Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona Indonesia

Pria Positif Covid-19 Klaster Ijtima Ulama Gowa Kabur dari Rumah Sakit, Petugas Langsung Mengejar

Pria asal Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat tersebut memiliki riwayat mengikuti ijtima ulama sedunia di Gowa, Sulawesi Selatan pada Maret 2020 lalu.

Editor: Rhendi Umar
Kompas.com
Ilustrasi Virus Corona 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Aksi nekat dilakukan oleh pria berusia 50 tahun yang dinyatakan positif virus corona.

Dia kabur dari Rumah Sakit pada Selasa (28/4/2020) Malam.

Kaburnya pasien positif Corona terekam CCTV RSUD Praya Lombok Tengah.

Pria asal Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat tersebut memiliki riwayat mengikuti ijtima ulama sedunia di Gowa, Sulawesi Selatan pada Maret 2020 lalu.

Setelah menjalani tes, pasien pria tersebut dinyatakan positif Covid-19 pada Selasa (28/4/2020).

Di video tersebut, terlihat pasien pria memakai baju cokelat kehitaman dan celana putih serta peci putih membuka jendela kamar tanpa terali.

Ia kemudian kabur meninggalkan ruang ruang isolasi.

Saat dikonfirmasi, Direktur Rumah Sakit Praya Dokter Zakir Langkir mengatakan saat pasien kabur, petugas medis sedang tidak ada dalam ruangan.

“Waktu itu sekitar pukul 20.00 Wita pasien kabur, kebetulan petugas medis sedang tidak ada di dalam, kan tidak mungkin juga ditunggu terus karena orang sehat,” kata Muzakir, saat ditemui Kompas.com, di kantornya, Rabu (29/4/2020).

Pasien diketahui kabur setelah petugas medis curiga melihat tepat tidur pasien kosong. Mereka pun memeriksa CCTV dan mengetahui jika pasien kabur dari jendela.

“Diketahui dia kabur itu sekitar selesai shalat tarawih, karena mencurigakan yang bersangkutan tidak ada di tempat, kemudian mengecek CCTV,” kata Muzakir.

Petugas langsung melacak keberadaan pasien.

Rabu pagi, pasien ditemukan jalan kaki di seputaran Jalan Bypass BIL yang jaraknya tak jauh dari rumahnya.

Petugas langsung meminta keterangan pasien untuk mengetahui motifnya kabur dari wumah sakit.

Tah kanya itu. Petugas juga melacak orang yang kontak erat dengan pasien postif corona selama ia kabur. Sementara pasien saat ini kembali dikarantina di RSUD Praya Lombok Tengah.

Pakar Medis Beri Alasan Kenapa Kondisi Pasien Corona Bisa Memburuk pada Minggu Kedua

Mengapa pasien positif virus corona bisa memburuk di minggu kedua?

Sekitar 15 persen orang yang terinfeksi virus corona harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.

Namun, sejumlah pasien kondisinya memburuk pada minggu kedua setelah menunjukkan adanya gejala.

Hal ini seperti dialami seorang pasien Covid-19 di Kepahiang, Bengkulu, yang telah menjalani isolasi sejak Selasa (21/4/2020).

Menurut laporan media lokal, tiga warga Desa Tebat Monok yang dinyatakan positif dan dirujuk ke RSUD Kepahiang, terdiri atas ayah, ibu, dan anak.

"Ibu dan anak dalam kondisi stabil, tetapi sang suami atau ayah dalam mengalami gangguan pada saluran pernapasan atas yang buruk," kata Kepala Dinas Kesehatan Bengkulu, Herwan Antoni.

Para pakar menggambarkan situasi ini sebagai "ambruk pada minggu kedua".

"Mereka akhirnya dirawat di rumah sakit, dan sekitar tiga hari kemudian, mereka harus masuk ke unit perawatan intensif," kata Mark Nicholls, spesialis perawatan intensif dari Australian and New Zealand Intensive Care Society.

Kondisi serupa dialami Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang tadinya dikabarkan hanya mengalami gejala ringan Covid-19, hingga akhirnya dimasukkan ke ICU.

Meski kebanyakan orang yang terinfeksi Covid-19 hanya mengalami gejala ringan dan akhirnya sembuh dalam waktu satu atau dua minggu, tercatat ada 15 persen yang harus dirawat di rumah sakit. Lima persen di antaranya kritis.

Mungkin bukan virusnya, melainkan respons imun

Para pakar medis menyebutkan, dalam beberapa kasus terutama ketika kondisi pasien memburuk belakangan, penyebabnya bisa jadi bukan karena virusnya, melainkan justru karena respons tubuh terhadap virus.

Artinya, jumlah oksigen pada aliran darah Anda menurun, sehingga organ tubuh kekurangan oksigen.

Ketika sistem kekebalan tubuh mendeteksi adanya penyerang seperti SARS-CoV-2, ia memicu serangkaian respons untuk menahan dan membasmi infeksi.

Salah satunya, pelepasan protein pensinyalan kecil yang disebut sitokin, yang biasanya menyebabkan peradangan.

Dalam kebanyakan kasus, respons imun bekerja dengan cara memadamkan infeksi dan respons peradangan tidak bekerja.

Namun, terkadang sistem kekebalan tubuh secara keliru menjadi berlebihan dan tetap aktif lama setelah virus tak lagi menjadi ancaman.

Alasan kondisi kesehatan menurun

Sangat sulit untuk mengetahui sejauh mana sistem imun seseorang menyebabkan kerusakan dalam kasus Covid-19.

"Sistem imun pada kebanyakan orang memiliki peran yang sangat bermanfaat," kata Dr Julian Elliot, Direktur Klinis Satuan Tugas Covid-19 di Australia.

Orang yang mengalami penyakit Covid-19 yang lebih serius biasanya memiliki tanda-tanda peningkatan peradangan, terutama di paru-paru.

"Biasanya orang merasa normal saja, padahal sebenarnya sudah menderita radang paru-paru dengan tingkat oksigen yang cukup rendah," kata Dr Elliot.

Pneumonia merupakan infeksi paru-paru di mana kantung udara meradang dan dapat terisi oleh cairan. Ketika penyakit berkembang, pneumonia biasanya menjadi lebih buruk.

"Pada tahap banyak peradangan di paru-paru, sering kali memiliki kadar oksigen sangat rendah, sehingga harus dibantu ventilator," jelas Dr Elliot.

Salah satu aspek yang paling mengkhawatirkan dari pneumonia Covid-19 yaitu kemungkinan bisa memburuk tanpa mereka sadari.

Biasanya pneumonia membuat orang merasa tidak nyaman di bagian dada atau kesulitan bernapas.

Namun, sejumlah pasien Covid-19 justru tak merasakan sesak napas, bahkan ketika kadar oksigennya turun.

Artinya, dalam kasus Covid-19, meski tingkat oksigen dalam tubuh seseorang cukup rendah, ia tidak merasa terengah-engah.

Itulah yang mungkin menjelaskan mengapa sejumlah pasien dengan gejala ringan tiba-tiba kondisinya mengalami penurunan drastis.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pasien Positif Covid-19 Kabur Lewat Jendela Rumah Sakit di Lombok Tengah, Berasal dari Klaster Gowa

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved