Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Staf Khusus Presiden

Lakukan Kesalahan Fatal, Bubarkan Staf Khusus Milenial, JM: Bahaya Anak Milenial Diberi Kekuasaan

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies, Jerry Massie, mengatakan ada baiknya Stafsus Milenial dibubarkan saja.

Editor: Frandi Piring
(ISTIMEWA/Tangkap layar Youtube BPMI 2019)
Presiden Joko Widodo menunjuk tujuh staf khusus presiden di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (21/11/2019). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Setidaknya Tiga Staf Khusus Milenial Presiden Joko Widodo mendadak menjadi buah bibir pembicaraan publik.

Ketiganya berulah dan terus menjadi sorotan saat pandemi Covid-19 terjadi di tanah air.

Bahkan, mereka disebut telah melakukan kesalahan fatal.

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies, Jerry Massie, mengatakan ada baiknya Stafsus Milenial dibubarkan saja.

"Mereka bekerja bukan out of the box tapi out of control. Ini kesalahan fatal yang tak perlu terjadi. Bahaya anak milenial ini diberi kekuasaan.

"Tidak perlu kehadiran mereka," kata Jerry saat berbincang dengan Tribun, Jumat (17/4/2020).

Presiden Jokowi kata Jerry juga harus bersikap tegas mencopot oknum-oknum yang ingin meraup keuntungan dengan melibatkan negara seperti Andi Taufan dan Belva Devara.

Cara Jokowi Perkenalkan Staf Khusus Presiden Kaum Milenial, 7 Pemuda Berprestasi, Tonton Videonya
Cara Jokowi Perkenalkan Staf Khusus Presiden Kaum Milenial, 7 Pemuda Berprestasi, Tonton Videonya (SENO TRI SULISTIYONO/TRIBUNNEWS)

" Saya tidak habis pikir kop surat Setneg mereka perlu juga bertanggung jawab. Setiap kebijakan harus melibatkan Setkab dan Setneg. Ini ada indikasi korupsi juga.

"Mencari keuntungan dibalik wabah virus corona.

"Padahal mereka sudah digaji lumayan. Tupoksi mereka salah kaprah dan salah jalan. Ini pelanggaran berat, "kata Jerry.

Diketahui tiga orang Stafsus milenial yang menjadi sorotan adalah Andi Taufan Garuda Putra, Adamas Belva Syah Devara, dan Gracia Josaphat Jobel Mambrasar (Billy Mambrasar).

Andi Taufan yang juga CEO Amartha diduga merusak administrasi kenegaraan dan mengarah pada konflik kepentingan dengan menulis surat berkop Setkab yang ditujukan kepada camat di seluruh Indonesia.

Surat itu berisi komitmen Amartha untuk turut program Relawan Desa Lawan Covid-19 yang diinisiasi oleh Kementerian Desa, PDTT.

Presiden Joko Widodo mengenalkan tujuh orang sebagai Staf Khusus Presiden untuk membantunya dalam pemerintahan pada sebuah acara perkenalan yang berlangsung dengan santai di veranda Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2019) sore. Ketujuh staf khusus baru yang diperkenalkan Presiden Jokowi merupakan anak-anak muda berusia antara 23-36 tahun atau generasi milenial. Adapun ketujuh staf khusus baru yang diumumkan oleh Presiden Jokowi yaitu (kiri ke kanan) Andi Taufan Garuda Putra, Ayu Kartika Dewi, Adamas Belva Syah Devara, Gracia Billy Mambrasar, Putri Indahsari Tanjung, Angkie Yudistia, dan Aminuddin Maruf.
Presiden Joko Widodo mengenalkan tujuh orang sebagai Staf Khusus Presiden untuk membantunya dalam pemerintahan pada sebuah acara perkenalan yang berlangsung dengan santai di veranda Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (21/11/2019) sore. Ketujuh staf khusus baru yang diperkenalkan Presiden Jokowi merupakan anak-anak muda berusia antara 23-36 tahun atau generasi milenial. Adapun ketujuh staf khusus baru yang diumumkan oleh Presiden Jokowi yaitu (kiri ke kanan) Andi Taufan Garuda Putra, Ayu Kartika Dewi, Adamas Belva Syah Devara, Gracia Billy Mambrasar, Putri Indahsari Tanjung, Angkie Yudistia, dan Aminuddin Maruf. (Tribunnews/HO/Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)

Sama dengan Andi Taufan, Belva Devara juga menuai polemik terkait dengan konflik kepentingan antara perannya sebagai stafsus dan pemimpin perusahaan.

Dia adalah pendiri sekaligus CEO Ruangguru.

Ruangguru dapat proyek Kartu Prakerja Rp 5,6 triliun untuk menyediakan pelatihan online.

Adapun Billy Mambrasar, dia menuai polemik karena bio LinkedIn-nya.

Dalam aplikasi jejaring profesional itu, Billy sempat menuliskan posisinya sebagai Stafsus Jokowi setingkat dengan jabatan menteri. (Willy Widianto)

Fakta Tentang Amartha, Perusahaan Milik Stafsus Jokowi, Andi Taufan Garuda

Teguran keras dilayangkan pihak Istana terhadap Staf Khusus Jokowi Bidang Ekonomi dan Keuangan, Andi Taufan Garuda Putra.

Reaksi keras Istana ini terkait surat berkop Sekretariat Kabinet ( Setkab) yang dikirimkan ke camat seluruh Indonesia.

Taufan meminta bantuan para camat agar bisa membantu perusahaannya, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), dalam edukasi lapangan ke masyarakat desa dan pendataan kebutuhan alat pelindung diri (APD) Puskesmas.

Andi Taufan Garuda Putra, pendiri dan CEO Amartha.
Andi Taufan Garuda Putra, pendiri dan CEO Amartha. (IST)

Relawan Desa Lawan Covid-19 sendiri merupakan program yang diinisiasi oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).

Dikutip dari laman resmi Amartha, Selasa (15/4/2020), Taufan yang dilantik sebagai Stafsus Jokowi pada November 2019 lalu tercatat masih menjabat sebagai CEO sekaligus founder dari Amartha.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 sebagai fintech pendanaan yang menghubungkan pemodal, dengan pelaku usaha mikro secara online (peer-to-peer lending).

Total pendanaan yang sudah disalurkan Amartha hingga saat ini tercatat sebesar Rp 2,37 triliun.

Skema kreditnya yakni, pinjaman disalurkan kepada 15-20 orang dengan domisili yang berdekatan dan membentuk kelompok usaha.

Pengajuan pendanaan didasari rencana usaha serta profil calon penerima pinjaman dan dievaluasi berdasarkan sistem skor kredit.

Pengajuan pendanaan akan ditampilkan dalam marketplace setelah disetujui dan akad difasilitasi Amartha setelah terdanai.

Selama masa peminjaman, penerima pinjaman diwajibkan mengikuti pertemuan kelompok mingguan yang difasilitasi Amartha dengan materi seputar antara lain pengelolaan keuangan, kedisiplinan, serta cara-cara memajukan usaha.

Sasaran utama Amartha yakni para pelaku usaha mikro di pedesaan yang belum bisa mengakses kredit perbankan.

Amartha mempunyai misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan.

Siapa saja penerima pinjaman dari Amartha?

Amartha ingin menghubungkan pelaku usaha di pedesaan yang kesulitan mendapat modal usaha.

Co-Founder Amartha, Aria Widyanto menceritakan proses awal mula perusahaan itu berdiri.

Saat itu banyak pengusaha mikro sulit mendapatkan modal usaha karena memiliki keterbatasan jaminan, pendapatan fluktuatif, dan tidak adanya sejarah kredit.

Namun Amartha optimis dengan teknologi yang tepat serta menghidupkan semangat komunitas, mereka dapat menjadi peminjam yang berkualitas.

Amartha percaya dengan memudahkan akses permodalan untuk usaha mikro dan kecil akan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, membangun ketahanan ekonomi, dan mewujudkan keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia.

Akhirnya, Taufan selaku pendiri Amartha melakukan riset untuk mengetahui cara meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Berdasarkan hasil risetnya, cara untuk mensejahterakan masyarakat, yakni dengan membuka akses keuangan dan melatih masyarakat dalam berbisnis.

Pria yang sempat menjadi konsultan keuangan itu mendirikan Amartha.

"Dua hal ini yang menjadi core aktivity Amartha. Bahkan saat kita sudah menjadi fintech peer to peer lending, kita melakukan hal yang sama," ujar Aria saat menjelaskan latar belakang berdirinya Amartha kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (17/12/2018).

Aria menambahkan, Amartha didirikan menggunakan modal pribadi. Merintis bisnis ini, kata Aria, tak semudah membalikan telapak tangan.

Sejumlah kesulitan kerap dihadapi pada saat Amartha berdiri.

Namun, karena passion para pendirinya di bidang sosial yang tinggi Amartha hingga kini masih berdiri.

Khusus Perempuan

Penyertaan modal yang diberikan Amartha hanya dikhususkan bagi kaum perempuan.

Sebab, kata Aria, perempuan merupakan tonggak untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.

"Kalau seorang perempuan lebih sejahtera, itu kesejahteraanya akan terdistribusi secara merata ke seluruh keluarga.

Itu kenapa dari awal fokusnya ke perempuan. Bagaimana agar gapnya berkurang antara perempuan dan laki-laki," kata Aria.

Atas dasar itu, Amartha mensosialisasikan inklusi keuangan ke wanita-wanita pedesaan.

Hingga kini Amartha telah memiliki mitra sebanyak 170.000. Total pinjaman yang dikeluarkan mencapai Rp 715 miliar.

Sejak 2016, Amarta berubah dari lembaga keuangan mikro menjadi perusahaan layanan keuangan berbasis teknologi peer to peer lending.

Besaran pinjaman yang diberikan Amartha kini antara Rp 3 juta sampai Rp 15 juta. Kemudian tenor yang diberikan adalah 6 bulan dan maksimal satu tahun.

Manajemen risiko yang diterapkan Amartha juga unik, yaitu dengan menerapkan group lending system (pinjaman kelompok) yang memiliki mekanisme tanggung renteng, dimana setiap peminjam akan dikelompokkan ke dalam satu kumpulan yang disebut Majelis.

Kelompok ini terdiri dari 15 - 25 orang peminjam yang tinggal berdekatan.

Dengan sistem ini, setiap anggota bertanggung jawab untuk melakukan tanggung renteng atau menanggung risiko secara kelompok, apabila salah satu anggota mengalami kredit macet.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Buat Kesalahan Fatal, Bubarkan Stafsus Milenial, https://www.tribunnews.com/corona/2020/04/17/buat-kesalahan-fatal-bubarkan-stafsus-milenial.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved