Berita TNI
Mengenal Pasukan-pasukan Berkualifikasi Komando di TNI, dari AD, AL hingga AU
Tentara Nasional Indonesia dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) hingga Angkata Udara (AU) mempunyai pasukan berkualifikasi komando.
Penulis: Rizali Posumah | Editor: Rizali Posumah
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tentara Nasional Indonesia dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) hingga Angkata Udara (AU) mempunyai pasukan berkualifikasi komando.
Menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI) Komando adalah satuan militer yang disiapkan dan diorganisasi sebagai pasukan gerak cepat, terutama untuk menyerang.
Para-Komando adalah prajurit yang melakukan operasi khusus yang biasanya mengkhususkan diri dalam pendaratan amfibi, terjun payung atau bseilling.
Kualifikasi komando adalah kemampuan keprajuritan yang diperoleh setelah mengikuti program latihan komando.
Latihan ini merupakan latihan terberat yang menitikberatkan pada kemampuan individual prajurit pada standar kemampuan maksimal yang mampu diraih oleh fisik dan mental.
Hal ini dimaksudkan agar nantinya para Prajurit Komando mampu melaksanakan tugas maksimal bagi operasi-operasi khusus dan serangan mendadak, cepat, bahkan di tengah-tengah kekurangan sarana atau logistik karena medan yang amat berat.
Sejarah Pasukan Komando di Indonesia

Pasukan Komando pertama kali dimiliki oleh TNI AD berkat ide seorang yang berpengalaman di satuan militer Belanda KNIL, dan merupakan pejuang Repulik Indonesia di masa perang mempertahankan kemerdekaan, yakni Alexander Evert Kawilarang.
Pada tanggal 16 April 1952, Kolonel A.E. Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).
Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku.
Saat itu A.E. Kawilarang bersama Letkol Slamet Riyadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS.
A.E. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Selanjutnya, sebagaimana yang dikutip dari laman kopassus.mil.id, melalui Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial III No. 55/Inst/PDS/52 tanggal 16 April 1952 terbentuklah KESATUAN KOMANDO TERITORIUM III yang merupakan cikal bakal “Korps Baret Merah”.
Sebagai Komandan pertama dipercayakan kepada Mayor Mochammad Idjon Djanbi. Idjon Djanbi adalah mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada, yang memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser.
Pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Selanjutnya tanggal 18 Maret 1953, Markas Besar (Mabes) Angkatan Bersenjata Republi Indonesia (ABRI: nama TNI waktu itu) mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Selanjutnya pada tahun 1955 namanya diubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dengan menambah kualifikasi Para kepada setiap prajuritnya.
Tahun 1966 satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (PUSPASSUS TNI AD).
Berganti lagi menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha disingkat KOPASSANDHA pada tahun 197.
Terakhir tahun 1985 satuan ini berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) sampai sekarang.
Pasukan Komando di TNI AD
TNI AD memiliki dua Komando Tempur Utama (Kotama) yakni Kopassus dan Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Kopassu identik dengan baret merah sementara Kostrad identik dengan baret hijau. Jumlah personil dua pasukan ini sifatnya rahasia.
1. Kopassus

Dengan adanya reorganisasi di tubuh ABRI, sejak tanggal 26 Desember 1986, nama Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus yang lebih terkenal dengan nama Kopassus hingga kini.
ABRI selanjutnya melakukan penataan kembali terhadap grup di kesatuan Kopassus. Sehingga wadah kesatuan dan pendidikan digabungkan menjadi Grup 1, Grup 2, Grup 3/Pusdik Pasuss, serta Detasemen 81.
Sejak tanggal 25 Juni 1996 Kopasuss melakukan reorganisasi dan pengembangan grup dari tiga Grup menjadi lima Grup yakni Grup 1 Parakomando, Grup 2 Parakomando, Grup 3 Pusat Pendidikan Pasukan Khusus, Grup 4 Sandhi Yudha, Grup 5 Anti Teror.
Sebutan bagi pemimpin Kopassus juga ditingkatkan dari Komandan Kopassus yang berpangkat Brigjen menjadi Komandan Jendral (Danjen) Kopassus yang berpangkat Mayjen bersamaan dengan reorganisasi ini.
Struktur organisasi Kopassus berbeda dengan satuan infanteri pada umumnya.
Meski dari segi korps, para anggota Kopassus pada umumnya berasal dari Korps Infanteri, namun sesuai dengan sifatnya yang khusus, maka Kopassus menciptakan strukturnya sendiri, yang berbeda dengan satuan infanteri lainnya.
Kopassus sengaja untuk tidak terikat pada ukuran umum satuan infanteri, hal ini tampak pada satuan mereka yang disebut Grup.
Penggunaan istilah Grup bertujuan agar satuan yang dimiliki mereka terhindar dari standar ukuran satuan infanteri pada umumnya (misalnya Brigade).
Dengan satuan ini, Kopassus dapat fleksibel dalam menentukan jumlah personel, bisa lebih banyak dari ukuran brigade (sekitar 5000 personel), atau lebih sedikit.
Kopassus dipimpin oleh seorang Komandan Jenderal atau disingkan Danjen Kopassus, saat ini Danjen Kopassus dijabat oleh Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa.
2. Kostrad

Kostrad memiliki jumlah pasukan yang dirahasiakan dan selalu siap untuk beroperasi atas perintah Panglima TNI kapan saja.
Saat ini Kostrad terdiri dari tiga Divisi, yakni Divisi Infanteri 1 Kostrad, Divisi Infanteri 2 Kostrad, Divisi Infanteri 3 Kostrad.
Kostrad adalah satuan tempur dasar milik Angkatan Darat Indonesia, jika Kopassus adalah pasukan khusus, maka Kostrad ialah pasukan dasar tempur milik TNI-AD.
Sejarah berdirinya Kostrad tak bisa lepas dari perang saat merebut Irian Barat dari militer Belanda tahun 1960.
Dikutip dari laman kostrad.mil.id hari lahir Kostrad diperingati pada tanggal 6 Maret.
Di tanggal tersebut pada tahun 1961 telah diresmikan Cadangan Umum Angkatan Darat ( CADUAD) dimana Mayjen TNI Soeharto ditunjuk menjadi Panglima KORRA I CADUAD.
Pada tanggal 19 Desember 1961 bertepatan dengan pelantikan para taruna AKMIL di Jogjakarta, Presiden Sukarno mencetuskan TRIKORA yang berisi : Gagalkan pembentukan negara papua di Irian Barat, Kibarkan bendera merah putih di Irian Barat, Bersiap-siap untuk mengadakan mobilisasi umum.
Dalam usianya yang masih muda KORRA I CADUAN diberi kepercayaan untuk melaksanakan tugas operasi TRIKORA untuk membebaskan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda.

Menindak lanjuti tugas penting ini, maka pada awal 1962 dibentuklah Komando Mandala di wilayah timur Indonesia dengan markas besarnya di Ujung Pandang.dengan Panglima Mandalanya yaitu Brigjen TNI Soeharto.
Brigjen TNI Soeharto waktu itu juga mendapat dengan tugas tambahan sebagai DEPUTI I KASAD untuk wilayah timur.
Serbuan umum gabungan TNI AD, AU dan AL lalu dilaksanakan pada Agustus 1962 melawan tentara Belanda dengan sasaran wilayah Biak, Jayapura. KORRA 1 / CADUAD sendiri menurunkan 1 Divisi.
Belanda lalu memutuskan untuk menyerah tanpa syarat. Penyerahan Irian Barat dilaksanakan dengan ditandai berkibarnya bendera merah putih pada tanggal 1 Maret 1963.
Berdasarkan pengalaman dari Komando Mandala ini, maka Mayjen TNI Soeharto membuat telaahan staf yang intinya perlunya dibentuk pasukan cadangan strategis.
Akhirnya gagasan ini disetujui, lalu diputuskan bahwa KORRA I CADUAD resmi menjadi KOSTRAD.
Dengan tugas pokoknya untuk melaksanakan operasi militer baik secara berdiri sendiri maupun bagian dalam suatu operasi gabungan dalam rangka mempertahankan Negara Kesatuan Repiblik Indonesia.
Pasukan Komando di TNI AU.

TNI AU memiliki pasukan khusus yang berkualifikasi komando, yakni Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara (disingkat Korpaskhasau, Paskhas). Pasukan ini identik dengan Baret Jingga.
Paskhas merupakan satuan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, darat.
Setiap prajurit Paskhas diharuskan minimal memiliki kualifikasi para-komando (Parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional, kemudian ditambahkan kemampuan khusus kematraudaraan sesuai dengan spesialisasinya.
Tugas dan tanggung jawab Korpaskhas sama dengan pasukan tempur lainnya yaitu sebagai satuan tempur negara, yang membedakan yaitu dari semua fungsi paskhas sebagai pasukan pemukul NKRI yang siap diterjunkan disegala medan baik hutan, kota, rawa, sungai, laut untuk menumpas semua musuh yang melawan NKRI.
Paskhas mempunyai Ciri Khas tugas tambahan yang tidak dimiliki oleh pasukan lain yaitu Operasi Pembentukan dan Pengoperasian Pangkalan Udara Depan (OP3UD) yaitu merebut dan mempertahankan pangkalan dan untuk selanjutnya menyiapkan pendaratan pesawat dan penerjunan pasukan kawan.
Korpaskhas bertugas membina kekuatan dan kemampuan satuan Paskhas sebagai pasukan matra udara untuk siap operasional dalam melaksanakan perebutan sasaran dan pertahanan objek strategis Angkatan Udara, pertahanan udara, operasi khusus dan khas matra udara dalam operasi militer atas kebijakan Panglima TNI.
Warna baret jingga Paskhas terinspirasi dari cahaya jingga saat fajar di daerah Margahayu, Bandung, yaitu tempat pasukan komando ini dilatih.
Berikut beberapa satuan-satuan Paskhas, yakni SatBravo '90/Anti Teror, Wing 100 Paskhas SATRUDAL KOHANUDNAS, Wing I Pasukan Khas, Brigade Komando (Brigko 1 Serbu Paskhas).
Resimen Hanud (Men Hanud 1 Paskhas), Wing II Pasukan Khas, Wing III Pasukan Khas, Resimen Pertahanan Pangkalan / Menhanlan Paskhas, Satuan Teritorial Udara Paskhas/Pam Bandara Internasional.
Pasukan Komando di TNI AL

Pasukan berkualifikasi komando di TNI AL salah satunya adalah Korps Marinir.
Korps Marinir adalah salah satu Komando Utama Operasi (Kotama Ops) TNI di bawah kendali langsung Panglima TNI yang juga merangkap dan berfungsi sebagai Komando Utama Pembinaan (Kotama Bin) pada Markas Besar TNI Angkatan Laut.
Dalam struktur organisasi TNI, Korps Marinir adalah sebuah Komando Utama yang sejajar dengan Kotama lain seperti Kogabwilhan, Kostrad, Koarmada RI, Koopsudnas, Pushidrosal, Kodam, Kopassus dan Kolinlamil.
Pasukan ini bertugas menyelenggarakan operasi ampfibi, operasi pertahanan pantai, dan pengamanan pulau terluar strategis serta operasi lainnya sesuai kebijakan Panglima TNI.
Korps Marinir disamping sebagai Kotama Ops, juga sebagai Kotama Bin yang bertugas membina kekuatan dan kesiapan operasi satuan Marinir serta membina potensi maritim menjadi kekuatan pertahanan keamanan matra laut yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Staf Angkatan Laut.
Korps Marinir dipimpin oleh Komandan Korps Marinir, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Panglima.
Kormar memiliki slogan "Jalesu Bhumyamca Jayamahe" yang artinya "Di Laut dan Darat Kita Jaya".
Saat ini Korps Marinir terdiri dari tiga Divisi: Pasukan Marinir 1, Pasukan Marinir 2 dan Pasukan Marinir 3.
Itulah sebagian dari pasukan berkualifikasi komando di TNI AD, AU dan AL. (*)
• Terdengar Ada Suara Dari Dalam Dinding, Wanita Ini Ketakutan dan Lapor Polisi