Bisnis
Berhasil Menguat 8,36 Persen dalam Sepekan, Bagaimana Prediksi IHSG Pekan Depan?
Senin (30/3/2020), Hans memperkirakan IHSG akan terkoreksi terlebih dahulu setelah mengalami kenaikan banyak di perdagangan Kamis dan Jumat.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Pada penutupan perdagangan, Jumat (27/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 4,76 persen ke level 4.545,57.
Bahkan dalam sepekan IHSG telah melejit 8,36 persen.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, salah satu faktor penguatan IHSG adalah kebijakan quantitative easing (QE) dengan bujet tanpa batas yang The Federal Reserve sediakan.
Kebijakan itu mengangkat bursa saham global termasuk pasar saham Indonesia.
Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama menuturkan, pasar keuangan dunia dalam seminggu terakhir bergerak positif mulai Selasa akibat indikasi awal persetujuan Senat Amerika Serikat (AS) meloloskan paket stimulus Covid-19 senilai US$ 2 triliun.
Setelah paket disetujui pada Jumat, Senat AS meloloskan paket tersebut lewat pemungutan suara dan mengirim kepada Presiden Donald Trump untuk ditandatangi.
Stimulus ini akan memberikan pinjaman dana darurat kepada usaha kecil, keringanan pajak bisnis, tunjangan pengguran yang diperluas.
Selain itu, ada juga bantuan untuk industri terdampak langsung seperti penerbangan, pariwisata dan hotel serta fasilitas kesehatan rumah sakit dan juga negara bagian AS.
“Pasar saham Indonesia terapresiasi akibat stimulus Amerika ditambah kebijakan The Fed dan berbagai bank sentral negara lain,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/3/2020).
Senin (30/3/2020), Hans memperkirakan IHSG akan terkoreksi terlebih dahulu setelah mengalami kenaikan banyak di perdagangan Kamis dan Jumat.
IHSG sepekan lalu membentuk candle naik dengan shadow di atas dan bawah indikasi kekuatan naik dengan fluktasi di pasar.
Hans memprediksi IHSG berpeluang konsolidasi melemah di pekan depan dengan support 4.100 sampai 3.911 dan resistance di level 4.697 sampai 4.937.
Hans menyarankan pelaku pasar untuk rasional karena pasar mungkin akan fluktuasi cukup tinggi akibat wabah virus Covid-19 yang menunjukan peningkatan tinggi di beberapa begara.
Metode mengantisipasi penyebaran dengan lockdown memukul perekonomian yang di antisipasi pasar dengan penurunan harga saham.
Namun, kata Hans, banyak saham yang punya valuasi menarik, karena itu ketika terjadi koreksi di pasar dapat kembali dilakukan akumulasi beli.