Berita Mitra
Awal Mula Pertikaian Tambang Ratatotok, Warga Luar Mitra Jadi Dalang?
Para pemilik lahan tambangan, yakni penamabang asal Mitra, serta para "kijang" (istilah pengangkut matrial hasil tambang) diintimadasi
Penulis: Giolano Setiay | Editor: Gryfid Talumedun
TRIBUNMANADO.CO.ID, RATATOTOK - Kondisi pertambangan di Kecamatan Ratatotok, khususnya lokasi yang disebut-sebut "Nibong" sebagai tanah kaya saat ini, yang menampung kadar emas luar biasa, diperkirakan bakal menjadi mala petaka bahkan tumpahan darah.
Kadar emas tinggi, membuat masyarakat baik penambang warga Mitra dan penambang luar Mitra digiurkan.
Namun sangat disayangkan, para penambang tradisional asal Mitra jadi target intimidasi dan sabotase lahan oleh oknum-oknum penambang luar Mitra.
Dari informasi yang didapat, pada Sabtu (13/06/2020) dinihari sekira pukul 02:30 Wita.
Hingga berita ini diturunkan, Tribunmanado masih menunggu konfirmasi deri pihak yang berwenang.
• Positif Corona Terus Bertambah, dr Jeannet: Warga Mulai tak Disiplin Pakai Masker
Penambang liar asal Kabupaten Minahasa Selatan yakni Tompaso, melakukan rusuh dan menakut-nakuti para penamabang asal Mitra dengan sejumlah barang tajam, seperti Tombak, samurai yang berukuran sekira 1 meter dan sejumlah sajam lainnya.
Para pemilik lahan tambangan, yakni penamabang asal Mitra, serta para "kijang" (istilah pengangkut matrial hasil tambang) diintimadasi dengan menyabotase lahan "Nibong" yang menghasilkan matrial emas yang menggiurkan oleh sekelompok penambang asal Tompaso ini.
Dari situ, permasalahan terus berlanjut.
Penambang asal Tompaso yang berjumlah hampir 30an orang itu terus mengkudeta daerah pertambangan yang disebut "Nibong".
Bahkan mirisnya, para oknum penambang asal Tompaso ini mecuri matrial milik para penambang asal Mitra yang sudah dikeluarkan dari liang tambang.
Jerry salah satu penambang tradisional asal Mitra mengeluhkan saat dikonfirmasi hari ini Minggu (14/6/2020), bahwa hasil matrial miliknya yang telah dikeluarkan dari lubang tambang, telah dirampas oleh para penambang asal Tompaso ini.
"Kasian, kita sudah dua hari dilokasi "Nibong" (lokasi tambang red), dan baru mendapatkan kesempatan masuk ke ramabangan liang tamabang yang hampir enam jam didalam liang, untuk berjuang menghasilkan matrial emas, sat dikeluarkan dari liang, langsung dirampas hasil kami oleh para penambang liar Mitra (warga Tompaso, red).
Mau dikata apa, tak bisa melawan karena kita punya keluarga dirumah yang menunggu hasil jerih paya menambang untuk kecukupan keseharian," ungkap Jerry selaku penambang.
Lain lagi, hal yang sama dialami Arnold pengangkut matrial (kijang) didaearah "Nibong" yang mengalami masalah yang hampir sama.
Dari pengakuannya, mereka sudah dua hari ditekan oleh para penambang asal Tompaso Minsel.
• Jessica Indrini Kamasih: Kemajuan Teknologi Wajib Disikapi dengan Baik dan Benar
"Kita sudah dua hari dua malam tersiksa dengan tingkah para penambang asal wilayah Tompaso. Sekarang kita sebagai warga asli Kabupaten Mitra, tinggal jadi tamu saja dan tak diberi kesempatan oleh penambang luar tersebut, seakan kita mengemis ditanah sendiri.
Pada hal, pak Bupati Mitra James Sumendap, telah memberikan kesempatan kepada warga Mitra untuk mengais rezeki di wilayah tambang dengan cara tradisional lewat koperasi yang dikelola aliansi masayarakat Ratatotok yang ada," keluhnya.
Disisi lain, masayarakat sangat menghargai keputusan Bupati demi kesejahteraan warga Mitra."Kita sangat bersyukur, memiliki pemimpin yang masih mau mendengar dan melihat keluh kesah masayarakat demi kebutuhan hidup yang masih diberi kesempatan menambang.
Tapi kalau kondisinya seperti ini, alangka baiknya pemerintah turun tangan menertibkan kembali situasi disini.
Agar supaya, tambang milik Kabupaten Mitra, dikelola sendiri oleh warganya. Sehingga tak memicu perseturuan seperti sekarang," ungkapnya.
Hingga hari ini, situasi yang ada masih memanas antara beberapa kubu penamabang di Ratatotok. (Ano)