Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

KKB Papua

Diperlakukan dengan Baik Meski Telah Bunuh Banyak TNI, Ini Rangkuman Fakta Sang Legendaris KKB Papua

Lodewijk Mandatjan memiliki 14 ribu pasukan yang dipersiapkan untuk melakukan aksi teror pada tahun 1964-1967.

Editor:
(Kolase Youtube/Ryan Paat dan SUAR.id)
Pimpinan KKB Papua Lodewijk Mandatjan (kiri), Soeharto 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sang Pimpinan legendaris KKB Papua Lodewijk Mandatjan masih diperlakukan baik oleh aparat keamanan, meski telah membuat banyak prajurit TNI gugur. 

Lodewijk Mandatjan merupakan pimpinan kelompok kriminal bersenjata atau KKB Papua terkenal paling legendaris hingga kini.

Hal tersebut dikarenakan Lodewijk Mandatjan memiliki 14 ribu pasukan yang dipersiapkan untuk melakukan aksi teror pada tahun 1964-1967.

Dengan jumlah yang sangat besar jika dibandingkan dengan anggota KKB Papua yang sekarang.

Meski demikian, Lodewijk Mandatjan akhirnya menyerah dan kembali ke NKRI berkat usaha Sarwo Edhie Wibowo.

Sarwo Edhie Wibowo menjabat sebagai panglima Kodam XVII/Tjendrawasih pad atahun 1968-1970.

Melansir dari buku berjudul 'Sarwo Edhie dan Misteri 1965' seri buku TEMPO, Sarwo Edhie Wibowo mulai membenahi model operasinya untuk menghadapi KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan.

Operasi rancangan Sarwo Edhie Wibowo ini mengutamakan operasi teritorial bersifat persuasif tanpa peperangan.

Letnan satu Sintong Panjaitan sangat ingat betul instruksi Sarwo Edhie Wibowo kepada pasukannya.

Sarwo menegaskan, pemberontakan pasti hancur jika terus dipukul.

"Tapi mereka saudara kita" kata Sarwo.

"Baiklah mereka kita pukul, kemudian kita panggil mereka agar kembali" tambah Sarwo.

Pesawat Dakota dan pengebom ringan B-15 Mitchell milik Angkatan Udara terbang menyebarkan selebaran berisi seruan agar KKB Papua pimpinan Lodewijk Mandatjan turun gunung.

Sarwo juga memerintahkan Mayor Heru Sisnodo dan Mayor Udara John Saleky pergi tanpa senjata untuk membujuk Lodewijk Mandatjan agar mau keluar dari hutan.

Dengan jaminan perlindungan dari RPKAD (sekarang Kopassus), Lodewijk Mandatjan bersedia turun gunung dan disusul pengikutnya pada November 1968.

Mantan kepala pusat penelitian politik LIPI, Ikrar Nusa Bhakti, menyaksikan ketika Sarwo Edhie Wibowo asyik bercengkerama dengan Lodewijk Mandatjan di kompleks Raiders, Biak.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved