Desa Malola Satu Siap Pasok Cap Tikus ke Seluruh Sulut untuk Bahan Hand Sanitizer

TRIBUNMANADO.CO.ID, AMURANG - Potensi alam yang dimiliki Desa Malola Satu, Kecamatan Kumelembuai beragam. Desa ini dikenal sumber penghasil buah langsa, cengkih dan duren di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) bahkan Sulawesi Utara (Sulut).

Tapi mayoritas masyarakat desa mengantungkan harapannya dari hasil pohon enau (seho) untuk diolah menjadi cap tikus. Dari 250 kepala keluarga (KK) yang ada mendiami desa ini, terdapat 200 KK yang berprofesi sebagai petani cap tikus.

HukumTtua Desa Malola Satu Djenly Sinaulan, Minggu (3/6/2020) mengatakan satu petani rata-rata per harinya dapat menghasilkan 30 liter cap tikus. "Kalau dikali 200 petani, berarti perhari dapat 6000 liter cap tikus," kata dia.

Harga per galon cap tikus berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu tergantung kadarnya. Perminggu total seluruh petani dapat menghasilkan uang sampai Rp 210 juta.

• Ini yang Dilakukan Desa-desa di Bolmong Agar BLT Tak Salah Sasaran

"Paling banyak cap tikus dibawa ke Provinsi Gorontalo. Tapi ada juga di beberapa daerah di Sulut," kata dia.

Di tengah pandemik covid-19 ini, masyarakat Desa Malola Satu siap membantu pemerintah daerah dan provinsi untuk menjadikan cap tikus sebagai bahan dasar pembuatan hand sinitezer. "Kalau ada pembelian dalam skala besar, kami sudah siap," ujarnya.

Di satu sisi wabah virus corona belum berdampak pada ekonomi masyarakat. Dikatakan dia hanya 5 orang saja warga asli Desa Malola Satu yang bekerja di Kota Manado hingga kena dampaknya.

"Tapi kami di sini untuk sementara bisa survive. Potensi desa kami bisa menjawab perekonomian masyarakat," pungkas dia.

• Lagi, di Desa Senduk Kecamatan Tombariri Dilakukan Pemakam Jenazah PDP Covid-19