Sosok Tokoh
Kisah Yenti Selus, Penyandang Disabilitas yang Menyambung Hidup dari Menganyam Rotan
Yenti Selus, penyandang disabilitas asal Kampung Parang, Kabupaten Manggarai Timur, NTT mencoba mematahkan stigma sosial di Masyarakat.
Bingung
Selus sempat bingung cara memasarkan produknya. Dengan segala keterbatasan, ia mencoba menjual hasil karyanya melalui bantuan keluarga yang berada di luar kampung.
Dari situ mulai banyak orang mengetahui hasil kerajinan tangan pria disabilitas itu.
"Saya biasa jual barang-barang ini ke Labuan Bajo. Awalnya ada saudara yang tinggal di sana dan ajak saya bawa hasil anyaman ini ke sana. Saya ikuti ajakan saudara itu. Dari situlah hasil karya saya dikenal orang luar," ungkap Selus.
Setahun berlalu produknya mulai dikenal orang luar. Mulai saat itu banyak pesanan.
Produk yang dipesan langsung dibuat tergantung motif dan jenis produk sesuai permintaan.
Harga produk yang dihasilkan pun variasi, tergantung motif dan jenisnya.
Untuk piring harga per lusin Rp 150.000, dulang per buah Rp 100.000, saringan Rp 150.000, tutup saji Rp 200.000, vas bunga Rp 50.000, dan topi peci, Rp 150.000.
Kemudian topi cowboy Rp 150.000, tas Rp150.000, dan alas tar Rp 25.000.
Selus mengatakan, sejak tahun 2015 hingga sekarang, paling banyak orang yang memesan dari Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
"Hasil jual produk ini selama lima tahun ini, ya, cukup untuk membantu ekonomi keluarga. Puji syukur, Tuhan mendengar doa saya dan keluarga. Dari lima tahun lalu sampai sekarang, saya bisa berkarya dan menghasilkan uang," kata Selus.
Kendala
Selama lima tahun menekuni kerajinan tangan tentu memiliki banyak kendala. Di antaranya alat kerja masih manual, media pemasaran produk, dan modal.
Selama ini ia bekerja mengandalkan sebilah pisau untuk menghaluskan rotan.
Sementara untuk mempromosikan hasil kerjanya, ia meminta bantuan keluarga untuk menceritakan tentang produk-produknya tersebut.
• Di Luar Dugaan, Risma Bersujud Sambil Menangis di Kaki Dokter, Saat Bahas Penanganan Covid-19