Jerry Sambuaga Pastikan Stok Gula Aman: Corona Bikin IHSG Anjlok 16,37%
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga mengatakan, kenaikan harga komoditas gula yang terjadi saat ini hanya situasional.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga mengatakan, kenaikan harga komoditas gula yang terjadi saat ini hanya situasional. "Ya kita tunggu saja, nanti juga (harganya) turun lagi kok," ujar Jerry, saat ditemui di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (12/3/2020).
Kendati demikian, saat ditanya terkait kapan harga gula akan kembali stabil, ia tidak menyebutkan kepastiannya. Namun Jerry menegaskan ada sejumlah faktor yang harus dipahami terkait kenaikan harga ini.
• Menantu Jokowi Mengaku Ingin Ikut Jejak Mertua, Mendaftar Bakal Calon Wali Kota dari PDI-P
"Ya itu nanti kita lihatlah, tapi intinya saya ingin mengatakan ya ini kan kita harus lihatnya dalam perspektif besar ya," jelas Jerry.
Karena Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan bahwa pemenuhaan kebutuhan masyarakat akan menjadi prioritas, baik untuk ketersediaan pasokan maupun pendistribusiannya.
"Yang paling penting stoknya sebetulnya, ketersediaan stok dan supplynya, dan bagaimana memenuhi kebutuhan masyarakat," kata Jerry.
Jerry menambahkan, jelang hari raya Idul Fitri, kebutuhan masyarakat terkait bahan pangan tentunya harus tercukupi. "Ini intinya yang paling penting adalah masyarakat itu kebutuhannya terpenuhi, apalagi menjelang lebaran, jangan sampai stok itu tidak ada," tegas Jerry.
Untuk urusan menjaga stok bahan pangan ini, Kemendag akan berkoordinasi dengan kementerian terakit lainnya seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian. "Kita dalam hal ini, tidak hanya Kementerian Perdagangan tapi juga kementerian lain berusaha memastikan bahwa stok itu cukup dan tidak kosong," papar Jerry.
Terkait adanya dugaan spekulan yang memainkan harga gula, Jerry mengaku belum mendengar kabar tersebut. "Saya belum mendengar itu ya," ujar Jerry.
Soal kelangkaan pasokan bawang bombay di pasaran yang menyebabkan harga komoditas ini meroket tajam bahkan nyaris mencapai Rp 200 ribu per kg, Wamendag menjelaskan bahwa saat ini stok bawang bombay cukup tersedia jelang ramadan.
"Kalau yang tadi dibilang (terkait) bawang bombay, pasokan stok cukup, apalagi menjelang hari raya lebaran," ujar Jerry.
Menurutnya, ini hanya masalah situasional dan tidak termasuk kelangkaan pasokan. Kementerian Perdagangan pun saat ini kemungkinan akan melakukan impor terkait produk pangan satu ini.
• Real Madrid Umumkan Pebasketnya Positif Terjangkit Corona, Menejemen Karantinakan Para Pemain
"Saya pikir nggak ada masalah. Ya saya pikir ini situasional, mungkin memang stoknya sedang dalam proses diadakan, mungkin melalui impor ya. Saya pikir hanya masalah waktu saja," jelas Jerry.
Jerry kemudian menanggapi bijak anggapan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Reslani yang menyebut bahwa kenaikan harga sejumlah pangan termasuk bawang bombay dipicu kurangnya koordinasi antara kementerian terkait. Kementerian yang terkait dengan sektor ini meliputi Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian.
"Saya pikir nggak (begitu), bagus tuh koordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Pertanian dan lain-lain, terjalin dengan baik selama ini," kata Jerry.
Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Kamis (12/3) ini tidak terlepas dari berbagai kondisi ekonomi global. Salah satunya wabah virus corona. Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Fakhri Hilmi, mengatakan, anjloknya IHSG tidak terjadi pada perdagangan hari ini saja. Kondisi ini sudah terjadi sejak beberapa waktu belakangan.
Sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa ada warga Indonesia yang positif terpapar virus corona, IHSG langsung mengalami penurunan. Informasi tersebut cepat direspons oleh pasar.
"Waktu pekan lalu Presiden Jokowi mengumumkan ada orang Indonesia yang terpapar corona, pagi harinya indeks masih optimis. Tapi kemudian saat pengumuman itu pukul 11.45 WIB, sesi kedua langsung anjlok," kata Fakhri saat menjadi pemateri pelatihan mengenai pasar modal di Padang, Sumatera Barat. Menurut Fakhri, kondisi tidak menguntungkan itu terus terjadi.
IHSG sempat mengalami naik turun pasca Presiden Jokowi mengumumkan adanya dua WNI yang positif terkena corona. Kemudian, setelah adanya kabar 1 orang meninggal karena corona, IHSG kembali anjlok. "Informasi spesifik (corona) di Indonesia membuat pasar tertekan," kata Fakhri.
• Koalisi Nasdem dan Golkar Ancam Joune Ganda, Pilkada Minut Duel Milenial Pewaris Dinasti
Hari ini perdagangan IHSG terjun bebas 5,01 persen atau 258,35 di level 4.895. Selain wabah corona, ada beberapa sentimen pasar modal dunia yang membuat IHSG terjun bebas 16,37% dalam sebulan terakhir. Di antaranya adalah perang harga minyak antara OPEC+ (OPEC dan sekutunya) dan Rusia. Akibatnya harga minyak dunia sudah menyentuh level US$ 30 per barel.
"Tadinya OPEC plus bersama Arab Saudi mengajak Rusia menekan produksi supaya harga naik lagi. Tapi Rusia enggak mau. Lifting-nya semaunya. Akhirnya dibalas oleh Arab Saudi. Sehingga harga minyak sangat tertekan. Ini adalah indikator harga atau indikator ekonomi lainnya," kata Fakhri.
Adapun sentimen ketiga adalah keputusan AS menurunkan suku bunga untuk menangkal krisis. Nyatanya, hal itu tidak berhasil. "Kejadiannya, indeks masih tertekan, Dow Jones kemarin minus 5,8%, biasanya sekarang itu AS mengikuti Asia," kata Fakri.
"Isu corona, belum ada yang bisa mengatakan dalam 2 bulan, setahun, sekarang enggak ada yang yakin [bisa selesai], tapi ada secercah harapan di Wuhan, sudah mulai berkurang. Indonesia sudah 34 pasien corona, ini yang membuat seperti ini [pasar saham bergejolak]."
Untuk menjaga agar kondisi pasar tetap baik, OJK mengeluarkan berbagai kebijakan. Otoritas mengizinkan semua emiten atau perusahaan publik melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Aturan ini sebagai upaya memberikan stimulus perekonomian dan mengurangi dampak pasar yang berfluktuasi secara signifikan.
Ketentuan tersebut dituangkan dalam Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.04/2020 tanggal 9 Maret 2020 tentang Kondisi Lain Sebagai Kondisi Pasar Yang Berfluktuasi Secara Signifikan Dalam Pelaksanaan Pembelian Kembali Saham Yang Dikeluarkan Oleh Emiten Atau Perusahaan Publik.
Keputusan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam memberlakukan penambahan ketentuan trading halt atau pembekuan sementara disebut sebagai upaya sementara untuk meredam kepanikan para investor.
Seperti yang disampaikan Ekonom INDEF Bhima Yudhistira, menanggapi langkah yang diambil BEI dalam menyikapi penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada satu hari perdagangan bursa.
"Langkah ini hanya meredam kepanikan secara temporer. Sementara itu arus keluarnya dana asing akan kembali terjadi paska trading halt dibuka," ujar Bhima.
Menurutnya, permasalahan saat ini ada pada pemerintah yang harus mengambil sikap dalam mengatasi persoalan ekonomi di negara ini, khususnya sektor keuangan. "Jadi masalah utamanya ada di fundamental ekonomi, pemerintah harus ambil tindakan dengan insentif yang dirasakan ke seluruh sektor ekonomi," kata Bhima. (Tribun Network/dod/fit/wly)