Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Andrei Angouw: Eksperimen Politik Olly Dondokambey

Beberapa kali Olly mengatakan mencalonkan Andrei Angouw untuk Pemilihan Wali Kota Manado. Terpilih atau tidak, itu soal lain.

Editor: Sigit Sugiharto
J Osdar
Di Miangas - Gubernur Olly Dondokambey dan Ketua DPRD Provinsi Sulut Andrei Angouw di Pulau Miangas 31 Mei 2017 (foto J Osdar) 

Oleh: J Osdar, Wartawan Senior

Andrei Angouw adalah sosok Ketua DPR Provinsi Sulawesi Utara hasil ekperimen politik politisi kawakan Olly Dondokambey. Andrei, the smiling politician (politisi senyum), juga menjadi referensi terang benderang bahwa Sulut memang negeri penuh toleransi antar kelompok yang berbeda-beda tapi dalam satu bingkai UUD 1945 dan Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi tetap satu) betul-betul terejawantah di bumi kopra, pala dan cengkeh itu.

Pelantikan Andrei sebagai Ketua DPR Provinsi Sulut, adalah usaha besar dari Olly Dondokambey untuk menjadikan negeri nyiur melambai ini sebagai laboratorium kecil kehidupan masyarakat yang konsekuen pada UUD 1945 dan Pancasila.

UUD 1945 dan Pancasila menjamin setiap warga negara punya hak yang sama untuk dipilih menjadi pemimpin politik, tanpa memandang latarbelakang suku, agama, ras dan golongan.

Suatu yang indah, menawan dan jelita, laporan suratkabar Tribune Manado, melaporkan suasana pelantikan dan pengambilan sumpah Andrei menjadi Ketua DPR Provinsi Sulut, Selasa pagi, 16 Frebuari 2016 lalu.

Keluarga - Andre Angauw dengan istri, Irene Golda Pinontoan serta putra dan putrinya di Manado. (Foto Keluarga Andre Angauw)
Keluarga - Andrei Angouw dengan istri, Irene Golda Pinontoan serta putra dan putrinya di Manado. (Foto Keluarga Andrei Angouw) (J Osdar)

Saya perlu untuk menuliskan kembali laporan berita feature pelantikan Andrei Angouw jadi Ketua Dewan DPRD Provinsi Sulut, empat tahun lalu dari Tribune Manado itu. Tentu saya lukiskan kembali menurut versi saya. Saya juga menghubungi mantan Dirjen Otonomi Daerah Kementrian Dalam Negeri dan pejabat Gubernur Sulawesi Utara, Haji Soni Sumarsono di Bekasi, Jawa Barat, Rabu 8 Juli 2020.

Upacara pelantikan, pengucapan sumpah dan janji ditandai dengan aroma wangi dupa/hio. Upacara pelantikan ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah republik ini atau bahkan dari sejak Nusantara, termasuk Sulawesi Utara/ Minahasa ini, masih dijajah Belanda atau Jepang. Andrei, yang dilahirkan di rumah sakit Teling (sekarang RS Wolter Monginsidi), Manado, 23 Mei 1971, beragama Khonghucu.

Soni : Sulut luar Biasa

“Andre Angauw telah mencetak sejarah dengan menjadi warga Khonghucu pertama yang menjadi ketua Dewan,” kata-kata luar biasa ini meluncur dari Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementrian Dalam Negeri (waktu itu) Soni Sumarsono dalam sambutannya di gedung Dewan Provinsi di Sario Manado.

Soni Sumarsono saat itu mewakili Menteri Dalam Negeri (waktu itu) Tjahjo Kumolo. “Pak Mendagri waktu itu mengatakan kepada saya, pelantikan ini yang pertamakali di Indonesia dan bagus sekali untuk Keindonesiaan,” kata Soni yang kini sudah pensiun dan jadi pengusaha kolamrenang untuk orang kampung di Bekasi, Jawa Barat.

“Inilah yang luar biasa dari Sulawesi Utara, warganya rukun dan damai,” kata Haji Soni Sumarsono tentang pelantikan Andrei, suami dari Irene Golda Pinontoan (menikah tahun 2003) dan ayah dari Ansel, Abilio, Anthony, Annabel Angouw.

Tokoh Khonghucu Sulut, Sofyan Jimmy Yosandi juga meluapkan kebanggaanya yang tentu menjadi ucapan menyejarah tentang pelantikan Andrei Angouw, anak dari pasangan Eddy Angouw dan Lanny Wurangian.

Menurut Yosandi, pelantikan Andrei punya makna khusus bagi warga Khonghucu setelah masa reformasi di Indonesia. “Ini kebanggaan kami, karena ini cuma di Sulawesi Utara, satu-satunya di Indonesia, kata Yosandi saat itu kepada para wartawan.

Dalam sambutannya, Ketua Dewan Provinsi yang unik ini, juga menunjukkan kepercayaannya sebagai pengikut Khonghucu. Ajaran Konfusius mewajibkan warganya untuk menghormati orang tuanya, teman-temannya , guru, perkumpulan atau kelompok. “Kelompok atau perkumpulan maksudnya antara lain bagi saya adalah PDI Perjuangan, juga guru dan teman adalah Pak Olly Dondokambey dan Ibu Megawati Soekarnoputri,” ujar Andrei pekan lalu di Jakarta, setelah meninggalkan halaman rumah pribadi Ketua Umum Megawati Soekarnoputri di Menteng, Jakarta’ Senin malam 29 Juni 2020 lalu.

Gubernur Olly Dondokambey mengabadikan acara pelantikan Andre Angauw sebagai Ketua DPRD Provinsi Sulut, 16 Februari 2016, di Sario, Manado, Sulut (Foto Rocky Wowor)
Gubernur Olly Dondokambey mengabadikan acara pelantikan Andrei Angouw sebagai Ketua DPRD Provinsi Sulut, 16 Februari 2016, di Sario, Manado, Sulut (Foto Rocky Wowor) (J Osdar)

“Terimakasih pada kedua orang tua saya yang sudah mengajarkan pelajaran hidup pada saya. Tanpa mereka saya tidak ada di sini,” kata Andrei dalam sambutannya menahan linangan air mata

“Di bawah kekuasaan Thian, di bawah bimbingan Nabi Kong Zi,” demikian kata seorang pendeta Khonghucu yang membimbing acara pengambilan sumpah/janji ketua DPR Provinsi saat itu.

Ketika saya tanya apakah Andrei Angouw tidak mengucapkann terimakasih kepada Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang membuka jalan lebar hingga Khonghucu diakui sebagai agama/kepercayaan di Indonesia. “Ya betul. Tapi waktu itu saya ucapkan kepada Ibu Megawati dan Olly Dondokambe,” jawab Andrei.

Mengenang acara pelantikan bersejarah bagi Indonesia ini, saya mencatat pembicaraan dengan Soni Sumarsono, Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR Provinsi Sulut Rocky Wowor (peraih suara terbanyak dalam pemilihan legeslatif 2019 di Sulut) dan beberapa wartawan di Manado.

Soni Sumarsono hadir dan memberi sambutan di acara pelantikan Andrei Angouw ini sekitar dua pekan setelah dia melepaskan jabatan Penjabat Gubernur Sulut selama enam bulan. Ada beberapa hal yang berkesan di hati Soni Sumarsono yang diangkat sebagai warga kehormatan Sulut oleh Gubernur Olly Dondokambey pada Jumat, 23 September 2016.

Andrei dilantik, kata Soni, ketika Sulut mendengungkan semboyan “Torang Samua Basudara”. Semboyan ini punya dimensi istimewa bagi persatuan dan kesatuan republik ini. “Selama enam bulan di Sulut, saya yang seorang haji ini, banyak meluangkan waktu menghadiri upacara kebaktian di gereja, bisa sampai dua kali sehari,” ujar Soni.

Semua Bahagia

Hadirin dalam uapacara pelantikan Andrei Angouw terkesan merasa bahagia dan tidak mempersoalkan latarbelakang suku, agama, ras dan kelompok. “Semua bahagia, semua pihak menerima, termasuk para wartawan dan berita-berita yang muncul di koran dan media lainnya,” ujarnya.

Beberapa faktor, kata Soni Sumarsono, bisa dicatat mengapa situasi kondusif tercipta. “Andrei Angouw didukung Partai PDI Perjuangan yang paling banyak pemilihnya di Sulut, selain itu sosok seorang Andrei yang mumpuni, santun, pandai bergaul, tidak sombong (nyanda makan puji), rendah hati, tidak sok jago, penuh senyum, cara bicaranya terukur dan mempertimbangkan perasaan orang lain serta intelektualitasnya yang tidak bisa diragukan, “ tegas Soni Sumarsono.

Andrei Angouw, setelah lulus dari SMA Rex Mundi, Manado, melanjutkan studi di Bachelor of Science in Industrial and System Engineering (1989 - 1992 ) dan Master of Science in Engineering Management (1993 - 1994) University of Southern California, Los Angeles, California, Amerika Serikat.

Kembali ke Indonesia pertengahan 1994 dan bekerja di perusahaan Arthur Andersen dan Prasetio Strategic Consulting. Tahun 1996 ia kembali ke Manado terjun dalam dunia usaha, membantu orang tuanya, antara lain dagang cengkeh serta menjalankan Grand Puri Manado dan supermarket. Tahun 2005, ia menjadi pengurus PDI Perjuangan Sulut, berlanjut jadi bendahara dewan impinan daerah partai itu sampai saat ini.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Sulut Rocky Wowor menceritakan hal berkesan dalam upacara pelantikan Andrei jadi ketua dewan Sulut. Ketika aroma dupa/hio memenuhi ruang sidang paripurna, Rocky berdiri dan mengarahkan kamera HP/WA-nya ke arah Andrei. Saat yang sama Rocky melihat Gubenur Olly Dondokambe juga mengarahkan kamera WA-nya ke obyek sama. “Saya dan Pak Olly saling berpandangan bertukar senyum dan tawa. Karena upacara ini cukup istimewa,” ujar Rocky.

Olly Dondokambey pantas tersenyum, karena eksperimen politiknya cukup berhasil. Mencatat sejarah di Nusantara ini. Tersenyum banggalah Sulut karena baru saat itu ada upacara kenegaraan dengan simbol menjalankan Pancasila dan UUD 1945 yang konsekuen. Beberapa kali Olly mengatakan mencalonkan Andrei untuk pemilihan walikota Manado. Terpilih atau tidak, itu soal lain. Tapi telah mencatat sejarah Sulut Heibat. (J.Osdar)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved