta (1997)
Program Magister Ilmu Kebijakan Publik Universitas Indonesia (UI), Jakarta
Riwayat Karier
Presiden Direktur CGN Consulting
Staf Ahli MPR RI (1999-2002)
Chairman CYFIS
Dosen Program Ekstensi Fakultas Ekonomi UI, Jakarta
Anggota DPR dari PKS (2004-2009)
Anggota DPR dari PKS (2009-2014)
Wakil Ketua DPR dari PKS (2014-2019)
Komisi VI, Komisi III, Komisi VII, anggota Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN)
Riwayat Organisasi
Ketua Umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKS (2003-2005)
Ketua Departemen Pengembangan Cendekiawan Muda Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
Keluarga
Ayah
Hamzah
Ibu
Nurjannah
Pasangan
Farida Briani
Anak
Fayha Haniya
Farah Nashita
Faris Nabhan
Keneisya
Fayqa Hanifa
Situs dan Media Sosial
Situs Pribadi
http://www.fahrihamzah.com
Akun Facebook
@FahriHamzahPage
Akun Instagram
@fahrihamzah
Akun Twitter
@Fahrihamzah
Kanal Youtube
Fahrihamzah2008
SUMBER: