Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Satu Terduga Teroris Berhasil Diringkus Densus 88

Seorang warga berinisial DP (41) diamankan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di Kelurahan Tanjung Gadang Sungai Pinago.

Editor: Rizali Posumah
ISTIMEWA
Ilustrasi Densus 88 anti teror 

TRIBUNMANDO.CO.ID - Seorang warga berinisial DP (41) diamankan Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di Kelurahan Tanjung Gadang Sungai Pinago, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.

Penangkapan warga asal Pekanbaru, Riau, itu dilakukan pada Rabu (11/3/2020), pukul 14.30 WIB.

"Benar ada satu warga yang diamankan Densus 88 di Payakumbuh tadi," ujar Kepala Bidang Humas Polda Sumbar Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto saat dihubungi Kompas.com, Rabu.

Stefanus mengatakan, warga yang ditangkap itu beralamat di Kelurahan Balai Kandi, Kecamatan Payakumbuh Barat.

Saat ditangkap oleh tim Densus 88 yang bersenjata lengkap, DP tidak melakukan perlawanan.

"Saat ini, terduga teroris itu dibawa ke Pekanbaru," kata Stefanus.

Sebelumnya, Densus 88 juga menangkap seorang terduga teroris berinisial N (39) di Berok Nipah, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, pada Juli 2019.

Kemudian, pada 20 Desember 2019, Densus 88 juga mengamankan dua orang terduga teroris di Nagari Baringin, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Biografi Tokoh Perdamaian, Malala Yousafzai

Malala Yousafzai adalah seorang pelajar yang enggan menyerah saat ditembak peluru teroris, demi perjuangkan haknya sebagai wanita.

Ia disebut sebagai aktivis muda yang menantang terorisme dengan pendidikan.

Ada satu kalimat yang paling menginspirasi dari Malala, yakni saat ia berkata "Dengan senjata kau bisa membunuh teroris. Tapi dengan pendidikan, kau bisa membunuh paham teroris."

Kejadian berlangsung pada 9 Oktober 2012. Malala yang saat itu berusia 15 tahun, hendak berangkat sekolah.

Malala Yousafzai
Malala Yousafzai (istimewa)

Dia naik bus ditemani teman sebangkunya, Moniba. Ada juga teman-teman sekolah lainnya yang berangkat bersama di bus itu.

Perjalanan di bus itu awalnya tenang-tenang saja.

Lembah Swat, area tempat tinggal Malala, dikenal sebagai "Swiss-nya Pakistan". Sebuah daerah pegunungan yang tetap sejuk di musim panas dan bersalju di musim dingin.

Namun saat itu, Lembah Swat menjelma jadi lokasi tragedi mengerikan. Hanya sekitar 90 meter dekat sekolahnya, terjadi penembakan yang melibatkan Malala sebagai korban.

Bus sekolah yang ditumpangi Malala, diberhentikan oleh dua pemuda. Malala tidak melihatnya, tapi Moniba menggambarkan dua pemuda itu seperti mahasiswa.

Malala Yousafsai di Bandara Heathrow, London sebelum bertolak ke New York untuk berbicara di PBB beberapa waktu lalu.
Malala Yousafsai di Bandara Heathrow, London sebelum bertolak ke New York untuk berbicara di PBB beberapa waktu lalu. (www.birminghammail.co.uk)

Seorang pemuda bertanya, "Mana Malala?" saat memasuki bus.

Moniba awalnya mengira pemuda itu mungkin jurnalis, tapi sepersekian detik kemudian dia sadar, temannya dalam bahaya.

Moniba melihat Malala diselimuti ketakutan yang mendalam, sedangkan teman-teman lainnya pura-pura tidak mengenal Malala.

Dan, penembakan pun terjadi.

"Aku mendengar suara tembakan, lalu aku melihat darah di kepala Malala," ucap Kainat Riaz, teman Malala.

Moniba menceritakan bus berhenti sekitar 10 menit, sebelum akhirnya datang warga sekitar yang menolong mereka.

Malala tertembak di kepala, karena dia memperjuangkan haknya menimba ilmu di sekolah.

Akhir tahun 2008 pemimpin lokal Taliban Mullah Fazlullah mengumumkan semua pendidikan untuk wanita harus dihentikan selama satu bulan. Jika sekolah tidak patuh, akan mendapat konsekuensi.

Dikutip dari BBC, Malala saat itu berpikir, "Bagaimana mereka bisa menghentikan kita pergi ke sekolah?"

"Tidak mungkin, bagaimana mereka bisa melakukannya?"

Singkat cerita, Malala kemudian mendapat kesempatan mengisi blog di BBC Urdu.

Peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, dari Pakistan berbicara di panggung penganugerahan Nobel di Oslo, Norwegia, Kamis (11/12/2014).
Peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai, dari Pakistan berbicara di panggung penganugerahan Nobel di Oslo, Norwegia, Kamis (11/12/2014). (AP)

Dia mendapat kesempatan itu berkat ayahnya yang menyodorkan namanya, saat jurnalis BBC Urdu menanyakan siapa orang yang bisa menuliskan pandangannya tentang penindasan Taliban.

"Aku ingin mengutarakan hak-hakku," tegas Malala.

"Aku tidak ingin di masa depan hanya duduk di ruangan, terkurung oleh empat dinding hanya untuk memasak dan melahirkan anak. Aku tidak ingin hidupku seperti itu."

Tulisan Malala ramai dibaca banyak orang. Namanya tidak dicantumkan di blog itu, tetapi Malala juga tidak segan untuk mengungkapkan pendapatnya ke khalayak umum.

Februari 2009, pembawa acara televisi Pakistan, Hamid Mir, mengunjunginya di Swat.

"Aku terkejut ada seorang gadis kecil di Swat yang berani angkat bicara penuh percaya diri, penuh keberanian, dan sangat lantang," kata Mir.

"Tapi di saat yang bersamaan aku khawatir dengan keselamatannya, dan keamanan keluarganya."

Tiga tahun kemudian kekhawatiran Mir terbukti dengan penembakan yang dialami Malala.

Lukisan cat karya Jonathan Yeo yang menggambarkan Malala Yousafzai ini laku senilai 102.500 dollar AS, Rabu (14/5/2014).
Lukisan cat karya Jonathan Yeo yang menggambarkan Malala Yousafzai ini laku senilai 102.500 dollar AS, Rabu (14/5/2014). (TIMOTHY A. CLARY / AFP)

Gadis kecil itu tertembak karena vokal menentang aturan Taliban.

Peluru menembus kepala bagian kirinya, mengenai lehernya, lalu bersarang di punggungnya.

Malala langsung dilarikan ke rumah sakit, dan dilakukan sejumlah operasi untuk menyelamatkan nyawanya.

Beruntung, gerak cepat tim medis dapat menyelamatkan nyawanya.

12 Juli 2013, sembilan bulan setelah penembakan itu, Malala berpidato di markas PBB di New York, menyampaikan pendapatnya dan disiarkan ke seluruh dunia.

"Satu anak, satu guru, satu buku, satu pena bisa mengubah dunia," ucapnya dengan lantang.

Kutipan lain dari ucapan perempuan yang kini berusia 22 tahun itu juga sangat mendunia.

"Saya memiliki hak mendapat pendidikan. Saya punya hak untuk bermain."

"Saya punya hak untuk bicara. Saya punya hak untuk ke pasar. Saya punya hak untuk berpendapat."

 Kecelakaan Kapal Paspampres, 4 Jenazah Ditemukan, 1 di Antaranya Dandim

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Biografi Tokoh Dunia: Malala Yousafzai, Melantang bagi Pendidikan Anak" dan "Densus 88 Tangkap Satu Terduga Teroris di Payakumbuh".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved