Populer Nasional
Amien Rais Ingatkan Jokowi Setelah Sebut Kesalahan Fatal Marah Menteri, Lihat Nasib Pak Harto Dulu
Karena kata dia, jika Jokowi kembali salah memilih, maka nasibnya akan sama seperti Presiden kedua Soeharto di akhir kekuasaannya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Politikus senior Amien Rais mengingatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait aksi marah-marah kepada para menterinya yang ditunjukkan kepada publik.
Amien Rais merasa kasihan sekaligus tertawa melihat Presiden Jokowi marah-marah kepada para pembantunya dalam pemerintahan.
Bahkan Amien Rais, menyebut aksinya itu merupakan sebuah kesalahan dan minta berkaca pada pengalaman Pak Harto sebelumnya.
"Saya terbit kasihan, terbit ketawa juga."
"Kejudian seperti menepuk air didulang, terpercik muka sendiri juga," ujarnya, seperti dikutip Tribunnews dari video yang yang diposting dia akun Instagram @amienraisofficial, Rabu (2/7/2020).
Amien Rais menilai, kemarahan Jokowi ini bisa dilihat dari sejumlah kemungkinan.
Ia menduga, Jokowi sedang bermain sandiwara politik.
"Pertama itu Pak Jokowi sedang bermain sandiwara politik. Itu dengan mengaduh-aduh, merintih-rintih."
"Biar rakyat kembali menjadi mempercayai Pak Jokowi mencintai, beliau harus dibela," jelas mantan Ketua MPR itu.
"Jadi kesalahan fatal itu, kemarahannya Pak Jokowi itu kan terbatas, dipublikasikan, seluruh umat manusia tahu, akhirnya dunia malah jadi mengetahui," tuturnya.
Melalui sandiwara itu, menurut Amien Rais, Jokowi ingin mendapat simpati rakyat ketika menyalahkan para menteri yang dipilihnya bersama tim.
Amien Rais mengingatkan Jokowi untuk fokus guna mempebrbaiki kinerjanya.
Jika memang ingin merombak kabinet, maka lakukan segera tanpa mengulangi kesalahan yang sama saat memilih jajaran pembantunya.
Karena kata dia, jika Jokowi kembali salah memilih, maka nasibnya akan sama seperti Presiden kedua Soeharto di akhir kekuasaannya.
"Kalau mau reshuffle ya reshuffle, tapi jangan pilih yang begitu lagi. "
"Dan harus cepat. Kalau tidak, ya sudah begini apa adanya."
"Tapi saya ingatkan ya pada Pak Jokowi itu, ya. Lihatlah nasib Pak Harto dulu," ucap Amien Rais.
Sejak semula kabinet itu dipilih, Amien Rais melihat hampir sepertiga menteri itu, tak punya sifat kerakyatan.
Dia mencontohkan, ketika seorang CEO ojek online, tiba-tiba dipilih untuk mengurusi kementerian besar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemudian juga ketika sosok pembeli saham klub sepak bola Inter Milan, dan klub-klub bola basket dalam dan luar negeri, tiba-tiba mengurusi BUMN.
Amien Rais juga menyoroti sosok yang merasa dirinya menjadi superminister atau menteri super, merasa tahu semuanya.
"Ada lagi yang merasa menjadi superminister, merasa tahu semuanya, memborong, dan lain-lain. Ini tidak sehat, begitu," jelas Amien Rais.
Dia berharap, jika benar akan melakukan perombakan kabinet, maka Jokowi jangan mengulang kesalahan yang sama.
Jika itu kembali terjadi, maka Jokowi akan bisa bernasib seperti Soeharto di akhir kekuasaanya.
"Pak Harto itu 32 tahun berkuasa. Semua menterinya hanya mengiya-iyakan, memuji-muji, tidak ada menteri yang tidak memuji. Sehingga terbuai."
"Tapi ketika gerakan rakyat sudah mengepung kekuasaan, sepertinya Pak Harto sulit bertahan, semua menterinya itu meninggalkan Pak Harto."
"Semua menterinya balik kanan. Tidak ada lagi di pikiran mereka membela Pak Harto kecuali satu orang, yaitu Saadilah Mursjid," jelas Amien Rais.
Jadi, Amien Rais mengingatkan Jokowi bisa-bisa juga akan mengalami hal yang sama.
"Kalau mau berbenah cepat, tapi ikhlas, jangan sandiwara lagi," ucapnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju bekerja lebih keras di masa pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Jokowi saat Sidang Kabinet Paripurna berlangsung secara tertutup pada 18 Juni 2020.
Berikut ini isi lengkap pidato Presiden Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna yang baru dikeluarkan oleh Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden pada YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (28/6/2020).
Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua.
Yang saya hormati bapak Wakil Presiden, para menko, para menteri.
Yang saya hormati seluruh ketua dan pimpinan lembaga yang hadir yang tidak bisa saya sebut satu per satu.
Bapak ibu sekalian yang saya hormati, suasana dalam tiga bulan ke belakang ini dan ke depan, mestinya yang ada adalah suasana krisis.
Kita juga mestinya semuanya yang hadir di sini sebagai pimpinan, sebagai penanggung jawab, kita yang berada di sini ini bertanggung jawab kepada 260 juta penduduk Indonesia.
Tolong digarisbawahi, dan perasaan itu tolong kita sama. Ada sense of crisis yang sama.
Hati-hati, OECD terakhir sehari dua hari lalu menyampaikan bahwa growth pertumbuhan ekonomi dunia terkontraksi 6, bisa sampai ke 7,6 persen. 6-7,6 persen minusnya.
Bank Dunia menyampaikan bisa minus 5 persen. Perasaan ini harus sama. Kita harus ngerti ini. Jangan biasa-biasa saja, jangan linear, jangan menganggap ini normal. Bahaya sekali kita.
Saya lihat masih banyak kita yang menganggap ini normal. Lah kalau saya lihat bapak ibu dan saudara-saudara masih ada yang melihat ini normal, berbahaya sekali.
Kerja masih biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang harus ekstra luar biasa, extra ordinary.
Perasaan ini tolong sama. Kita harus sama perasaannya. Kalau ada yang berbeda satu saja, sudah berbahaya.
Jadi, tindakan-tindakan kita, keputusan-keputusan kita, kebijakan-kebijakan kita, suasananya harus suasana krisis.
Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini?
Mestinya, suasana itu ada semuanya. Jangan memakai hal-hal yang standar pada suasana krisis. Manajemen krisis sudah berbeda semua mestinya.
Kalau perlu kebijakan Perppu, ya Perppu saya keluarkan. Kalau perlu Perpres, Perpres saya keluarkan. Kalau sudah ada PMK, keluarkan.
Untuk menangani negara, tanggung jawab kita kepada 267 juta rakyat kita.
Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis.
Yang kedua, saya perlu ingatkan belanja-belanja di kementerian. Saya melihat laporan masih biasa-biasa saja.
Segera keluarkan belanja itu secepat-cepatnya, karena uang beredar akan semakin banyak, konsumsi masyarakat akan naik.
Jadi belanja kementerian tolong dipercepat. Sekali lagi jangan menganggap ini biasa-biasa saja. Percepat, kalau ada hambatan keluarkan peraturan menterinya agar cepat.
Kalau perlu Perpres, saya keluarkan perpresnya untuk pemulihan ekonomi nasional.
Misalnya, saya beri contoh bidang kesehatan tuh dianggarkan Rp 75 triliun, baru keluar 1,35 persen coba?
Uang beredar di masyarakat ke-rem ke situ semua. Segera itu dikeluarkan dengan penggunaan-penggunaan yang tepat sasaran sehingga men-trigger ekonomi.
Pembayaran tunjangan untuk dokter, dokter spesialis, tenaga medis segera keluarkan.
Belanja-belanja untuk peralatan segera keluarkan. Ini sudah disediakan Rp 75 triliun seperti itu.
Bansos yang ditunggu masyarakat segera keluarkan. Kalau ada masalah lakukan tindakan-tindakan lapangan. Meskipun sudah lumayan, tapi baru lumayan. Ini extra ordinary. Harusnya 100 persen.
Di bidang ekonomi juga sama. Segera stimulus ekonomi bisa masuk ke usaha kecil, usaha mikro, mereka nunggu semuanya. Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita bantu, enggak ada artinya.
Berbahaya sekali kalau perasaan kita seperti enggak ada apa-apa. Berbahaya sekali.
Usaha mikro, usaha kecil, menengah, usaha gede, perbankan, semuanya yang berkaitan dengan ekonomi.
Manufaktur, industri, terutama yang padat karya. Beri prioritas pada mereka supaya enggak ada PHK.
Jangan sudah PHK gede-gedean, duit serupiah pun belum masuk ke stimulus ekonomi kita.
Hanya gara-gara urusan peraturan, urusan peraturan. Ini extra ordinary. Saya harus ngomong apa adanya, enggak ada progress yang signifikan. Enggak ada.
Kalau mau minta Perppu lagi, saya buatin perppu, kalau yang sudah ada belum cukup. Asal untuk rakyat, asal untuk negara, saya pertaruhkan reputasi politik saya.
Sekali lagi tolong ini betul-betul dirasakan kita semuanya, jangan sampai ada hal yang justru mengganggu.
Sekali lagi, langkah-langkah extra ordinary betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah-langkah kepemerintahan akan saya buka.
Langkah apapun yang extra ordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara.
Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Sudah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat perppu yang lebih penting lagi kalau memang diperlukan.
Karena memang suasana ini harus ada, suasana ini tidak, bapak ibu tidak merasakan itu, sudah.
Artinya tindakan-tindakan yang extra ordinary keras akan saya lakukan. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.
Saya betul-betul minta pada bapak ibu dan saudara sekalian mengerti, memahami apa yang tadi saya sampaikan.
Kerja keras, dalam suasana seperti ini sangat diperlukan. Kecepatan dalam suasana seperti ini sangat diperlukan. Tindakan-tindakan di luar standar saat ini sangat diperlukan dan manajemen krisis.
Sekali lagi, kalau payung hukum masih diperlukan, saya akan siapkan. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan, terima kasih. (*)
(*)
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Jokowi Marahi Menteri, Amien Rais: Berkacalah pada Nasib Pak Harto, https://wartakota.tribunnews.com/2020/07/03/jokowi-marahi-menteri-amien-rais-berkacalah-pada-nasib-pak-harto?page=all
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/isi-surat-terbuka-5-pendiri-pan-desak-amien-rais-mundur-dianggap-jadikan-agama-sebagai-alat-politik.jpg)