Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hari Raya Nyepi

Kisah Ogoh-ogoh dari Raja Buduh, Tedung Agung, hingga Meme Dewa Ratu, Arakan Paling Dinanti-nanti

Anak-anak muda Bali yang tergabung dalam wadah sekaa teruna saat ini sedang sibuk di banjar mereka masing-masing.

Editor: Alexander Pattyranie
IG Kedux Garage
Sketsa ogoh-ogoh "Tedung Agung" ST Yowana Saka Bhuwana, Banjar Tainsiat Denpasar. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Anak-anak muda Bali yang tergabung dalam wadah sekaa teruna saat ini sedang sibuk di banjar mereka masing-masing.

Mereka menggarap ogoh-ogoh untuk diarak saat malam pengerupukan atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1942.

Hari raya ini akan jatuh pada 25 Maret 2020.

Sejumlah sekaa teruna bahkan telah merancang ogoh-ogoh mereka sejak akhir tahun 2019.

Dari sekian banyak jumlah ogoh-ogoh di Bali, setidaknya ada tiga ogoh-ogoh yang selalu menjadi perbincangan di masyarakat.

Ketiganya sudah menjadi semacam ikon ogoh-ogoh di Bali. Karya mereka selalu ditunggu-tunggu.

Berikut adalah sekelumit kisah ketiga ogoh-ogoh tersebut, dari Raja Buduh (ST Sentana Luhur, Banjar Kelodan Tampaksiring), Tedung Agung (ST Yowana Saka Bhuwana, Banjar Tainsiat Denpasar), dan Meme Dewa Ratu (ST Gemeh Indah, Banjar Gemeh Denpasar):

1. Raja Buduh
ST Sentana Luhur, Banjar Kelodan Tampaksiring kali ini mengangkat tema "Raja Buduh" dalam garapan ogoh-ogohnya.

Ogoh-ogoh dari banjar ini sangat khas dengan detail anatomi tubuh yang ditonjolkan.

Namun, Gusman Surya selaku arsitek utama tidak pernah benar-benar menunjukkan sketsa ogoh-ogohnya.

Sketsa yang dia buat hanya berupa garis-garis yang tampaknya tak berguna seperti diunggah dalam sebuah video dalam akun Instagramnya.

Tidak ada penjelasan lebih jauh tentang ogoh-ogoh Raja Buduh yang dibuat Gusman Surya.

Tetapi, barangkali ia terinspirasi dari fenomena merebaknya kemunculan raja-raja baru beberapa waktu lalu di sejumlah daerah di Indonesia.

Atau, ogoh-ogoh ini berangkat dari kisah Raja Buduh dalam kesenian Drama Gong yang pernah berjaya di masa lalu.

Terlepas dari itu, publik Bali telah menunggu penampakan Raja Buduh yang sedang digarap Gusman Surya.

2. Tedung Agung
Ogoh-ogoh ST Yowana Saka Bhuwana, Banjar Tainsiat Denpasar kali ini mengangkat konsep "Tedung Agung".

Publik Bali tentu sudah tidak asing lagi dengan sang arsitek, Komang Gde Sentana Putra atau yang akrab disapa Kedux Garage.

Dikutip dari postingan di akun Instagram-nya, Tedung Agung memiliki filosofi penyeimbang dunia.

Kedux menjelaskan inspirasi Tedung Agung datang saat merasakan cuaca yang kontras.

Beberapa bulan terakhir, suhu udara di Bali sempat panas menyengat.

Namun, saat mengikuti kompetisi otomotif di Jepang awal Desember 2019 lalu, Kedux merasakan udara di sana sangat dingin dan berbeda dengan cuaca di Bali.

Di sanalah kemudian ia terbersit tentang payung yang dalam bahasa Balinya disebut tedung atau pajeng, yang bisa digunakan baik saat cuaca panas atau ketika hujan turun.

“Pajeng (tedung) itu biasa digunakan untuk kedua cuaca, sehingga kepikiran dengan pajeng klasik yang ada di Bali,” kata Kedux.

Selain itu, jika dikaitkan dengan situasi kekinian maka Tedung Agung dinilai sejalan dengan konsep kosmologi Tri Hita Karana.

"Jika Tedung dilihat dari konsep kepemimpinan, Tedung itu sendiri melambangkan sosok yang mengayomi masyarakatnya dan jari-jari yang mengembang pada setiap Tedung merupakan melambangkan gotong royong yang terfokus pada satu poros yang merupakan satu titik tujuan."

Menurut Kedux, banyak hal yang bisa dikembangkan dari ornamen-ornamen tedung. Termasuk hiasan dan ukiran-ukirannya yang bakal diadaptasi ke dalam wujud ogoh-ogoh.

Ogoh-ogoh Tedung Adung dibuat menggunakan teknik robotic. Layak ditunggu hasil akhir ogoh-ogoh ini.

3. Meme Dewa Ratu
Dibanding dua ogoh-ogoh sebelumnya, konsep ogoh-ogoh "Meme Dewa Ratu" baru dipublikasikan beberapa hari yang lalu.

Ogoh-ogoh ST Gemeh Indah, Banjar Gemeh Denpasar ini dikonsep oleh Putu Marmar Herayukti.

Marmar termasuk salah-satu tokoh seniman ogoh-ogoh yang gencar mengampanyekan ogoh-ogoh ramah lingkungan di Bali.

Sebagaimana diketahui, ogoh-ogoh di Bali sempat menggunakan bahan dasar gabus atau stereofoam yang tak ramah lingkungan. Namun, kini kesadaran untuk menggunakan bahan ramah lingkungan mulai tumbuh.

Kali ini, Marmar mengangkat kisah awal mula kehidupan dengan memuliakan perempuan atau ibu melalui ogoh-ogoh bertajuk Meme Dewa Ratu.

"Dimulai dari perjalanan dalam bentuk sel, unsur Pradana (kewanitaan) memang telah dipuja dan dimuliakan, dari 300 juta sel hanya yg tercepat dan terkuat yang diterimaNya"

"Ketika unsurnya membentuk badan maka dia sebagai Semesta Bhuana disebut Pertiwi. Ketika raja adalah pemimpin maka Ratu adalah pemegang kuasa yang tak tersentuh perebutan kuasa di dalam pemerintahan yang disebut Karatuan (keraton), hingga sebagai asal sebuah keturunan akan ditemui pula namanya di Pura Ibu (paibon)."

"Saat kemuliaanya diredupkan, dunia menjadi tak seimbang, semua menjadi timpang dan tanpa tujuan  bahkan keteguhan tak berdiri tegak. Namun dengan penuh kesadaran sebagai buah yang tumbuh di hati, maka aku berjanji untuk kembali menjadi cerdas dan kuat dalam mempelajari dan meraih surga di kakinya kembali." tulis Marmar dalam postingannya di Instagram.

***

Dari ketiga ogoh-ogoh tersebut, yang mana paling Anda jagokan?

(tribun-bali.com/Widyartha Suryawan)

BERITA TERPOPULER :

 BCL Mencoba Tersenyum Saat Foto Bareng Baim-Paula, Wajah Pucat Serta Mata Sembapnya Bikin Terenyuh

 Karisma Pribadi Ashraf Sinclair yang Buat BCL Jatuh Hati, Tak Seperti Tampangnya, BCL Sering Tertipu

 Video Viral Pria Banting Motor: Ini Ambil, Banyak Yang tak Pakai Helm Kenapa tak Kalian Tilang

TONTON JUGA :

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Raja Buduh, Tedung Agung, hingga Meme Dewa Ratu: Inilah Kisah Ogoh-ogoh yang Paling Dinanti-nanti

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved