Kepala Polisi Lepas Topi Hormati Floyd
Untuk pertama kalinya, keluarga George Floyd dan polisi Minneapolis berbicara langsung, Minggu (31/5) waktu setempat
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, WASHINGTON - Untuk pertama kalinya, keluarga George Floyd dan polisi Minneapolis berbicara langsung, Minggu (31/5) waktu setempat atau Senin WIB, dalam program khusus CNN "I Can't Breathe: Black Men Living and Dying in America."
• Pemeran Ayah Dara di Film Garis Biru Terjerumus Narkoba
Dalam program itu saudara laki-laki George Floyd, Philonise Floyd, bertanya kepada Kepala Polisi Minneapolis, Medaria Arradondo, apakah dia akan menangkap pelaku terkait kematian George Floyd dan memberi keadilan atas kejadian tragis itu.
Berbicara langsung dengan Philonise, Arradondo mengatakan keputusan (penangkapan pelaku) dilakukan Kantor Kejaksaan Wilayah. Selama dialog berlangsung, Arradondo melepas topi dinasnya untuk menunjukkan rasa hormat kepada korban dan keluarganya.
Ia menyatakan mereka (petugas polisi lainnya) yang hanya berdiam diri ketika melihat ketidakadilan termasuk ikut terlibat. "Diam atau tidak melakukan apa-apa, berarti kamu terlibat," kata Arradondo.
Kepolisian Minneapolis telah memecat Derek Chauvin, polisi yang menjepit leher korban menggunakan lutut, dan tiga polisi lain yang melihat kejadian itu. "Keputusan saya untuk memecat keempat petugas itu karena Mr Floyd meninggal di tangan kita," kata Arradondo.
Pengacara Ben Crump, yang menghibur Philonise dan berterima kasih kepada Arrandondo. "Dia sangat menghormati keluarga. Kami berterima kasih padanya untuk itu. Keluarga ini sangat kesakitan ... Mereka perlu petugas ini ditangkap," kata Crump.
Rupanya kematian George Floyd bukan hanya berdampak kepada empat polisi di Minneapolis tetapi juga polisi di Kota Atlanta, Negara Bagian Georgia. Dua polisi Atlanta dipecat karena dinilai melakukan tindakan berlebihan ketika menangani pengunjukrasa.
• Trump Diamankan ke Bunker Bawah Tanah: AS Terus Rusuh, Jam Malam Bertambah
Insiden terjadi di Atlanta pada Sabtu malam larut malam saat polisi menangkap dua orang mahasiswa. Polisi mengira mereka membawa senjata dan hendak melakukan perlawanan.
" Sopir itu mulai meraih area saku kanannya, sehingga saya menggunakan senjata kejut listrik,” ujar seorang polisi yang meringkus pria yang mengemudi mobil. Sedangkan seorang perempuan di mobil itu diminta angkat tangan dan berhenti melawan.
Mahasiswa tersebut, Taniyah Pilgrim (20) mengaku trauma terkait perlakuan polisi Atlanta kepada dirinya. "Itu adalah pengalaman terburuk dalam hidup saya," kata Taniyah Pilgrim.
Pilgrim menambahkan begitu banyak keributan yang terjadi pada saat itu sehingga ia hanya berpikir bagaimana agar tidak mati. Saat itu ia bersama temannya, Messiah Young, sedang dalam perjalanan pulang dari pusat kota Atlanta seusai mengikuti demo pada Sabtu malam.
Mendadak polisi menggunakan pistol kejut listrik (tasers) untuk mengeluarkan mereka dari mobil. Belakangan Pilgrim dan Young dibebaskan dari segala tuduhan. Wali Kota Atlanta Keisha Lance-Bottoms mengatakan ia memerintahkan agar tuduhan terhadap kedua mahansiswa itu dibatalkan.
Sopir truk ditahan
Di antara demo besar-besaran di AS ada kejadian seorang sopir truk trailer, Bogdan Vechirko, ditahan karena menerabas kerumunan demonstran di Negara Bagian Minnesota pada Minggu malam. Ia didakwa melakukan penyerangan.
• Tak Terima Dikuburkan Sesuai Protap, Massa Mengamuk dan Jemput Paksa Jenazah PDP di Rumah Sakit
Video udara memperlihatkan Vechirko dibawa pergi oleh polisi dari kerumunan massa dalam kondisi terluka. Vechirko mengalami luka luka ringan pada hidung dan matanya, kemungkinan akibat dikeroyok para pendemo.
Menurut Departemen Keamanan Publik, tidak ada pengunjuk rasa yang terluka. Tindakan Vechirko digambarkan sebagai memprovokasi kerumunan demonstran yang melakukan aksi damai." (cnn/feb)