Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Update Virus Corona Dunia

Diduga Bisa Sembuhkan Pasien Virus Corona, Remdesivir Gagal dalam Uji Coba Pada Pasien Parah

Meski demikian, dikutip dari Channel News Asia, perusahaan yang memproduksi remdesivir, Gilead Sciences sempat membantah hasil penelitian tersebut.

Editor:
World of Buzz
Ilustrasi dokter mencari vaksin virus corona. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Belum lama ini, obat yang diduga bisa menyembuhkan pasien virus corona (Covid-19) gagal dalam uji coba yang dilakukan secara acak pada manusia.

Obat yang gagal tersebut tak lain adalah Remdesivir, merupakan obat yang dikatakan bisa sembuhkan pasien corona.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak sengaja mengunggah ringkasan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa remdesivir tidak membantu menyembuhkan pasien Covid-19 dengan kasus parah, dikutip dari  Stat News, pada Kamis (23/4/2020).

ILUSTRASI Vaksin virus corona - China mengklaim bisa membuat vaksin virus corona dalam waktu sebulan atau tak lebih dari 40 hari, ahli di Hong Kong pun membantah.
ILUSTRASI Vaksin virus corona - China mengklaim bisa membuat vaksin virus corona dalam waktu sebulan atau tak lebih dari 40 hari, ahli di Hong Kong pun membantah. ((Fresh Daily))

Juru biacara WHO Daniela Bagozzi mengatakan, ringkasan hasil penelitian tersebut kemudian dihapus karena ada kesalahan penulisan.

Pihaknya masih akan meninjau kembali hasil dari penelitian remdesivir.

"Draf naskah diberikan oleh penulis kepada WHO dan secara tidak sengaja diunggah di laman resmi WHO, kemudian segera dihapus setelah mengetahui ada kesalahan."

"Naskah itu sekarang sedang menjalani tinjauan dari rekan-rekan, dan kami sedang menunggu hasil akhir," kata Daniela Bagozzi dikutip dari Stat News.

Meski demikian, dikutip dari Channel News Asia, perusahaan yang memproduksi remdesivir, Gilead Sciences sempat membantah hasil penelitian tersebut.

Dalam bantahan tersebut, Gilead Sciences menyebut remdesivir mempunyai potensi untuk menyembuhkan Covid-19.

Bantahan dari Gilead Sciences diunggah melalui media sosial, tetapi unggahan tersebut kini telah dihapus.

Juru bicara Gilead Sciences, Amy Flood pun mengatakan, hasil penelitian belum sepenuhnya valid karena uji coba dihentikan lebih awal.

Adapun ringkasan hasil penelitian yang diunggah WHO menyebut, uji coba dilakukan di China yang melibatkan 237 pasien.

Sebanyak 158 pasien diberikan remdesivir, sedangkan 79 pasien hanya mendapatkan pengawasan.

Kemudian, sebanyak 18 pasien diberhentikan dalam mengonsumsi remdesivir karena mengalami efek samping.

Setelah 28 hari, sebesar 13,19 persen pasien yang mengonsumsi remdesivir meninggal lebih cepat dibanding 12,8 persen pasien yang hanya mendapatkan pengawasan.

Perbedaan waktu meninggal dua kelompok itu tidak signifikan secara statistik.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved