Hulu Ledak Nuklir
9 Negara Ini Miliki 13.400 Hulu Ledak Nuklir, China dan Korut Menambah, Kestabilan Dunia Terancam
Rusia adalah pemilik hulu ledak nuklir terbesar, menurut angka SIPRI, dengan total 6.735 dan 1.570 dalam posisi siaga tempur.
Moskow juga telah menyuarakan rencana penempatan senjata baru, dan pada 2 Juni membuat kebijakan resmi yang memungkinkan Rusia menggunakan senjata nuklir sebagai tanggapan terhadap serangan konvensional.
Investasi oleh dua negara adikuasa nuklir dunia itu dilatarbelakangi oleh runtuhnya banyak perjanjian pengendalian senjata. Pada 2019, perjanjian Jangka Menengah dan Rudal Jarak Pendek (INF) berakhir.
Perjanjian kontrol senjata besar terakhir antara Rusia dan AS adalah New START, yang akan berakhir pada Februari 2021.
Dalam beberapa minggu terakhir, AS telah mengumumkan niatnya untuk memulai negosiasi perjanjian kontrol senjata baru yang akan mencakup China.
"Kebuntuan atas New START dan runtuhnya Perjanjian Soviet-AS 1987 tentang INF pada 2019 menunjukkan, era perjanjian kontrol senjata nuklir bilateral antara Rusia dan AS berakhir mungkin akan datang,” kata Shannon Kile, Direktur Pelucutan Senjata Nuklir SIPRI, seperti dikutip Defence News.
"Hilangnya saluran komunikasi utama antara Rusia dan AS yang dimaksudkan untuk mempromosikan transparansi dan mencegah kesalahan persepsi tentang masing-masing posisi dan kemampuan angkatan nuklir masing-masing berpotensi mengarah pada perlombaan senjata nuklir baru," ujar Kile.
China menambah 30 hulu ledak nuklir tahun lalu,
China tercatat sebagai salah satu dari enam negara yang meningkatkan persenjataan nuklirnya dalam setahun terakhir.
Menurut sebuah laporan oleh Stockholm International Peace Research Institute, China menambahkan 30 hulu ledak sejak penghitungan 2019.
Lima negara lainnya adalah India, Inggris, Pakistan, Israel dan Korea Utara.
Tetapi kelima negara ini menambah kurang dari 20 hulu ledak senjata nuklir.
"China berada di tengah modernisasi dan perluasan arsenal yang signifikan, dan India dan Pakistan juga dianggap meningkatkan ukuran persenjataan nuklir mereka," tulis laporan tersebut.
Meskipun enam negara ini telah meningkatkan jumlah hulu ledak nuklirnya, persediaan global justru terus menurun.
Hal ini terutama karena pemilik dua gudang senjata terbesar yakni Rusia dan Amerika Serikat telah mengurangi jumlah hulu ledaknya.
"Pada saat yang sama, baik AS dan Rusia memiliki program yang luas dan mahal yang sedang berlangsung untuk mengganti dan memodernisasi hulu ledak nuklir mereka, sistem pengiriman rudal dan pesawat, dan fasilitas produksi senjata nuklir," lanjut laporan itu.