Update Virus Corona Tomohon
Dampak Covid-19, Konsumsi Paniki Terus Berkurang hingga Penjualan Turun Sampai 80 Persen
Pedagang di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, tetap menjual Paniki, walaupun penjualannya turun sampai 80 persen
Penulis: | Editor: David_Kusuma
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Pedagang di Pasar Tomohon, Sulawesi Utara, tetap menjual Paniki, walaupun penjualannya turun sampai 80 persen.
Tak banyak yang berubah di lapak penjualan hewan liar di Pasar Beriman Tomohon, meski di tengah suasana Covid-19.
Terpantau Senin (27/4/2020), para pedagang tetap menjual hewan liar seperti ular, tikus dan paniki.
Mereka seakan tak terpengaruh dengan Covid-19 yang terus merenggut nyawa.
• 1 Daerah di Indonesia Ini Belum Tersentuh Covid 19 atau Virus Corona, Kabupaten Ini Ada di Papua
Roy Nangka (41) warga Kinilow Tomohon, masih setia menunggu pelanggannya datang membeli paniki atau kelelawar.
Kata dia, setiap hari pasti ada pelanggan yang datang membeli. Memang harus diakui terjadi penurunan sangat drastis jualan paniki.
Dulunya laku sampai 60-70 kilogram dalam sehari dengan harga Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu. Sekarang dijual dengan harga Rp 40 ribu, paling banyak laku 10 kilogram.
• Kepala BNPB Doni Monardo Tampil Beda, Kenakan Baju PDH TNI Lengkap, Egy: Kantor Pasti ‘geger
"Memang kami sangat merugi. Tapi apa boleh buat harus tetap jualan untuk penuhi kebutuhan keluarga," ujar Roy Nangka.
Dia bercerita, sebelum Covid-19 dalam sepekan bisa menjual hingga 200 kilogram, sekarang hanya 20 kilogram. Jadi permintaannya memang menurun drastis.
Lanjut dia, warga yang konsumsi paniki tetap ada setiap hari hanya permintaan menurun. Bukannya karena takut Corona tapi karena tidak punya uang,
Roy juga mengaku sebagai penikmat paniki, di rumah sering dimasak. Paling enak kalau dibikin santan rica. Cara masak paniki di Tomohon itu terbilang bersih.
• Kisah Angelina Sondakh Hijrah, Sempat Kesulitan Ditinggal Adjie Massaid, Hafal Al Quran di Penjara
"Kami masak sampai empat kali. Pertama bakar dulu, kemudian paniki direbus, lalu masak masak dengan bumbu, terakhir dimasak dengan santang. Total empat kali masak. Jadi tidak mungkin kami kena virus Corona. Kalau sudah sakit dari dulu kami sakit, tapi sampai hari ini tidak ada berita yang meninggal Corona di Sulut karena konsumsi paniki,” ujarnya pedagang yang sudah 20 tahun jualan paniki.
Cibey, penjual paniki lainnya mengaku aktivitas jualan mereka tidak pernah berhenti kendati pernah diimbau Pemkot Manado.
“Penjual paniki di Pasar Ekstrem ini ada tujuh orang. Kami memperoleh paniki dari Makassar, Gorontalo, Kendari dan Palu. Tidak ada larangan kami menjual hanya pemerintah mengimbau kami tidak menerima pasokan paniki dari luar daerah. Tapi jujur saja, selama ini tidak ada masalah kami menjual paniki dari luar Sulut,” ujarnya.
• Daftar 11 Nama Pemenang Lomba Bagambar deng Keluarga yang Digelar PKK Sulut dan Tribun Manado
Ia menambahkan, konsumsi paniki itu sudah tradisi di Tomohon.
“Nenek moyang kami menyebut ada khasiat kalau makan paniki, terutama sakit asma akan sembuh. Sehingga kami tidak pengaruh dengan isu virus Corona menyebar dari paniki. Lihat saja kami masih konsumsi,” ujarnya.