Update Virus Corona Sulut
BREAKING NEWS, Kasus Virus Corona di Sulawesi Utara Meningkat jadi 53 Orang
Pemerintah kembali menginformasikan data terkini penanganan virus corona, pada Sabtu 9 Mei 2020.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pemerintah kembali menginformasikan data terkini penanganan virus corona, pada Sabtu 9 Mei 2020.
Sulawesi utara terus terjadi penambahan pasien virus corona.
Hal tersebut berdasarkan data sebaran terkini yang diinformasikan pemerintah pusat.
Setelah sebelumnya hanya 47 orang, kini Sulut bertambah 6 orang dan menjadi 53 orang.
Rinciannya 53 pasien terkonfirmasi, sembuh 17 orang, dan meninggal 4 orang.
Tribunmanado masih menunggu penjelasan tambahan dari satgas covid-19 Sulut.
Secara Nasional Bertambah 533 Orang
Pemerintah mengumumkan perkembangan terbaru terkait data jumlah kasus Covid-19 di Indonesia.
Hingga Sabtu (9/5/2020) siang, pemerintah mengungkapkan, total ada 13.645 kasus Covid-19 di Tanah Air.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus Corona Achmad Yurianto mengatakan, jumlah total itu setelah per hari ini tercatat penambahan 533 pasien positif Covid-19 dalam 24 jam terakhir dari seluruh rumah sakit di Indonesia.
"Hasil positif, pemeriksaan positif dengan real time PCR 13.543, sementara dengan TCM (tes cepat molekuler) sebanyak 102 orang, totalnya 13.645," ujar Yurianto di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu sore.
Yuri juga mengatakan, dalam periode yang sama terdapat penambahan 113 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh.
Mereka telah dinyatakan negatif setelah melakukan dua kali pemeriksaan.
Penambahan ini membuat total pasien Covid-19 sembuh hingga saat ini ada 2.607 orang.
Baca juga: KPK: Saat Pandemi Covid-19, Pengadaan Barang Paling Berisiko Dikorupsi
Namun, pemerintah juga menyampaikan kabar duka dengan adanya penambahan 16 pasien yang meninggal dunia setelah mengidap Covid-19.
Sehingga total kasus pasien Covid-19 yang meninggal sebanyak 959 orang.
"Gambaran data inilah yang kemudian menjadi poin untuk kita melihat seberapa disiplin untuk mencegah penularan Covid-19," kata Yuri.
Hingga Sabtu ini pemerintah sudah memeriksa 150.887 spesimen. Sebanyak 150.493 melalui real time PCR dan 394 melalui tes cepat molekuler.
Benua Terbebas dari Virus Corona, Dapat Julukan Daerah Teraman
Benua Antartika adalah benua terdingin yang ada di dunia.
‘Hebatnya’, inilah satu-satunya benua yang masih terbebas dari virus corona penyebab Covid-19
Dikutip dari Kompas.com, sejak pertama kali terdeteksi akhir tahun lalu di China, kini virus corona penyebab Covid-19 telah menjangkau ke ratusan negara dari berbagai benua, mulai dari Asia, Australia, Eropa, Afrika, Amerika Utara, hingga Amerika Selatan.
Saat seluruh bagian dunia berperang melawan penyebaran virus yang begitu cepat, di Antartika setidaknya hingga hari ini, belum ditemukan satu pun kasus infeksi.
Oleh karenanya, benua ini disebut sebagai tempat teraman di dunia.
Sebenarnya virus corona sempat hampir memasuki Antartika ketika terdeteksi terjadi penyebaran virus di kapal-kapal pesiar terakhir musim ini di akhir Maret.
Kurang lebih 60 persen penumpang di dalamnya sudah tertular Covid-19.
Namun virus tersebut tidak berhasil mencapai garis pantai yang beku.
Kondisi benua ini yang diselimuti es membantu memutuskan persebaran virus ini ke dataran wilayahnya.
Sosok Agus Wandi, Putra Aceh yang Sukses Mencapai Benua Antartika (Facebook Agus Wandi)
Sejak awal tahun ini, stasiun-stasiun penelitian milik berbagai negara itu telah memberlakukan pelarangan wisata atau kunjungan dari para turis, Antartika pun dikunci atau lockdown untuk mencegah terjadinya penyebaran.
Alhasil, banyak rencana kunjungan yang harus dibatalkan.
Benua ini memang tidak berpenghuni, kecuali ditinggali oleh sejumlah binatang seperti pinguin, paus, anjing laut, dan albatros.
Namun, di sana tinggal kurang lebih 5.000-an orang yang kebanyakan merupakan ilmuwan atau peneliti.
Mereka tersebar di 80 atau lebih basis pengamatan atau penelitian yang mereka lakukan.
Mereka pun merasa begitu bersyukur di masa pandemi ini 'terisolasi' di Antartika yang membeku.
Hal ini diungkapkan salah satunya oleh Keri Nelson, koordinator administratif di Stasiun Palmer
Pulau Anver, stasiun paling utara milik Amerika Serikat di Antartika.
"Saya yakin tidak ada seorang pun yang tinggal di sini yang tidak bersyukur untuk berada di sini, dan mendapatkan keamanan. Kami semua sangat senang tinggal di tempat di mana penyakit ini (beserta semua dampaknya) sama sekali tidak ditemukan," kata Nelson kepada CNN Travel melalui email.
Robert mengaku mengikuti perkembangan virus corona sejak awal ada di China hingga menjadi pandemi global saat ini, merasa tetap tidak bisa terkoneksi karena kehidupannya di Antartika tidak terpengaruh sama sekali.
"Ini seperti saya berada di Bulan kemudian melihat ke bawah. Kami dapat melihat apa yang terjadi, tetapi itu sangat-amat jauh," kata dia.
Sebelumnya, terdapat pendapat yang banyak dipercaya bahwa tinggal dan hidup di Antartika selama satu musim akan mengubah hidup dan cara hidup seseorang.
Namun, kali ini Taylor berani mementahkannya.
"Saya tidak bisa berhenti bertanya-tanya mungkinkah dunia akan mengalami lebih banyak perubahan dari pada yang akan kami alami," ujarnya.
Tidak berlebihan jika mereka merasakan hal yang demikian, karena jika melihat dunia luar, di mana pun itu, semua tengah menghadapi krisis yang serupa, pandemi covid-19.
Bahkan, Sekretaris Umum PBB, Antonio Guterres telah menetapkan pandemi ini sebagai krisis paling menantang yang terjadi di dunia setelah Perang Dunia II.
Sedangkan Antartika dan semua penghuninya, tidak merasakan perubahan apapun dalam keseharian hidup mereka, kecuali jumlah kunjungan yang semakin minim.
(*)