Ini Pertimbangan Olly Tak Usulkan PSBB Corona
Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey-Steven Kandouw terus tancap gas menghadapi perang
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO – Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey-Steven Kandouw terus tancap gas menghadapi perang melawan Coronavirus disease 2019 (Covid-19). Sulut segera mengoperasikan Laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) kedua untuk mendeteksi virus Corona.
• Obama Sebut Trump Kacau Balau soal Corona: Jumlah Penganggur Tembus 33 Juta
Lab kedua ini menggunakan fasilitas milik RSUP Prof Kandou Manado. Lab pertama, milik Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) sudah duluan beroperasi sejak pekan lalu.
Beroperasinya lab PCR RSUP Kandou ini diungkapkan Gubernur Olly saat memimpin rapat koordinasi percepatan penanganan penyebaran Cvid-19 lewat video conference yang diikuti jajaran Forkopimda Sulut, Sabtu (9/5/2020).
Dalam vidcon nampak hadir Pangdam XIII Merdeka Mayjen TNI Santos Matondang, Kapolda Sulut Irjen Pol Royke Lumowa, Kajati Sulut Andi Muh Iqbal Arief, Danlantamal VIII Sulut Brigjen TNI Donar Philip Rompas, Wakil Gubernur Steven Kandouw dan Sekprov Edwin Silangen.
Dua lab sekaligus beroperasi maka akan mempercepat diagnosa dan penentuan status pasien dalam pengawasan (PDP) sehingga tenaga medis dapat segera memberikan penanganan yang tepat.
• Hujan Rintik Iringi Djoko Santoso ke Pemakaman
“Dalam rangka menjaga penambahan penyebaran Covid-19 di Sulut, saya informasikan juga ada dua laboratorium PCR yang kami siapkan satu sudah mulai beroperasi (BTKLPP Kelas 1 Manado) dan yang satu lagi (RSUP Prof Kandou) full hari Senin beroperasi,” kata Olly.
Selain itu, Olly juga menerangkan, Sulut tidak mengusulkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kepada Pemerintah Pusat. Menurutnya, PSBB berdampak pada sektor perekonomian dan pelaksanaannya harus didukung oleh kesiapan seluruh kabupaten dan kota dalam memenuhi kebutuhan pokok seluruh masyarakat.
“Banyak orang mengusulkan saya PSBB, tetapi dampak PSBB ini kan kita tahu persis semua, pasti ekonomi tidak bergerak,” ujar Olly. “Kami sudah dua kali kami kirim surat ke gugus tugas kabupaten/kota meminta informasi pergeseran anggaran mereka dipergunakan untuk apa saja, sampai hari ini kami belum dapat balasan surat dari kabupaten/kota,” ujarnya.
Lebih lanjut, Olly mengingatkan pentingnya kesiapan semua pihak mencegah penyebaran Covid-19 pasca dibukanya kembali jalur transportasi antardaerah di Indonesia dengan mengisolasi penumpang di rumah singgah.
“Salah satu contoh kemarin kita kedatangan pekerja asal Sulut dari Maluku Utara. Langkah-langkah ini sangat efektif kita ambil, seluruh 110 penumpang kapal kita masukkan dalam rumah singgah dan semua efektif, dua minggu kita laksanakan ternyata tidak ada penyebaran waktu kita karantina,” imbuhnya.

Jonesius Manoppo
Pengamat Kesehatan dari Unima
Banyak Orang Abai Jaga Jarak
Peningkatan tajam jumlah kasus Corona akibat pergerakan orang yang tidak terkontrol, protokol tidak lagi dilakukan dengan baik dan benar. Awalnya memang masyarakat masih mematuhi, namun karena masyarakat tidak melihat manfaat dari protokol pencegahan ini, maka banyak orang mulai melanggar, awalnya tidak sengaja, namun karena tidak terjadi apa-apa mereka lanjut mengabaikan.
Kenyataanya setiap hari tetap ada yang ditetapkan sebagai PDP (pasien dalam pengawasan). Dua hari terakhir saja ada penambahan 24 orang yang dinyatakan positif. Nah, dengan tidak adanya penambahan kasus positif dalam satu minggu bukan berarti pandemi Covid-19 di Sulut sudah selesai dan tindakan pencegahan itu sudah tidak dibutuhkan lagi.
Baru-baru (kemarin) ini saja kita sudah ketambahan 18 kasus terkonfirmasi positif, kalau pergerakan kita tidak konsisten maka sulit untuk memprediksi kapan pandemi ini akan berakhir.
Memang kita sudah memiliki laboratorium. Dengan beroperasinya laboratorium di daerah ini bisa mempercepat kita memastikan pasien PDP yang ada saat ini positif atau tidak. Sehingga tindakan medis bisa dilakukan secara cepat dan tepat.
• Pimpinan Panti Asuhan Berterima Kasih kepada Sejumlah Wartawan di Bitung
Lebih tepatnya dalam satu minggu pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil yang negatif untuk sampel yang dikirim, tapi bukan berarti juga secara langsung bisa mempercepat penanganan pandemi ini.
Disisi lain, dari data survei Community Mobility Report Covid-19 Indonesia yang memantau pergerakan orang di tengah pandemi Covid-19, salah satu bukti bahwa orang yang tinggal di rumah selama ini hanya naik 14 persen dari keadaan biasa.
Dari persentase itu, masyarakat sebenarnya hanya sedikit yang tinggal di rumah dan angka ini cenderung menurun, sedangkan tren orang yang bergerak ke pusat belanja bahan pokok dan tempat rekreasi umum cenderung meningkat.
Di tempat kerja juga menunjukkan peningkatan aktivitas, hanya berkurang 15 persen dari keadaan normal sebelum pemerintah menetapkan darurat kesehatan masyarakat padahal pada bulan april aktivitas tempat kerja sempat berkurang 70 persen.
Pergerakan orang inilah yang sebaiknya di kontrol pemerintah. Sudah saatnya penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dilakukan berdasarkan banyaknya temuan pasien positif dari transmisi lokal, bahkan tanpa riwayat perjalanan.
Lihat saja sejumlah provinsi yang menerapkan PSBB seperti Jakarta dan Gorontalo, perlahan mulai ada tren penurunan, walaupun memang belum menekan penularan secara signifikan. Nah, bayangkan saja yang belum menerapkan PSBB.
Kan PSBB ini bukan lockdown seperti yang kita kira, tetap membantasi ruang gerak masyarakat saja. Kan logistik juga tetap jalan, pasar juga tetap dibuka, hanya pergerakan masyarakat yang dibatasi.
Pandemi ini bisa cepat diselesaikan dengan memutus rantai penularan. Caranya dengan menjaga jarak fisik, menggunakan masker, menjaga daya tahan tubuh, mencuci tangan dan protokol yang sudah sering disampaikan. Hanya saja, sekali lagi, protokol ini harus diawasi dengan ketat, padahal protokol ini hampir 2 bulan diterapkan, tapi penularan tetap terjadi. (mjr/ryo)