Hewan Langka
PENAMPAKAN HEWAN LANGKA Capricornis Sumatraensis di Gunung Lauser, Terekam Kamera Trap
Moncong hewan ini tak asing, sebab mirip kerbau, dan tanduknya lurus, ramping seperti tanduk antelo serta melengkung ke belakang.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Belum lama ini seekor Hewan langka terekam jelas oleh sebuah kamera trap di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.
Menurut informasi yang ada, hewan langka yang tertangkap kamera tersebut adalah Capricornis Sumatraensis.
Diketahui, Hewan yang satu ini memiliki tubuh yang kekar tertutup rambut lebat dan warnanya hitam keabuan.
Bahkan, moncong hewan ini tak asing, sebab mirip kerbau, dan tanduknya lurus, ramping seperti tanduk antelo serta melengkung ke belakang.
Hewan ini adalah Kambing Hutan Sumatera.
Ditulis akun instagram @gunungleusernationalpark, Kambing Hutan Sumatera atau Capricornis Sumatraensis tergolong hewan yang jarang terlihat.
"Alhamdulillah, satwa dari family Bovidae yang lebih sering soliter ini kedapatan berduaan pada penampakan kamera jebak," tulis @gunungleusernationalpark.
Kambing Hutan Sumatera alias Sumatran Serow di Indonesia penyebarannya hanya di pulau Sumatera.
Status konservasinya saat ini rentan atau Vulnerable (VU) karena diyakini mengalami penurunan yang signifikan (mungkin lebih dari 30%, sejak 21 tahun terakhir) akibat perburuan maupun hilangnya habitat.
Harimau Sumatera Ditemukan Mati Terjerat
Sementara itu, sebelumnya ditemukan Harimau Sumatera mati terjerat.
Greenpeace mengabarkan hal tersebut dalam postingan instagram terbarunya, Jumat (22/5/2020).
Dalam postingan greenpeace, disebut bahwa Harimau Sumatera tersebut ditemukan mati terjerat pada Senin (18/5/2020).
Harimau jantan tersebut terperangkap kawat baja di area konsesi sebuah perusahaan di Desa Minas Barat, Riau.
Menurut keterangan saksi, ditemukan bangkai babi yang diduga dijadikan umpan untuk menjerat harimau tersebut.
Tapi tidak diketahui sudah berapa lama harimau tersebut terjerat.
Mayat harimau jantan sumatera ini sekarang sudah berada di Kantor Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau.
Sementara itu, populasi harimau sumatera pun disebut sudah semakin sedikit.
Bahkan, berdasarkan data Population Viability Analysis (PVA), populasi hewan bernama latin Panthera Tigris Sumatrae itu diyakini tidak lebih dari 600 ekor di alam.
Wartakotalive.com sudah menghubungi greenpeace menyangkut postingan ini untuk meminta klarifikasi, tetapi belum dijawab.
Di bawah ini adalah postingan instagram greenpeace :
HARIMAU TURUN DARI GUNUNG LEUSER
Sementara itu, sebelumya, seekor harimau turun dari hutan Gunung Leuser dan masuk ke pemukiman warga di Dusun Penampean, Desa Sei Musam, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat.
Hal tersebut dikabarkan akun instagram @gunungleusernationalpark, Selasa (19/5/2020).
Dalam postingannya, @gunungleusernationalpark memosting sebuah video seekor harimau terlihat tertangkap kamera tengah memakan sesuatu.
@gunungleusernationalpark juga menulis bahwa dilaporkan 1 tewas, 1 terluka parah, dan 4 lainnya belum diketahui keberadaannya.
Data yang tewas, terluka parah, dan hilang tersebut adalah sapi ternak milik warga Dusun Penampean, Desa Sei Musam, Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten Langkat.
Saat ini pihak petugas melakukan patroli bersama, dan koordinasi dilakukan dengan Forkopimcam, BBKSDASU, camat, Polsek dan Koramil Batang Serangan.
Penghalauan harimau tersebut dilakukan dengan bunyi-bunyian seperti mercon maupun senjata api.
Inilah postingan selengkapnya dari @gunungleusernationalpark :
KONFLIK
Dilaporkan 1 tewas, 1 terluka parah dan 4 lainnya belum diketahui keberadaannya. Korban merupakan sapi ternak milik warga dusun Penampean, desa Sei Musam, kec. batang Serangan, kab.Langkat.
Petugas, mitra, volunter dan masyarakat pun siaga. Patroli dilakukan bersama. Koordinasi dilakukan dengan Forkopimcam, BBKSDASU, camat, Polsek dan Koramil Batang Serangan.
Penghalauan dilakukan dengan bunyi-bunyian seperti mercon pun senjata api. Penjagaan dan pengamanan masih berlanjut hingga berita ini dirilis. Apakah sang Datuk akan ciut dan kembali ke hutan?
Semoga.
Sementara itu, dihubungi Wartakotalive.com via DM instagram, pihak @gunungleusernationalpark belum memberi keterangan lebih lanjut menyangkut peristiwa tersebut.
Temuan Sarang Burung Garuda di Gunung Salak
Sementara itu, kabar gembira datang dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Petugas TNGHS menemukan sebuah sarang burung garuda yang baru, dan terdapat seekor anakan burung garuda di dalam sangkar tersebut.
Sekadar diketahui, burung garuda yang dimaksud di sini adalah burung elang jawa.
Sebab, konon burung elang jawa menjadi salah satu inspirasi lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila .
Menyangkut temuan anakan burung elang jawa ini ditulis oleh akun instagram @kementerianlhk.
Anakan elang jawa itu diberi nama Wira oleh para petugas.
Wira diketahui merupakan anakan elang jawa yang lahir dari induk bernama jalur (pejantan) dan Beti (betina).
Wira diketahui menetas antara akhir April 2020 atau awal Mei 2020.
Saat ini Wira sudah bisa mengepakkan sayapnya dan akan belajar terbang.
Warna bulu di tubuh dan sayapnya mulai berwarna coklat dan jambul di kepalanya mulai tumbuh.
Wira sudah bisa mematuk dan belajar mencabik-cabik mangsa pakan yang dibawa induknya, tetapi dalam proses makannya masih disuapi oleh sang induk.
Wira tumbuh dengan pemantauan yang rutin oleh para petugas di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (@halimunsalak_np).
Elang jawa hanya mengalami satu kali masa berkembangbiak dalam dua tahun, itu pun jumlah telurnya hanya satu butir.
Masa bersarang merupakan masa yang paling penting dalam siklus hidup burung pemangsa untuk keberlanjutan keberadaannya.
Hal Itulah yang membuat kelahiran elang jawa selalu menjadi berita gembira.
TNGP Juga Pantau Sarang Elang Jawa
Sementara itu, sebelumnya, akun instagram Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (BBTNGGP) @tngedepangrango mengeposkan sebuah video sarang burung Garuda di tengah hutan Gunung Gede Pangrango.
Video itu memperlihatkan sebuah sarang diisi oleh seekor indukan dan anakan burung garuda, momen-momen yang tersaji dalam video tersebut sangat menakjubkan.
Dalam caption video tersebut, dituliskan bahwa BBTNGGP menemukan sarang itu sejak anakan burung garuda masih kecil, lalu terus dipantau hingga dapat terbang.
Burung garuda merupakan Burung Elang Jawa.
VIdeo itu dimulai dari tanggal 30 April 2019.
Dalam potongan video tanggal 30 April 2019, terlihat anakan burung garuda bulu-bulunya masih berwarna putih.
Berikutnya potongan video memperlihatkan tanggal 3 Mei 2019 di mana bulu-bulu anakan garuda tersebut juga masih berwarana putih.
Dalam video tanggal 3 Mei 2019 itu juga terlihat indukan datang ke sarang dan memberi makan.
Selanjutnya 7 Mei 2019, terlihat mulai ada bulu-bulu cokelat di tubuh anakan garuda.
Pada video tanggal 16 Mei 2019, terlihat bulu cokelat telah bercampur dengan bulu putih, dan sayap juga mulai terlihat terbentuk.
Jambul khas burung garuda juga sudah mulai terlihat pada tanggal tersebut.
Pada video tanggal 23 Mei 2019, burung garuda terpantau mulai belajar mengembangkan sayapnya.
Tanggal 30 Mei 2019, anakan burung garuda yang semakin besar itu terlihat bertahan di bawah hujan deras gunung gede pangrango.
Anakan burung garuda tersebut juga terlihat tengah belajar menukikan sayapnya, dan kemudian mulai terlihat dapat terbang di atas Gunung Gede Pangarango.
Dalam postingan tersebut, @tngedepangrango menulis seperti di bawah ini :
“Garuda” Sang Penguasa Langit Jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Momen menggembirakan adalah ketika bisa melihat perkembangan satwa liar langsung di habitat aslinya.
Sang penguasa langit jawa ini terpantau dari kecil sampai bersiap mengangkasa di lereng Pangrango.
Sebagai top predator, burung yang terancam punah ini (Endangered) begitu penting eksistensinya di alam.
Selain itu, burung ini merupakan salah satu indikator lingkungan. Keberadaan elang jawa tersebut menunjukan pentingnya TNGGP sebagai habitat untuk perlindungan satwa liar dilindungi.
Dengan kata lain, TNGGP masih sehat dan baik-baik saja Sobat. Jadi melestarikan dan membiarkan sang "Garuda" nyaman terbang di alam adalah hal yang mutlak dilakukan untuk kebaikan semesta
Hayo apa kira-kira yang bisa Sobat lakukan untuk membantu melestarikan burung Elang Jawa? Atau ada cerita unik tentang Elang Jawa yang membuat Sobat makin cinta alam Indonesia? Tulis di komen ya, siapa tahu ceritamu menjadi inspirasi bagi Sobat lainnya
Simak video selengkapnya di bawah ini :
ANAK MACAN TUTUL DI GUNUNG GEDE PANGRANGO
Sementara itu, dalam berita sebelumnya, seekor anak macan tutul turun dari Gunung Gede Pangrango ke kawasan permukiman di tengah masa virus corona atau pandemi covid-19..
Hal tersebut dikabarkan akun instagram halimunsalak_np, instagram Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak pada 4 April 2020.
Anak macan tutul jawa (Panthera Pardus Melas) turun ke sebuah peternakan ayam di Kampung Sudajaya Girang, Desa Sukajaya, Sukabumi pada 3 April 2020.
Satwa tersebut dievakuasi oleh petugas Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (@tn_gedepangrango) dan (@bbksda_jabar) yang dibantu beberapa pegawai peternakan ayam ke Kantor Bidang PTN Wilayah II Sukabumi TN Gunung Gede Pangrango.
Pihak Taman Nasional Gunung Halimun Salak ikut berperan serta, dengan mengirim tim yang terdiri pengendali ekosistem hutan (PEH), dokter hewan, dan kader konservasi untuk membantu dalam penanganan awal.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik secara visual diketahui satwa tersebut mengalami stres, dehidrasi dan kelaparan, serta kondisi fisiknya yang terlihat lemas. Menyedihkan.
Dalam pemeriksaan lanjutan oleh Septi @sdc0994, dokter hewan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, satu-satunya kucing besar yang tersisa di Pulau Jawa ini mengalami luka di beberapa bagian tubuhnya, ruam pada mulut, serta gigi taring bagian kiri bawah tanggal.
Perawatan awal Kemudian dilakuakn dengan pemberian infus dan pakan.
Lantaran memerlukan perawatan yang lebih intensif, bersama @tn_gedepangrango dan @bbksda_jabar, satwa ini kami bawa untuk dititiprawatkan di @taman_safari.
VIDEO VIRAL ULAR PITON BERKELAHI DENGAN MACAN TUTUL
Sementara itu, sebelumnya video pertarungan seru antara ular piton dan macan tutul terekam oleh fotografer profesional dan menjadi berita viral.
Ular piton dan macan tutul adalah dua pemangsa yang berbeda keahliannya.
Piton mampu melumpuhkan mangsanya dengan lilitan otot tubuhnya, sementara taring macan tutul sangat tajam dan kuat untuk memangsa makanannya.
Pemandangan langka itu terjadi di di Taman Nasional Maasai Mara Triangle Reserve, Kenya, Afrika Timur.
Adalah fotografer alam liar Mike Welton yang membagian video viral tersebut.
Mike yang berasal dari Ontario, Kanada, memotret aktivitas alam liar di Taman Nasional Maasai Mara Triangle Reserve saat peristiwa ini terjadi.
Dia telah menjadi fotografer alam selama tujuh tahun terakhir.
Awalnya, kedua ular dan macan ini sedang mengincar impala yang sama namun ular piton mengalihkan perhatiannya untuk menyerang macan tutul.
“Macan tutul sempat terkejut oleh serangan ular piton, yang mencoba membelitnya,” kata Mike dilansir Daily Mail pada Senin (19/11/2019).
Macan tutul itu meloncat terkejut ke udara lalu membalas dengan memukul kepala ular dengan cakarnya yang besar.
Meski sempat terbelit ular piton, macan tutul itu berhasil mencakar tubuh ular hingga terlepas dari belitan dan menggigit kepala piton tadi hingga mati.
Pemandangan ini menjadi tontonan fotografer Mike dan sejumlah pengunjung taman safari ini, yang mengabadikannya dengan kamera.
“Kami mendengar suara bunyi keras saat macan tutul itu menggigit kepala ular piton hingga pecah,” kata Mike.
Ular itu terlihat masih bergerak lambat seusai kepalanya digigit macan tutul.
Pada akhirnya, Piton dikalahkan dengan banyak luka tusukan di tubuhnya, terutama di area kepalanya.
Macan tutul itu juga mengalami luka-luka yang jelas terlihat di kaki kanan depan.
7 Pertarungan Ular Piton vs Hewan Besar dan Manusia Sepanjang 2017
Piton adalah ular besar yang meremukkan mangsanya di dalam sistem pencernaannya.
Ular besar ini mampu memangsa kukang, babi, hingga beruang madu.
Pada 2017, banyak contoh menakjubkan dari petarungan piton yang lapar.
Setidaknya ada tujuh kasus betapa menakjubkannya reptil besar ini.
Dirangkum dari National Geographic, Live Science, dan ABC News, berikut beberapa kasus ular piton melawan beberapa hewan besar.
1. Piton Batu Melawan Hiena
Kasus ini terjadi di Kenya. Seekor piton batu Afrika berukuran 4 meter memangsa seekor hiena.
Hebatnya lagi, heena tersebut kira-kira memiliki berat 68 kilogram yang ditelan bulat-bulat oleh piton tersebut.
"Sepengetahuan saya, tidak ada preseden untuk hal ini dalam dokumentasi," ungkap Mike Kowalski, asisten peneliti di Fisi Camp, sebuah situs penelitian di Michigan State University dikutip dari National Geographic, Jumat (15/12/2017).
"Karnivora besar tentu bisa berinteraksi dengan ular piton besar karena anak-anaknya mungkin menjadi mangsa sang ular.
Tapi seekor singa, macan tutul, atau hiena dewasa kemungkinan akan menerkam ular tersebut dengan sangat cepat," sambungnya.
2. Piton Burma Melawan Biawak
Pada November 2017, seekor ular piton raksasa terekam sedang memuntahkan biawak.
Ular besar ini memuntahkan kembali mangsanya karena tertangkap manusia saat ketahuan berada di gorong-gorong rumah warga.
Hal ini membuat ular tersebut kembali memuntahkan biawak yang baru saja dilahapnya.
"Ketika mereka menelan sesuatu yang relatif besar, itu bisa membuat mereka kurang bergerak. Jadi saat diganggu, biasanya mereka memuntahkan makanannya," ungkap Max Nickerson, kurator herpetologi di Museum Sejarah Alam Florida dikutip dari National Geographic, Jumat (15/12/2017).
3. Piton Karpet Melawan Ular Coklat Timur
Sebuah pemandangan tak biasa ular memangsa ular lainya.
Kali ini ular coklat timur menelan bulat-bulat seekor piton karpet (Morelia spilota).
Ular coklat timur (Pseudonaja textilis) merupakan ular paling berbisa di dunia.
Dalam video yang diambil di Australia tersebut, ular berbisa ini melahap piton itu di teras belakang sebuah rumah keluarga.
Untungnya, ular berbisa ini berhasil dipindahkan tanpa kesulitan yang berarti.
4. Piton Batu Lawan Macan Tutul
Maret 2017, para pengunjung Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan, dikejutkan pemandangan tak biasa.
Dalam pemandangan tersebut, seekor ular piton yang mencoba memangsa anak macan tutul harus berhadapan dengan induknya.
Piton batu sebenarnya memiliki gigi panjang dan melangkung yang dapat dengan mudah melukai mangsanya.
Sayangnya, hal ini tidak cukup untuk menyingkirkan induk macan tutul.
Pada akhirnya, piton tersebut terbunuh oleh sang induk macan tutul.
Bahkan, bangkai ular besar ini disantap kedua macan tutul tersebut.
5. Seekor Piton Memuntahkan Impala
Lagi-lagi piton batu Afrika (Python sebae) menjadi sorotan.
Pada Maret lalu, ular besar itu tertangkap kamera sedang memuntahkan impala yang menjadi mangsanya.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ular akan memuntahkan kembali mangsanya jika ia merasa terganggu.
Hal ini juga diungkapkan Alan Resetar, manajer koleksi Amfibi dan reptil di The Field Museum Chicago.
"Bahkan, di lapangan terkadang saat saya menangkap ular, mereka akan menimbun apa yang mereka makan," kata Resetar dikutip dari Live Science, Selasa (14/03/2017).
6. Piton Menelan Manusia
Seekor ular piton dengan panjang 7 meter memangsa seorang petani di Desa Salubiro, Karossa, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
Hal ini tak hanya menggemparkan warga Indonesia saja, melainkan juga dunia.
Peneliti herpetologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Mirza D Kusrini, mengungkapkan, peluang manusia dimakan piton sebenarnya kecil.
"Piton biasanya memangsa hewan, seperti babi hutan dan rusa. Tapi, dalam kondisi tertentu, piton memang bisa memangsa manusia. Ada kasusnya, tapi tidak banyak," katanya.
Kepada Kompas.com, Rabu (29/3/2017), Mirza mengatakan bahwa piton sebenarnya merupakan hewan yang oportunis, akan memangsa apa pun yang mungkin.
7. Piton Memangsa Kangguru
Seekor ular piton berhasil memangsa seekor kangguru. Hal ini terekam oleh Bernie Worlsfold, warga Australia.
Worlsfold menemui hal ini pada Minggu (02/01/2017) saat ia berada di perternakan kudanya di Kuranda, Australia.
Sebenarnya, bukan hal baru piton memangsa kangguru, tapi yang menjadi menarik adalah kangguru yang dimangsa piton tersebut adalah yang terbesar yang pernah Worlsfold temui.
"Saya kagum dengan ukuran kepala (ular piton)... ia menelan kangguru itu dalam 3 jam," ungkap Worlsfold dikutip dari ABC News, Senin (03/01/2017). (cc)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul VIDEO VIRAL Ular Piton Bertarung Melawan Macan Tutul, Terekam Detik-detik Raja Hutan Habisi Si Piton
Subscribe Youtube Channel Tribun Manado: