Sosok Tokoh
Gus Dur dan Kaum Minoritas, Menelusuri Jejak Keberpihakan Sosok yang Memandang Semua Kalangan
Romo Sutanta Ateng, seorang tokoh agama Buddha, mengenang andil Gus Dur dalam ‘membebaskan’ masyarakat keturunan Tionghoa.
“Alasan utama (ada pagelaran budaya) karena berkenaan dengan semangat Gus Dur yang sangat terbuka dengan keragaman budaya,” ujar Ketua Pelaksana haul Gus Dur sekaligus pegiat FOKAPELA, Krispianus T Lilo.
Secara terpisah, Koordinator Komunitas GUSDURian Banten Taufik Hidayat mengatakan, upaya merefleksikan nilai-nilai pemikiran Gus Dur merupakan suatu keharusan bagi generasi muda.
“Jadi, istilah anak pesantren salafiyah 'ngalap berkah' (meminta berkah) dengan konsisten merawat pemikirannya yang brilian misalnya menyoal kemanusiaan, kesetaraan, kearifan tradisi bahkan sampai urusan kebangsaan ini,” ujar Taufik.
Sementara bagi Rifqiyudin Anshari, salah satu pegiat Komunitas GUSDURian Banten, meneladani sikap, pemikiran dan nilai perjuangan Gus Dur juga berarti merawat keberagaman serta identitas Bangsa.
Menurut dia, masyarakat harus memahami bahwa seni budaya adalah bahasa kemanusiaan.
“Dia (budaya) lahir bersama kemanusiaan. Kita ingin menunjukan Indonesia itu sangat kaya dengan keberagaman suku dan budaya. Itu identitas bangsa yang harus dijaga dan dirawat,” ucap Rifqi.
Mengingat praktik intoleransi, persekusi hingga pelarangan pembangunan rumah ibadah masih menjadi persoalan, inisiatif sosial di akar rumput tampaknya menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menelusuri Jejak Keberpihakan Gus Dur terhadap Minoritas dan yang Tertindas…", https://nasional.kompas.com/read/2020/02/10/08171381/menelusuri-jejak-keberpihakan-gus-dur-terhadap-minoritas-dan-yang-tertindas