Berita Internasional
Selain Laut China Selatan, China Niat Klaim Kutub Utara, Tujuannya Sumber Daya Alam hingga Maritim
Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya dinilai harus menjaga hubungan dekat untuk mempertahankan kepentingan mereka di Kutub Utara yang kaya sumber daya.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Belum lama mengklaim 80 persen wilayah Laut China Selatan sebagai miliknya, kini negara China kembali lakukan klaim terhadap salah satu wilayah paling utara.
Sebagaimana yang dilansir dari kontan.co.id pada Rabu (1/7/2020), Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya dinilai harus menjaga hubungan dekat untuk mempertahankan kepentingan mereka di Kutub Utara yang kaya sumber daya.
Sebab saat ini China memperluas jangkauannya di seluruh dunia. Baru-baru ini, China juga mengklaim Kutub Utara sebagai wilayahnya.
Dalam sebuah seminar online yang diselenggarakan oleh think tank yang berbasis di London, Institut Internasional untuk Studi Strategis pada hari Kamis, Laksamana Amerika Serikat James Foggo yang merupakan Komandan Pasukan Angkatan Laut AS di Eropa-Afrika, mengatakan China semakin berusaha untuk mengeksploitasi Kutub Utara.
Menurut dia, kegiatannya di wilayah ini serta di Afrika dan Eropa menimbulkan kekhawatiran keamanan bagi AS dan anggota lain dari aliansi keamanan transatlantik.
“China bahkan menyebut dirinya dekat negara Kutub Utara,” kata Foggo.
"Mereka sedang mengincar peluang investasi mulai dari eksplorasi sumber daya alam hingga potensi lalu lintas maritim komersial di masa depan lewat 'Jalan Sutra Kutub'," katanya seperti dilansir South China Morning Post.
Ia merujuk pada ambisi Beijing untuk memperpanjang Belt dan Road Initiative yang dibuat oleh Presiden China Xi Jinping ke Kutub Utara oleh mengembangkan jalur pelayaran yang dibuka oleh pemanasan global.
Beijing mengatakan minatnya terhadap Kutub Utara sebagian besar terkait dengan perdagangan dan perlindungan lingkungan.
Tetapi Foggo mengatakan daerah itu bisa menjadi fokus klaim palsu.
"Dengan China memiliki presedennya sendiri untuk membuat klaim palsu atas jalur air internasional di Laut China Selatan."
"Ada kemungkinan bahwa China juga akan berusaha untuk membengkokkan aturan yang menguntungkan mereka di Kutub Utara," katanya.
Foggo juga menyoroti teknologi telekomunikasi 5G dan mengendalikan infrastruktur pelabuhan sebagai penyebab kekhawatiran bagi Eropa.
"NATO tidak bisa lagi mengabaikan kegiatan China di Eropa," katanya.
Foggo mengatakan pertumbuhan investasi China di Afrika dan Eropa dapat digunakan untuk memengaruhi otoritas lokal dan membahayakan kepentingan Angkatan Laut AS di seluruh dunia.