Update Virus Corona Indonesia
Menurut Hasil Survei Masyarakat Lebih Takut Covid-19 Berdampak pada Ekonomi Ketimbang Kesehatan
"Kondisinya masyarakat sekarang lebih mencemaskan ke konteks ekonomi, ketimbang takut virus," kata peneliti LSI, Rully Akbar, Jumat (12/6/2020).
"Ketika diberikan treatmen mengenai dampak ekonomi mereka lebih takut ketimbang saat diberikan treatmen penyebaran virus terhadap kesehatan," katanya.
Penelitian eksperimental tersebut diperkuat oleh hasil riset Voxpopuli Center.
Berdasarkan hasil riset 16 Mei sampai 1 Juni melalui sambungan telepon terhadap 1.200 responden, masyarakat lebih khawatir terhadap dampak ekonomi ketimbang kesehatan.
"Riset tersebut menemukan 67,4 persen lebih takut dampak ekonomi dibanding pandemi virus terhadap kesehatan yang hanya 25,3 persen," katanya.
Sementara itu kajian data lembaga riset internasional Gallup Poll yang melakukan survei di Amerika menemukan fakta bahwa terjadi perubahan kekhawatiran masyarakat dari yang awalnya takut pandemi virus menyerang kesehatan, menjadi khawatir pandemi berdampak pada ekonomi.
"Pada bulan April dan di minggu pertama Mei. Masyarakat di Amerika lebih banyak khawatir virus menyerang kesehatan mencapai 57 persen. Sementara yang khawatir virus berdampak pada ekonomi hanya 49 persen. Di pertengahan Mei atau 11-17 Mei, terjadi perubahan yakni yang khawatir terdapat dampak ekonomi 53 persen, sementara cemas terpapar virus 51 persen," tuturnya.
Dari kajian terhadap tiga data sekunder itu menurut Rully, LSI Denny JA menyimpulkan bahwa masyarakat kini lebih khawatir pandemi Corona berdampak pada ekonominya, ketimbang pada kesehatannya.
"Kecemasan publik atas kesulitan ekonomi kini melampaui kecemasan publik atas terpapar Corona," ia menjelaskan.
Wakil Mendes PDTT Budi Arie Setiadi, saat Webminar Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) FEB UI, melalui virtual kemarin mengungkapkan inovasi dan gotong royong adalah kunci bagi pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi virus corona atau Covid 19.
"Dunia terancam kontraksi ekonomi hingga minus 7,2 pesen. Desa harus menjadi kekuatan utama bagi ketahanan ekonomi nasional," kata Wamendes Budi.
Budi Arie juga mengatakan, banyak tantangan di desa karena ada 13.577 desa yg belum memiliki akses internet.
Selain itu, ia juga menyebut ada 433 desa yang hingga saat ini belum dialiri listrik. Menurutnya, kesenjangan ini harus kita atasi bersama-sama.
"Kita harus memajukan desa. Sebab memajukan desa berarti memajukan Indonesia," ujarnya.
Wamendes Budi juga menyoroti bagaimana dari 74.953 desa yang ada masih ada, 3.540 desa yang sangat tertinggal dan 17.633 desa yang tertinggal.
"Pekerjaan rumah kita masih sangat berat untuk beberapa tahun ke depan," jelas Budi.