Update Virus Corona Indonesia
Tentang Virus Corona, Tenaga Medis di Papua Katakan Hanya Merawat dengan Meraba-raba
Di Papua Barat, pengujian hasil tes Covid-19 masih berjalan lambat, kondisi yang menurut seorang dokter bisa berujung pada outbreak.
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Provinsi Papua, Doktor Hasmi, menyarankan pemerintah Provinsi Papua Barat meningkatkan penelusuran kasus Covid-19 di masyarakat.
"Kalau mereka tidak merespons dengan baik, kasus itu di bawah sudah berkecamuk, tapi orangnya masih santai," kata Hasmi.
Ia menyarankan wilayah itu tidak bergantung pada PCR, tapi dengan melakukan pemantauan agresif pada Orang Dalam Pemantauan (ODP) bahkan orang yang tak memiliki gejala.
Mereka yang memiliki gejala harus segera dikarantina, baik mandiri maupun di rumah sakit, ujar Hasmi.
'Infrastruktur kesehatan kami tidak siap'
Sementara, di Provinsi Papua, yang sudah bisa menguji hasil tes Covid-19 di Jayapura, jumlah angka kasus meningkat setiap hari, mencapai lebih dari 100 kasus dengan tujuh kematian (data 19/4/2020).
Setiap harinya laboratorium di Jayapura memeriksa 40-50 spesimen, kata Juru Bicara Satgas Covid-19 Papua Silwanus Sumule.
Papua sendiri telah menerapkan pembatasan pergerakan, yang disebut Silwanus sebaga Pembatasan Sosial yang Diperluas.
Warga saat berdoa di dalam rumah secara mandiri di Kota Sorong, Papua Barat, (7/2) untuk memohon agar Covid-19 segera berlalu. (Antara foto)
Ia mengatakan kebijakan itu dilakukan karena fasilitas kesehatan di Papua yang tak memadai untuk menghadapi Covid-19.
Papua, provinsi terluas di Indonesia dengan lebih dari 3,4 juta penduduk, hanya memiliki sekitar 75 ventilator di semua rumah sakit yang ada di Papua.
"Pembatasan sosial yang diperluas dilakukan karena kami tidak siap. Infrastruktur kesehatan kami tidak siap melakukan hal ini (menangani lonjakan pasien Covid-19). Sosial budaya kami bisa mempercepat penyebaran," ujarnya.
Ia merujuk pada kebudayaan warga Papua yang sering berkumpul.
Di daerah-daerah pegunungan yang akses komunikasinya terbatas, perkumpulan-perkumpulan bahkan masih terjadi, ujarnya.
Doktor Hasmi, yang juga pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih mengatakan hal tersebut membuat permodelan Covid-19 di penyebaran di Papua hasilnya "mengerikan".
Petugas kesehatan memeriksa suhu tubuh salah satu warga di Arsopura, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Papua, (13/04). (Antara foto)
Dengan skenario penutupan wilayah seperti di Wuhan, China saja, Hasmi mengatakan, angka penyebaran Covid-19 di Papua bisa mencapai ribuan, dengan puncak di bulan Mei.
Apalagi, tambah Hasmi, gizi sejumlah masyarakat di Papua masih belum baik, yang bisa memperburuk imunitas masyarakat.
"Papua dan Papua Barat kalau bisa ditingkatkan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)," ujarnya.
Sebelumnya, Kabupaten Mimika, Papua, juga Kabupaten Fakfak dan Kota Sorong di Papua Barat, telah mengajukan permohonan melaksanakan PSBB kepada Kementerian Kesehatan, tapi ditolak karena dianggap belum memenuhi sejumlah syarat.
• Ekspor Nonmigas Sulut di Maret 2020 Capai 79,46 Juta Dollar AS
• Ini Jawaban Kenapa Hasil Tes Swab Corona Lama Keluar, Ahli Biologi Molekuler: Saya Kaget
• Bupati ROR Tindak Tegas Jika Ada Oknum Nakal Terkait Penyaluran Bansos
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Virus Corona di Papua, Tenaga Medis: Hanya Merawat dengan Meraba-raba".