Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona Sulawesi Utara

2 Hari Ini Kasus Virus Corona di Sulawesi Utara Tidak Bertambah, Masih 45 Orang

Data terkini kasus virus corona di Indonesia, kembali diinformasikan pemerintah pusat, Sabtu2 Mei 2020.

Editor: Rhendi Umar
dewangga ardiananta/tribun manado
Ruang Isolasi di RSUP Kandou Malalayang 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Data terkini kasus virus corona di Indonesia, kembali diinformasikan pemerintah pusat, Sabtu2 Mei 2020.

Untuk daerah Sulawesi Utara tidak terjadi penambahan pasien yang terkonfirmasi virus corona.

Masih dengan data sebelumnya yakni 45 orang.

Jadi, hasil rinciannya yaitu, 45 pasien terkonfirmasi, sembuh 14 orang, dan meninggal 3 orang.

Tribunmanado masih menunggu penjelasan tambahan dari satgas covid-19 Sulut.

Secara Nasional Bertambah 292 Kasus

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan adanya penambahan kasus pasien yang terjangkit virus corona.

Berdasarkan data pemerintah hingga Sabtu (2/5/2020) pukul 12.00 WIB, terdapat penambahan sebanyak 292 kasus. Dengan demikian, total pasien positif Covid-19 mencapai 10.843 orang.

"Sampai saat ini hasil konfirmasi positif covid-19 sebanyak 10.843 oranng," ujar Yurianto dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Sabtu sore.

Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh yakni 1.665 orang.

Namun demikian, masih terdapat penambahan kasus pasien meninggal setelah dinyatakan positif Covid-19.

Yuri menuturkan, ada penambahan sebanyak 31 pasien meninggal, sehingga totalnya menjadi 831 orang.

“Sementara yang sembuh 1.665 orang dan meninggal 831 orang,” kata Yuri.

Kemunculan Bintang Tsurayya Disebut Isyarat Berakhirnya Pandemi Corona

Bintang Tsurayya ramai diperbincangkan akhir-akhir ini.

Hal itu berlaku setelah beredarnya video di media sosial yang menyebutkan bahwa bintang yang muncul di pagi hari itu membawa pesan atau isyarat akan berakhirnya wabah virus corona.

Pada unggahan yang beredar di media sosial, bintang itu disebut sebagai bintang Turaya atau Tsurayya.

Menjawab keramaian soal bintang Tsurayya ini, Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memberikan penjelasan lengkap mengenai salah satu benda langit itu.

Letak bintang

Dalam ilmu antariksa, bintang Thuraya/Tsuraya atau ada yang menyebutnya Tsurayya, disebut sebagai gugus bintang terbuka Pleiades yang terletak dekat dengan rasi bintang Taurus.

Dalam keterangan resmi yang dikeluarkan Pusat Sains dan Antariksa (Pussainsa) Lapan, Sabtu (2/5/2020), gugus bintang terbuka ini terdiri dari sejumlah bintang.

Tujug di antaranya bisa dilihat dari Bumi dengan mata telanjang.

"Dalam mitologi Yunani, dan dikenal sampai saat ini, ketujuh bintang tersebut adalah Sterope, Merope, Electra, Maia, Taygeta, Celaeno, dan Alcyone; dan dikenal sebagai bintang 7 saudari," kata Andi Pangerang, salah satu peneliti Pussainsa Lapan, dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Sabtu.

Bintang yang juga disebut sebagai Messier 45 ini beserta bintang-bintang lain yang ada di dalam gugusannya tergolong sebagai bintang yang relatif muda dan masuk dalam kelas spektrum tipe B.

"Cenderung panas, cerlang, dan berwarna kebiruan. Bila kondisi tidak berawan, saat-saat seperti ini kita bisa mengarahkan pandangan ke arah timur saat jelang Matahari terbit, carilah rasi Taurus, dan temukan lintang Kartika (nama lain Pleiades) di dekat rasi Taurus," jelas Andi.

Bintang ini berjarak 444 tahun cahaya dari Bumi.

Artinya, cahaya dari Tsuraya membutuhkan waktu 444 tahun agar bisa sampai ke Bumi.

Kebudayaan masyarakat dunia

Karena keberadaannya yang bisa dilihat dengan mata telanjang, obyek-obyek langit ini juga muncul dalam berbagai mitologi kebudayaan di seluruh dunia dan dikenal sebagai bintang tujuh.

"Dalam tradisi langit nusantara, sering disebut juga sebagai Lintang Wuluh, atau Lintang Kerti. Dari tradisi India dikenal sebagai Kartika (Kritikka) yang namanya diambil dari dewa pelindung bangsa Tamil, Kartikeya," kata Andi.

"Sedangkan di Tiongkok dan Korea, Tsuraya dikenal sebagai Mao-Xing dan Myo-Su Byeol (Bintang Berambut, Hairy-Head Star). Jepang mengenalnya sebagai Subaru-hoshi atau "Bintang yang berkumpul", secara populer dikenal sebagai Subaru," lanjut dia.

Di Indonesia, munculnya Pleiades ketika fajar dimanfaatkan sebagai penanda para petani mulai menggarap sawah dan membersihkan hama.

Kemunculannya menjadi tanda awal masa bercocok tanam dimulai.

Berbeda dengan di Timur Tengah, Tsurayya yang terbit di waktu fajar diartikan sebagai berakhirnya masa wabah hama tanaman dan dimulainya masa panen kurma.

Waktu munculnya

Andi menjelaskan, Pleiades terlihat hampir bersamaan dengan terbitnya Matahari atau fajar pada bulan Mei-Juni.

Setelah itu, Pleiades akan terlihat tinggi di langit sisi atas saat memasuki bulan September-Desember.

Bintang ini kemudian akan tenggelam saat fajar di bulan Desember.

Melihat pola terbitnya, bintang ini kemudian dijadikan penanda musim dingin oleh masyarakat yang tinggal di Bumi bagian utara.

(*)

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved