Kabar Korea Utara Hari Ini
Dunia Panik Pandemi Corona, Korea Utara Kembali Ujicoba Rudal ke Arah Jepang
Korea Utara tampaknya telah menembakkan rudal yang mendarat di luar perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negeri matahari terbit.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Korea Utara kembali meluncurkan rudalnya saat dunia sedang mengatasi pandemi virus corona atau Covid-19,
Negara Kim Jong Un tersebut kembali menembakkan proyektil tak dikenal ke laut lepas Pantai Timur Semenanjung Korea, Kantor Berita Yonhap melaporkan pada Sabtu (21/3/2019), mengutip Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Melansir Reuters, Penjaga Pantai Jepang, Sabtu (21/3), mengatakan, Korea Utara tampaknya telah menembakkan rudal yang mendarat di luar perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negeri matahari terbit.
Korea Utara meluncurkan beberapa proyektil ke laut awal bulan ini sebagai bagian dari latihan menembak, menurut militer Korea Selatan.
Yang menarik, AS dan China meminta Pyongyang untuk kembali ke perundingan tentang penghentian program nuklir dan misilnya.
Sebelumnya pada Sabtu (21/3), media pemerintah Korea Utara, KCNA menyatakan, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memandu kompetisi tembakan artileri antara unit gabungan tentara Korea Utara pada Jumat (20/3).
Korea Utara juga mengumumkan pada Sabtu (21/3), mereka akan mengadakan pertemuan Majelis Rakyat Tertinggi, yang menurut para analis, akan melibatkan pengumpulan hampir 700 pejabat negara di satu tempat ketika virus corona tengah menyebar ke seluruh dunia.
“Jika itu berjalan terus, itu akan menjadi pertunjukan pamungkas (Korea Utara) dalam mengelola situasi virus corona,” kata Rachel Minyoung Lee, analis dari NK News, situs pemantauan Korea Utara, lewat akun Twitter-nya pekan ini.
Kim Jong Un Awasi Peluncuran Rudal
Sebelumnya, Kim Jong Un mengawasi peluncuran rudal balistik jarak pendek untuk kedua kalinya dalam seminggu.
Menurut militer Korea Utara, peluncuran beberapa proyektil ke laut pada hari Senin sebagai bagian dari latihan menembak.
Dilaporkan kantor berita Korea Utara KCNA, Kim menyatakan sangat puas dengan hasilnya.
"Tujuan dari latihan adalah untuk memeriksa kemampuan serangan balik militer tiba-tiba dari unit artileri jarak jauh di depan," kata KCNA dikutip dari Reuters.
Foto yang dirilis oleh KCNA menunjukkan pasukan menembakkan sejumlah senjata artileri, serta rudal dari sistem roket peluncuran ganda (MLRS) dengan empat tabung peluncuran.
Rudal itu terbang hingga 200 km (124 mil) dan mencapai ketinggian 50 km, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS).
Inggris, Jerman, Prancis, Estonia dan Belgia mengangkat peluncuran Korea Utara baru-baru ini di Dewan Keamanan AS pada hari Kamis, menyebut mereka tindakan provokatif yang melanggar resolusi AS.
Namun kementerian luar negeri Korea Utara mengkritik pendirian Eropa sebagai perilaku sembrono yang dipicu AS dan saudara perempuan Kim mengatakan latihan itu tidak dimaksudkan untuk mengancam siapa pun.
Kim Jong Un Tiba-tiba Luncurkan 2 Roket
Sebelumnya, pekan lalu, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan bahwa proyektil diluncurkan di dekat kota pesisir timur Wonsan Korut menuju Laut Timur pada sore hari.
New York Times juga memberitakan, proyektil tersebut terbang 149 mil sebelum akhirnya mendarat di perairan antara Korea Utara dan Jepang.
Korsel juga mencatat, militer Korea Selatan mempertahankan postur pertahanan sambil memantau dengan cermat situasi yang relevan dalam persiapan untuk kemungkinan peluncuran tambahan.
Mengutip New York Times, para pejabat Korea Selatan mengatakan peluncuran pada hari Senin tampaknya menjadi bagian dari latihan militer yang dilakukan Korea Utara pada hari Jumat.
"Tindakan semacam ini oleh Korea Utara tidak membantu upaya untuk mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea," kata militer Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
"Kami sekali lagi mendesak Korea Utara untuk segera menghentikannya."
Dalam tes senjata sebelumnya pada 28 November, Korea Utara meluncurkan dua roket dari pantai timurnya.
Dikutip dari Kontan, penembakan roket itu diawasi langsung oleh Kim Jong Un, pemimpin negara itu.
Korea Selatan kemudian mengatakan, dua proyektil jarak pendek ditembakkan dari apa yang oleh Korea Utara disebut sebagai "peluncur roket ganda super besar",
sebuah senjata baru yang dikembangkan Korut untuk menargetkan pangkalan militer Korea Selatan dan Amerika Serikat yang lebih jauh dari perbatasan Korea Utara dengan Korea Selatan.
Akan tetapi Korea Utara telah menahan diri dari pengujian senjata sejak Kim mengatakan pada sebuah pertemuan pada akhir Desember
bahwa ia telah meninggalkan harapan untuk diplomasi dengan Washington dan memerintahkan negaranya untuk bersiap menghadapi perselisihan yang berkepanjangan dengan Amerika Serikat dan menanggung sanksi.
Dalam pertemuan itu, Kim juga mengatakan negaranya tidak lagi merasa terikat oleh moratorium yang diberlakukan sendiri atas pengujian senjata nuklir dan rudal balistik jarak jauh dan bahwa dunia akan menyaksikan senjata strategis baru "dalam waktu dekat."
Kim juga telah menjaga dirinya dari pandangan publik saat dia mengunci negaranya untuk mencegah penyebaran wabah virus corona dari negara tetangga China.
Pada hari Jumat, ia muncul untuk melanjutkan kegiatan publiknya, memeriksa latihan militer bersama unit Tentara Rakyat Korea Utara.
Latihan militer tersebut bertepatan dengan peringatan puncak KTT Kim tahun lalu dengan Presiden Trump di Hanoi, Vietnam.
KTT itu gagal karena perbedaan tentang seberapa cepat Korea Utara akan membatalkan program senjata nuklirnya dan kapan Washington harus mengurangi sanksi.
Peluncuran hari Senin terjadi tiga hari setelah Kim memecat salah satu pembantu terdekatnya karena kasus korupsi selama pertemuan Biro Politik Partai Pekerja-nya.
Pertemuan tersebut lebih fokus pada langkah-langkah anti-epidemi kelas atas untuk menahan epidemi virus yang menyebar dengan cepat di seluruh dunia, meskipun Korea Utara sendiri belum melaporkan adanya kasus virus corona baru.
Cara Kejam Kim Jong Un Cegah Virus Corona Diduga Menutupi Kelemahan di Mata Internasional
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un menerapkan cara kejam dalam mencegah virus corona di Korea Utara.
Korut masih diam-diam saja dan belum diketahui situasi setelah wabah virus corona mengguncang dunia.
Namun menurut Daily Mail, Pada Februari lalu, para pejabat Korea Utara digambarkan mengakan pertemuan dengan masker.
Hal ini menunjukkan mereka mungkin menutupi kasus virus corona.
Hal ini muncul setelah laporan Korea Selatan yang menuduh rezim Korut mengeksekusi seorang pejabat terkait virus corona.
Korea Utara belum melaporkan situasi terkini, tetapi telah menutup perbatasan dengan China tempat 253 orang meninggal akibat wabah tersebut.
Para ahli khawatir rezim Kim Jong Un menutupi infeksi virus corona, supaya tidak terlihat lemah di mata masyarakat Internasional.
"Tidak mungkin Korea Utara tidak terkena dampak virus corona, mereka jelas berbohong, karena tidak ingin menunjukkan kelemahan," kata Harry Kzianus, Direktur studi Korea di Pusat Kepentingan Nasional kepada Fox News.
"Mempertimbangkan betapa banyak celah dari perbatasan Korea Utara dan China, rezim Kim bergantung pada perdagangan ilegal untuk bertahan hidup," katanya.
"Jelas virus corona telah mewabah ke Korea Utara," imbuhnya.
Jika terkena wabah itu para ahli khawatir Korut tak sanggup menangani tingkat skala infeksi.
Nagi Shafik mantan manajer proyek WHO di Pyongyang, mengatakan, banyak orang kelaparan dan menderita kekurangan makanan.
Virus corona bisa mengambil nyawa mereka dengan mudah.
Dia juga menambahkan bahwa negara itu kekurangan obat-obatan dan antibiotik, mereka sangat sulit bertahan di pedesaan.
Kekhawatiran operasi juga ditutup-tutupi, sejauh ini Korut sudah melakukan langkah untuk pencegahan virus corona.
Misalnya, menutup ketat perbatasan, melarang berhubungan dengan China, hingga menggunakan pengeras suara untuk mengumandangkan pola hidup sehat.
Namun, di balik itu semua jika ada yang menyembunyikan virus corona, atau diam-diam berhubungan dengan China Korut tak segan langsung mengeksekusi mati orang tersebut.
Seorang pejabat perdagangan ditembak mati ditempat setelah menolak dikarantina, setelah melakukan perjalanan ke China.
Kim Jong-Un memaksakan hukum militer untuk mengatasai wabah dan menghentikan penyebarannya.
Semua orang yang pernah ke Tiongkok atau kontak dengan orang China harus diisolasi setidaknya satu bulan, jika menolak hukuman mati menanti.
Klaim pejabat yang salah dibersihkan atau dieksekusi adalah hal biasa di Korea Utara dan sangat sulit untuk diverifikasi.
Pyongyang mengumumkan bahwa karantina telah diperpanjang menjadi 30 hari, melampaui periode 14 hari yang direkomendasikan oleh bos kesehatan dunia.
Lembaga pemerintah dan orang asing yang tinggal di Korea Utara diharapkan untuk mematuhinya 'tanpa syarat', kata media Korea Utara.
Korea Utara hampir sepenuhnya menutup perbatasan dengan China, satu-satunya sekutu diplomatik utamanya.
SUMBER: